Sunday 7 October 2018

JUJUR dari Falsafah Kentut

Buat siapakah JUJUR itu dilakukan???
Rupanya jujur itu diperuntukkan:
1. Untuk diri sendiri.
2. Untuk orang lain.
3. Untuk Alllah.
Kadang peruntukan jujur ini menggabung, Jujur untuk diri sendiri sekaligus untuk orang lain dan mrpk wujud jujur untuk Allah. Itu dulu kubincang di tulisan ini. Contoh konkrit sederhana seseorang yg sdh sedari tadi duduk di shaf depan dlm masjid menunggu shalat jamaah. Tiba2 berdiri melangkah kebelakang sambil menyingsing lengan bajunya, membuka pecinya meletakkan peci itu di dekat tiang masjid. Rupanya ybs akan berwudhu kembali lantaran buang angin. Ini model kejujuran untuk diri sendiri yg sdh tertanam sedari dini bagi orang beriman sejati ahli shalat. Tak seorangpun yg tau selain diri sendiri dan Allah, bahwa dianya kentut, sedangkan tetangga dudukpun ndak tau.

Kalaulah angin keluar tak berbunyi hanya menyebar bau, maka tetangga duduk juga ragu dari siapa angin ini. Dengan berdiri menuju wudhu maka tergabung kejujuran untuk diri sendiri sekaligus jujur untuk Allah dan juga orang lain, mrpk pengakuan bahwa dari dirinya sumber bau spy jangan timbul fitnah.

Dari mulai contoh kecil ini orang beriman dan ahli shalat di latih JUJUR, walau tdk ada yg tau selain diri sendiri dan Allah. Indah sekali jika FALSAFAH KENTUT ini menjadi perilaku setiap orang, setidaknya buat orang yg beriman dan TUKANG SHALAT. Sehingga orang yg beriman dan tukang shalat tak kan mua berlaku TAK JUJUR, korupsi, mengambil hak orang lain dan perbuatan2 tdk jujur lainnya.

Jujur meliputi perkataan dan perbuatan, sbg renungan ttg konsekwensi tidak jujur pantas dipetik hadist:

Abu Hurairah r.a meriwayatkan, “Kami berangkat bersama Rasulullah s.a.w menuju Khaibar (dan kami memenangi pertempuran tersebut). Kami tidak mendapati ghanimah berupa emas ataupun uang. Yang kami dapat adalah makanan dan pakaian. Lalu kami berangkat lagi menuju lembah (Wali Qura). Pada masa itu ada seorang hamba bersama Rasulullah s.a.w, hadiah dari salah seseorang bani Jidzam (yaitu Rafa’ah bin Yazid dari bani Dabib). Ketika kami sampai di lembah, hamba milik Rasulullah s.a.w itu melepaskan pelana unta baginda. Tiba-tiba meluncur anak panah mengenainya dan dia pun menemui kematiannya. Kami pun berkata, “Alangkah indah sekali dia mendapatkan kesyahidan wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah pun bersabda, “Tidak, demi yag jiwaku ada di tangannya. Baju (yang dipakainya) itu benar-benar akan dipenuhi api yang menyala-nyala. Dia telah mengambilnya dari harta ghanimah yang belum sempat dibahagi-bahagi.”

Riwayat di atas menggambarkan bahwa ketidak jujuran walau hanya berupa baju bekas saja, seorang yg ikut dlm perang bersama Rasul, batal menjadi syahid dan dibakar api yg menyala-nyala.

Naah bgm dengan kita, mungkin ada terambil sesuatu bukan hak kita sdg kan perjuangan kitapun ndak ada apa2nya dibandingkan orang yg ikut perang bersama Rasulullah. Bgm pula dg korupsi meliputi angka yg banyak nolnya tentu tak terperikan azabnya. Wallahu alam bishawab.

Mari brrusaha sekuat-kuatnya untuk berperilaku jujur, bayangkan kita tlh dilatih jujur bersikap ketika KENTUT dlm persiapan shalat.

Smg Allah mengampuni dosa kita, apabila tlh terlanjur ada yg tak jujur. Membimbing kita agar seterusnya berperilaku jujur.

Aamin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment