Monday 11 September 2023

LAIN di lidah LAIN di hati

Manusia tercipta delengkapi dengan lidah dan hati, dengan kelengkapan itu dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Seseorang yang tidak satunya kata dengan perbuatan, sering diungkapkan dengan istilah “lain di mulut lain di hati”, mulut berbicara dengan sarana lidah, karena itu maka di artikel ini kusebut dengan “Lain di lidah lain di hati”. Perkara “lain di lidah lain di hati ini”, erat hubungannya dengan interaksi satu individu dengan orang lain, boleh jadi orang lain ini adalah seseorang, atau sekelompok orang. Titik berat persoalan “lain di lidah lain dihati”, sebagian besar adalah masalah janji. Wujud lain perihal “lain di lidah lain dihati” adalah pernyataan berwujud apresiasi. JANJI: Bila janji dijanjikan hanya kepada seseorang, lalu diingkari dampaknya tidak begitu luas. Akan berdampak yang sangat luas bila dijanjikan kepada orang banyak, akan tetapi diingkari. Janji kepada orang banyak, pihak yang memungkinkan untuk membuat janji2 itu diantaranya adalah dilakukan orang yang menghendaki dukungan orang2 banyak guna meraih kedudukan dalam masyarakat. Tebaran janji kepada masyarakat belakangan ini kian merebak, semoga saja pihak yang berjanji paham betul bahwa janji itu: Pertama; janji akan dimintai pertanggungan jawab: وَلَا تَقْرَبُوْا مَا لَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ………….” “…….dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra' ayat 34) Kedua; bahwa janji adalah hutang: عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ وَعَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الْعِدَةُ دَيْنٌ Dari ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu dan ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhuma, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janji adalah utang.” Hadits ini dikeluarkan oleh Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 3513 dan 3514) Ketiga; bahwa ingkar janji itu salah satu ciri orang munafik. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ Tanda-tanda orang munafik ada tiga; kalau berbicara dia berdusta, kalau berjanji dia ingkar, dan kalau diberi amanah (kepercayaan) dia berkhianat. (HR. Buhari/Muslim, 33/59) Keempat; bahwa mengatakan sesuatu tetapi tidak dikerjakan, dimurkai Allah, sebagaimana firman-Allah dalam surat Shaff ayat 2 dan 3. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff: 2-3) APRESIASI: Lain di lidah lain dihati, bentuk lainnya adalah “apresiasi” kebanyakan berbentuk “pujian”, menciptakan keadaan agar seseorang menjadi senang, pada hal tidak datang dari hati yang tulus. Salah satu bentuk konkrit model “apresiasi” ini sering diistilahkan ABS (asal bapak senang). Suatu ketika seorang pejabat tinggi, berkunjung ke suatu daerah. Salah satu hoby pejabat tersebut berburu. Benar juga setibanya di daerah yang masih banyak hutannya itu, setelah beristerahat sejenak oleh protokol setempat langsung disiapkan perlengkapan untuk pergi masuk hutan untuk berburu. Tak sampai dua jam masuk hutan, terlihat seekor Menjangan (Rusa), sedang merumput tak jauh diantara beberapa pohon, kira2 kurang dari dua ratus meter dari rombongan. Anak buah langsung berbisik ke si pejabat “itu sepertinya Rusa”. Dengan sigap seorang anak buah menyerahkan bedil kepada bosnya, beberapa detik kemudian dor,dor,dor. Rusa pun jatuh terkulai. Segera seorang anak buah berlari sekencang-kencangnya ke arah Rusa yang sudah rebah ketanah itu. Rupanya si anak buah yang berlari tersebut agar segera dapat memotong tali tambatan di kaki si Rusa. Rusa itu adalah rusa peliharaan penduduk yang dibeli dengan harga tinggi oleh anak buah si bos untuk menyenangkan atasannya yang hoby berburu itu. Si bos bukan main senangnya, apalagi ada yang komentar bahwa tembakannya begitu tepat. Beginilah salah satu bentuk “lain di lidah lain di hati”, anak buah yang merekayasa untuk menyenangkan bos ini, kalaulah hati nya bisa ketawa, hatinya akan terbahak-bahak mentertawakan bosnya terlihat bangga akan kemujurannya hari itu, baru saja sebentar masuk hutan sudah ketemu Rusa. Tembakannya sangat jitu tidak meleset. Padahal semua itu hanya rekayasa menyenangkan hati atasan, apresiasi yang disampaikan hanya semu “lain di lidah lain di hati”. Semoga penebar janji tidak berjanji terlalu muluk susah ditepati, pemberi apresiasi tidak berlebihan, ketika memuji. Penerima janji dan penerima apresiasi sama sama memahami bahwa belum tentu janji dapat terpenuhi dan pujian atau apresiasi belum tentu apa adanya. Ketika diberi janji jangan terlalu dimasukkan kedalam hati, sehingga kalau tak ditepati tak terlalu sakit hati. Kalau dipuji jangan sampai melonjak, jika di cela tak usah merasa diinjak. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 26 Safar 1445.H 12 September 2023 (1.185.09.23)

No comments:

Post a Comment