Monday 31 July 2023

Berbuat BAIK tak MUDAH

Tersebut kisah seorang sahabat dekat, sudah berusia lanjut, dianugerahi Allah masih relatif sehat, kendati disinggahi juga berbagai penyakit lazimnya usia lanjut. Sahabat ini dikarunia Allah dua orang anak, keduanya laki2 yang kini anak2 mereka sudah dalam kehidupan yang berkecukupan. Mungkin yang bersangkutan agak malas menuangkan pengalaman kebaikannya dalam tulisan, mengisahkan kepadaku, kini dengan seijinnya saya sunting menjadi artikel. Sahabat dekat ini, tergolong tidak ber asset yang berlimpah, akan tetapi perekonomiannya lumayan lebih, jika dalam ukuran sederhana. Selain mendapat pensiun juga punya investasi menghasilkan dan hasilnya saban bulan lebih dari cukup, untuk menunjang hidup mereka berdua. Sahabatku ini ketika masih mudapun sudah sering berbuat baik dalam artian membantu orang lain, dengan semboyan berbuat baik “memberikan kail”, kepada seseorang, ketimbang “memberikan ikan”. Semasa usia muda masih berdinas, di daerah (bukan di Jakarta kediamannya sekarang), dia dan istrinya yang ketika itu belum punya anak, mereka telah membantu seorang perantau masih muda, usia sekolah yang putus sekolah. Perantau tersebut diambilnya tinggal dengan mereka, dibiayai sekolahnya sampai selesai. Al hasil setelah memegang ijazah anak lelaki yang sudah mulai remaja itu melanjutkan perantauannya. Garis tangan pemuda tadi termasuk baik, 20 tahun kemudian diperoleh berita bahwa yang bersangkutan menjadi orang penting di suatu daerah, hidupnya mewah berlimpah. Agaknya si pemuda masih sangat mengingat dianya dibantu oleh suami-istri sahabat saya ini. Suatu saat diusia sahabatku hampir 70 an pernah diundangnya ke daerahnya, dengan dikirimi tiket PP serta disantuni luar biasa, ketika menjadi tamu di daerahnya. Diceritakannya kepada istri dan keluarganya bahwa bapak-ibu inilah yang menyekolahkannya. Menurut kabar, bahwa orang yang pernah dibantu sahabat saya ini, demikian juga perilakunya, sangat murah hati, membantu orang2 yang bernasib kurang baik. Inilah memang yang diharapkan oleh sepasang suami-istri ketika dulu 40 an tahun lalu membantu, perantau putus sekolah itu, agar ada multiplayer effect. Orang yang pernah menerima kebaikan dari mereka, akan cenderung berbuat baik lagi kepada orang lain, mungkin lebih banyak lagi. Insya Allah pahala kebaikan anak yang pernah dibantu itu mudah2an suami-istri sahabat saya ini mendapat imbasnya. Sebetulnya sahabat saya ini enggan bercerita. Namun karena saya adalah sahabat dekatnya, mengetahui langsung kebaikan sahabat saya ini membantu orang. Maka dengan sedikit wawancara saja yang bersangkutan menceritakan, tapi tetap dengan tidak menyebutkan nama, asal daerah serta sekarang dimana orang2 yang pernah dibantunya. Sebab dianya takut amalnya batal seperti dimaksud surat Al-Baqarah 264. يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌۭ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌۭ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًۭا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍۢ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَـٰفِرِينَ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”. Dipublishnya kisah kebaikan sahabat saya ini, saya tidak menginginkan amal sahabat saya ini akan pupus. Bahkan saya do’akan semoga amal ibadah kebaikan dari orang2 yang pernah dibantunya beliau akan mendapatkan bagian, sampai sudah berada di alam barzah nanti. Saya publish salah satu dari beberapa kisah kebaikan sahabat saya ini, semata-mata bermaksud kiranya menjadi motivasi bagi orang2 yang diberikan Allah rezeki yang lebih, dapat berbuat baik, lebih baik dari sahabat saya ini. Lebih jauh sahabat saya ini menceritakan, tidak selamanya perbuatan baik yang dilakukannya diterima dengan baik oleh pihak yang akan dibantunya. Di usianya diatas 70 an tahun sahabat saya ini, sudah tidak banyak lagi kegiatan bisnis keluar rumah. Justru sebagian aktivitasnya kontrol kesehatan ke rumah sakit, akan sakit2 kronis ringan yang menghampirinya karena faktor usia. Keluar rumah hanya untuk beribadah, sesekali menjadi penceramah dan khatib Jum’at. Praktis mobil dan kendaraan lain miliknya jadinya nganggur. Suatu hari terfikir oleh sahabat saya ini untuk membantu seorang pemuda warga se RW yang keseharian aktivitasnya hanya di pagi hari membantu petugas kebersihan. Dipanggilnya pemuda itu, ditawarinya untuk mendapatkan sim A dan C dengan pembiayaan sepenuhnya dari sahabat saya ini. Rencana sahabat saya ini, akan dapat memanfaatkan mobil dan motor miliknya (jika pemuda itu mau), berkenaan dengan sekarang ini sedang musim kendaraan pribadi dapat dijadikan angkutan bergabung dengan jaringan internet. Kalaupun dia tidak berkenan jadi pengemudi komersiil memanfaatkan mobil / motor sahabat saya ini masuk group angkutan umum melalui aplikasi, setidaknya ybs memiliki modal ketrampilan tambahan yang se-waktu2 dapat digunakan. Pemuda tersebut dengan penuh semangat menerima tawaran itu. Setelah ditentukan harinya, pemuda tersebut sebetulnya sudah datang dan naik bis yang akan membawanya untuk mengurus SIM secara kolektif, entah apa sebabnya dianya menjelang beberapa saat bis akan berangkat, dia turun dari bis rombongan SIM kolektif itu. Sore harinya koordinator pengurusan SIM kolektif melaporkan bahwa pemuda yg sahabat saya titipkan itu tidak ikutan, turun dari bis beberapa saat bis akan berangkat. Serta merta uang biaya2 dikembalikan lagi kepada sahabat saya ini. Keesokan harinya sahabat saya mencari pemuda tadi ke kediamannya, didapat jawaban bahwa “ndak taulah pak ini mungkin bukan rezeki saya”. Terakhir ini, ketika sahabatku memasuki usia 71, kedua anaknya sudah tidak lagi tinggal serumah, agaknya perlu penyegar suasana rumah serta menemani beberes rumah. Tiga tahun yang lalu dapat seorang anak perempuan usia diatas 16 tahun dari daerah jauh di pedesaan kawasan sekitar 6 jam-an naik bis dari Jakarta. Sahabat ku ini tidak mengenal ORTU gadis ini, kecuali sebatas melalui percakapan lewat HP. Rupanya yang bersangkutan pernah duduk di kelas 2 SMA, tidak lanjut katanya lantaran COVID, belajar harus DARING, ybs tidak dapat mengikuti lantaran tak punya uang membeli HP. Singkat cerita setelah sahabat saya ini berusaha untuk menyambungkan SMA nya di Jakarta, mendapat penolakan di beberapa SMA yang dihubungi dengan berbagai alasan, akhirnya di sekolahkan ke paket “C”, lulus tahun lalu. Tahun ini teman saya ini menanyakan ybs, apakah mau dilanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Ybs menyatakan keinginannya sekaligus memberitahukan bahwa cita-citanya menjadi BIDAN. Kejadian tersebut barusan, ada sekolah BIDAN sampai S1 yang masih buka. Serta merta sahabat saya ini menguruskan proses masuk sekolah Bidan tersebut. Walau sebelumnya sekolah ini belum pernah menerima lulusan paket “C”, tetapi setelah didiskusikan dengan pimpinan sekolah tersebut, anak asuh sahabat saya ini di terima. Dijalanilah serangkaian test masuk. Ternyata anak ini termasuk “berotak encer”. Test pertama, tertulis secara daring dia lulus, namanya diurutan ke 5 dari seluruh peserta mendekati 200. Test kedua entah test apa namanya temankupun tak tau, termasuk test kesehatan anak ini diumumkan lulus di urutan 22 dari yang lulus kurang dari 130. Test ketiga berupa wawancara, inipun dapat dilalui oleh yang bersangkutan dengan kelulusan di pengumuman urutan dibawah 30, dari yang lulus tinggal 120. Kesempatan berikutnya, wawancara dimana orang tua atau wali harus ikut mendampingi. Satu dan lain, pihak sekolah menghendaki jaminan kelangsungan pendidikan dari segi pembiayaan. Sahabat saya suami-istri datang mendampingi ketika wawancara, bahkan bersedia menjamin dengan bilyet Deposito sebesar biaya pendidikan sekitar ratusan juta sampai selesai anak asuhnya itu menamatkan di sekolah tersebut, diikuti pernyataan ditanda tangani diatas meterai. Kepada si anak dan juga keluarganya, sahabat saya secara tegas menyebutkan bahwa pembiyaan itu tidak akan dihitung sebagai hutang, betul2 dengan niat untuk amal jariyah. Hal itu juga diucapkan dihadapan team pewawancara. Keesokan harinya di sore hari keluar pengumuman bahwa test keempat wawancara didampingi wali, gadis ini lulus dengan urutan pengumuman nomor 18 dari jumlah mahasiswa yang diterima. Selanjutnya dipanggil untuk menghadap keesokan harinya untuk mendapatkan pengarahan terakhir dan mengukur pakaian seragam. Apa boleh buat malam harinya gadis ini mendapat telepon dari ORTU mereka untuk pulang, konon menurut pembicaraan via telepon ybs akan dinikahkan. Semuanya jadi buyar, berantakan, sahabat saya ini telah susah payah mengantar/menemani/ memfasilitasi untuk segala macam test dan mengeluarkan biaya2. Agaknya ORTU ybs tidak sabar menunggu 4 tahun yad (program S1 Kebidanan), dimana ketika itu nanti putrinya baru masuk usia kurang dari 24 tahun. Mau bagaimana lagi, bagaimanapun pola pikir tidak dapat disamakan. Sahabat saya ini tidak memaksakan kehendak, karena kalau nanti mengecewakan dibelakang hari akan disesali oleh keluarga anak gadis ini, misalnya ujung2nya tidak dapat berkeluarga (bersuami) sebagaimana orang kebanyakan. Makanya sahabat saya katakan “BERBUAT BAIK ITU TIDAK MUDAH”. Betul2 sangat2 disayangkan, sudah tinggal selangkah lagi menjadi mahasiswa sekolah Kebidanan cukup terkenal di Jakarta. Ibarat makanan sudah tinggal disuap, tapi itulah yang namanya rezeki, jadinya ingat dengan pemuda yang akan dibantu SIM oleh sahabat saya ini dikisahkan di atas, menjawab: “ndak taulah pak ini mungkin bukan rezeki saya”. Semoga kita semua senantiasa diberikan kesempatan oleh Allah dalam berbuat baik. Suatu niat perbuatan baik apalagi sudah sedikit direalisasikan, meskipun tidak berkesampaian, insya Allah telah tercatat di sisi Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 13 Muharram 1445H. 31 Juli 2023. (1.174.07.23)

No comments:

Post a Comment