Sunday 23 July 2023

TERPERDAYA di SEBAB kan:

Terperdaya adalah bila sesuatu yang disepakati atau diharapkan dengan pihak lain, terjadinya diluar keinginan, mengecewakan, merugikan, tidak mengenakkan, bahkan kadang menyakitkan lantaran pihak lain ini memperdaya, tidak menepati kesepakatan atau janji. Penyebab terperdaya dapat terjadi: PERTAMA; Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Tentang yang terjadi esok memang tak diketahui persis. Oleh karena itu maka tidak diketahui pihak yang berjanji, atau pihak yang dipercayai, nantinya bakal ingkar janji, bakal memperdaya. Mungkin dapat dijadikan referensi sebagai ikhtiar sebelum menentukan kesepakatan atau tindakan, dihimpun se-banyak2nya informasi. Selanjutnya bertawakal kepada Allah karena memang manusia tidak mengetahui apa yang terjadi hari esok. ……………………….. ۖ وَمَا تَدْ رِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا  ۖ………….. "………………………..Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. …………...."(QS. Luqman 31: Ayat 34) Penyebab KEDUA; Karena mengabaikan pengalaman. Ada juga orang terperdaya dalam banyak hal disebabkan mengulang kejadian yang hampir sama dengan apa yang pernah dialaminya (misalnya 5 tahun lalu), sekarang diulangi lagi. Kadang dengan propaganda sesaat yang lebih meyakinkan, lantas percaya lagi dengan pihak yang pernah memperdaya. Rupanya tidak ingat pepatah “sekali lancung keujian seumur hidup orang tak percaya”, atau lupa akan pesan tetua dulu “jangan terperosok di lubang yang sama”. Penyebab KETIGA; Karena manusia harus berusaha. Manusia secara kodrati untuk memenuhi kehidupan harus berusaha, harus berkegiatan, harus memutuskan, harus memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Lain dengan makhluk lainnya hanya dengan ikhtiar minimal alam telah menyediakan kebutuhan mereka. Makanya burung tak nyiapkan lumbung buat nyimpan makanan. Sapi, Kambing tak perlu simpan rumput di gudang, untuk makan harian mereka, agar bertahan hidup. Tumbuhan, tumbuh sesuai dengan lahan yang cocok buatnya. Binatang buas, usai nyantap buruannya, merekapun tidur, walau seekor rusa melangkahi hidungnya dicuekin saja. Beda dengan manusia harus simpan untuk cadangan kehidupan esok lusa dan bahkan anak cucu, cicit. Oleh karena itu harus giat usaha. Berusaha apapun harus melibatkan pihak lain yang kadang memperdaya. Hewan tak perlu memilih pemimpin kelompok mereka, sekawanan Bebek otomatis ikut Bebek jantan yang memandu mereka kemana harus berbaris. Penyebab KEEMPAT; Karena gemar sanjungan. Tidak sedikit orang terperdaya oleh kelihaian pihak memperdaya memuji dan menyanjung. Termakan sanjungan, bersedia menyerahkan sesuatu untuk dikelola oleh penyanjung. Ujung2nya diperdaya, kepemilikan beralih kepada pihak penyanjung. Sejatinya bila awak disanjung haruslah bersikap: Pertama; Tidak terbuai oleh pujian orang yang menyanjung. Di dalam hati harus berkata, “ini berlebihan, dia menyanjung karena tidak tahu kejelekanku” Kedua; sekiranya sanjungan itu mendekati kebenaran, jangan berbangga diri dalam hati berdo’a mohon kepada Allah agar dberikan yang lebih baik, setidaknya mempertahankan kebaikan itu. Agar tidak terlena dengan sanjungan orang lain, baik kiranya dibaca salah satu doa ketika disanjung: اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ " Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan sanjungan yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku." Demikian antara lain penyebab manusia terperdaya. Kalaulah yang terperdaya itu adalah orang perorangan dampaknya masih tidak seberapa. Misalkan terperdaya manakala memilih pemimpin, deritanya hanya dalam kurun waktu pendek, mendatang jangan dipilih lagi. Kalau yang terperdaya itu adalah suatu bangsa oleh bangsa lain, penderitaan berkepanjangan dirasakan anak cucu ber-generasi2....… 3 abad lebih kita terjajah satu dan lain karena terperdaya, penyebabnya antara lain salah satu atau beberapa faktor tsb diatas. Perihal memperdaya adalah pekerjaan syaitan, baik langsung maupun tidak langsung........ Langsung, yaitu model syaitan memperdaya dengan membisikkan ke diri kita sendiri. Sedangkan tidak langsung bermediakan pihak lain. Manusia bertitik lemah salah satunya gampang terperdaya, وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." (QS.4 = An-Nisa' ayat 28). Dalam pada itu syaitan terus menerus mendatangi manusia untuk diperdaya dari segala arah: ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ......." "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. ......…" (QS.7 = Al-A'raf ayat 17). Diantara model perdaya syaitan, menjadikan terasa indah kejahatan yang dilakukan. قَا لَ رَبِّ بِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُ زَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَ رْضِ وَلَاُ غْوِيَـنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ "Ia (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. 15 = Al-Hijr ayat 39) Apapun tujuan pihak yang memperdaya orang lain adalah untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri atau kelompoknya, padahal Allah telah memberikan rambu2 tentang harta orang lain: يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْكُمْ ۗ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. .......…" (QS. 4 = An-Nisa' ayat 29). Semoga kita tidak terperdaya, ataupun menjadi pihak yang memperdaya. Begitu pula harapan kita agar bangsa kita tidak diperdaya oleh bangsa2 lain, cukup sudah nenek moyang kita menjadi bangsa terjajah karena antara lain diperdaya bangsa lain. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 5 Muharram 1445H. 23 Juli 2023. (1.172.07.23).

No comments:

Post a Comment