Thursday 13 July 2023

Sangat BERANI KALAU betul2 TAU

Di kedua artikelku (no 1.167 dan 1.168) menyoal BERANI, terdapat 5 faktor pemicu keberanian ialah: 1. Orang berani karena tidak tau. (kutulis di artikel no. 1.167) 2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.(dimuat di artikel 1.168). 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. Ku publish di artikel yang sedang tersaji di ruang baca anda sekarang. 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. 5. Orang berani karena terpaksa. LEBIH BERANI KALAU BETUL-BETUL MENGETAHUI Pengalaman demi pengalaman ditolaknya pembayaran hasil negosiasi wesel/hasil ekspor ke bank luar negeri (kusinggung sedikit di artikel no. 1.168), membuat saya lama kelamaan menemukan cara mensiasati persiapan dokumen yang akan diajukan nasabah. Akhirnya saya menemukan formula untuk mengetahui “anatomi L/C”. Bahwa L/C dari negara mana saja isinya dapat disusun dalam butir2 dengan cepat serta mudah dipahami dikaitkan dengan jenis dokumen, jumlah dokumen dipersyaratkan. serta terms on condition lainnya. Dengan demikian begitu L/C diterima sudah dapat diketahui berapa macam dan berapa jenis dokumen yang harus dipersiapkan oleh eksportir, syarat2 setiap dokumen. Melalui check list format "anatomi" L/C itu, pemeriksaan dokumen cepat dan mudah serta kecil sekali kemungkinan kesalahan. Ketika dokumen diajukan nasabah, ditemukan kunci memeriksanya, sehingga tidak akan lolos (di dalam buku tulisanku tentang ekspor yang telah terpublikasi di khasanah perbukuan di Indonesia kusebut dengan istilah "kunci 3 C". Pengetahuan itu saya tularkan bukan saja kepada anak buah dan rekan-rekan bidang “trade service” di kantor bank tempatku bertugas 23 tahun lalu, tetapi juga kepada para pengusaha audience saya dalam pelatihan-pelatihan. Saya sempat menulis empat buku mengenai ekspor impor, telah dipublikasikan pada jamannya sempat mengisi etalase toko-toko buku di tanah air. Buku tentang Ekspor cetakan pertama tahun 1999 sebanyak 5 ribu exemplar melalui penerbit BPFE Yogyakarta, harus dicetak ulang edisi ke dua dengan revisi di tahun 2008. Cetakan ulang edisi berikutnya belum saya susun dengan pertimbangan: 1) Diriku sudah tidak menggeluti lagi secara kedinasan bidang ekspor-impor. 2) Berjalannya waktu tentu telah terjadi perubahan2; ketentuan2, peraturan2, di dalam negeri, ketentuan2 peraturan2 secara international diperbaharui terus. 3) Diikuti pula dengan perkembangan pesat sarana telekomunikasi. Dulu menggunakan telex, terakhir ketika mendekati pensiun tahun 2000 sudah berubah sarana telekomunikasi menggunakan SWIFT (Society Worldwide Inter bank Telecommunications). 4) Ilmu dunia tidak berlaku terus sepanjang masa, selalu berubah secara dinamis. Apa yang berlaku setahun yang lalu saja belum tentu masih berlaku sekarang, apalagi ketentuan2 baik di dalam negeri maupun internasional kurun waktu lama; misalnya 5-10 tahun silam. Jauh sebelum pensiun, sampailah limabelasan tahun sesudah pensiun saya sering diundang mengajar oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian serta lembaga pelatihan ekspor-impor lainnya untuk kelas para pengusaha. Tempat pelatihan di hotel2 di Jakarta dan di daerah2 baik di Jawa maupun luar Jawa. Dalam kesempatan mengajar di kedua Kementerian itu dan institusi pelatihan bidang ekspor-impor, saya tularkan pengetahuan dimaksud kepada masyarakat ekspor impor yaitu teknik dan cara menghindari penolakan pembayaran hasil ekspor di luar negeri tersebut. Setelah menemukan kunci-kunci pemeriksaan dokumen diawali dengan memahami “anatomi L/C”, pekerjaan menjadi lancar dan menjadi lebih berani menangani transaksi dengan menggunakan L/C, sebab betul-betul mengetahui rahasianya. Itulah sebabnya saya berkesimpulan kalau seseorang betul-betul mengetahui, ia akan menjadi lebih berani. Meskipun kini telah banyak perubahan namun teknik2 dasar penanganan L/C akan tetap masih dapat dijadikan acuan, dengan harus memperhatikan perubahan2 yang terus menerus berlangsung. Menyoal soal buaya, yang dalam ketiga artikelku tentang "keberanian" ini ikut jadi bahasan; bahwa tetangga rumah di kampung saya dulu ada seorang disapa “Pak Ngah Malek”. Dianya adalah dukun buaya, ahli benar menaklukkan buaya. Pekerjaan sehari harinya menangkap buaya liar di sungai Pawan dan sekitarnya. Dianya sanggup mengundang buaya yang pernah bersalah memangsa manusia, untuk naik ke darat. Setelah naik buaya diperintahkan diam; buayapun akan diam, diperintah telentang; buayapun telentang dengan hanya bantuan tangannya sedikit. Pawang buaya ini dengan sigap menangkap buaya dengan tangan kosong, baik di dalam air apalagi di darat. Itulah buktinya bahwa orang yang betul-betul mengetahui akan lebih berani. Al-Quran di surat Mujadilah ayat 11 sampai memberikan penghargaan kepada orang yang berilmu: ...يَرْفَعِ اللّٰهُ.الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ........... “……….Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat……………...” Insya Allah tulisan berikutnya tentang “Keberanian” akan dipublish di kesempatan mendatang dengan judul “Orang berani karena sebagai puncak rasa takut”. Semoga tiga tulisan menyangkut soal “Keberanian” yang telah mengunjungi ruang baca bapak/ibu dan saudara, bermanfaat adanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 DzulHijjah 1444 H. 13 Juli 2023. (1.169.07.2023).

No comments:

Post a Comment