Sunday 16 July 2023

PUNCAK TAKUT, jadi BERANI

Di tiga artikelku yang telah terpublish (no 1.167 no 1.168 dan no. 1.169) menyoal BERANI, terdapat 5 faktor pemicu keberanian ialah: 1. Orang berani karena tidak tau. (kutulis di artikel no. 1.167) 2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.(dimuat di artikel 1.168). 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. (Ku publish di artikel no. 1.169) 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. Yang kini akan hadir ke ruang baca anda. 5. Orang berani karena terpaksa. Seorang pemburu masuk hutan keluar hutan lebat dengan menyandang bedil, ingin memburu Menjangan. Dalam keletihan di suasana guyuran hujan gerimis, ketika berusaha melangkahi sebuah batang kayu besar yang tumbang, begitu kaki menginjak bumi di sebelah pohon yang tumbang itu tiba-tiba seekor beruang dewasa berada disana memutar arah sehingga tepat berdiri berhadap-hadapan. Senjata laras panjang yang disandang tidak dapat digunakan lagi karena posisi sudah begitu dekat. Takut pemburu itu tiba-tiba memuncak, membuatnya harus berani menghadapi beruang itu, sambil menunggu kemungkinan, apakah mendahului menyerang beruang itu, atau siap-siap menghadapi serangan beruang tersebut, sebab untuk mengambil langkah seribu sudah tidak mungkin. Dengan penuh keberanian, si pemburu menatap wajah si beruang tanpa berkedip dan mungkin tidak bernafas. Lama kedua mahluk itu saling tatap dan tidak bergerak, mungkin kira-kira seperempat jam. Konon kata yg mengisahkan, pemburu tadi hanya berzikir di dlm hati: لَنَاۤ اَعْمَالُنَا وَلَـكُمْ اَعْمَالُـكُمْ وَلَنَاۤ اَعْمَالُـنَا وَلَـكُمْ اَعْمَالُكُمْ (Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu). Di petik dari (QS Al-Qasas 55 dan Al-Baqarah 139). Diluar dugaan, si beruang pelan-pelan memutar arah dan menjauh dari si pemburu. Pemburupun menarik nafas dan mengeluarkan nafas yang panjaaaang, sambil menatap binatang berkuku tajam itu berlalu dan membiarkannya tidak membidikkan bedilnya meskipun itu dapat dilakukan. Inilah salah satu bentuk puncak dari takut membuat seseorang menjadi berani. Di detik ketika beruang menjauh, terlintas di pikiran si pemburu bahwa beruang makhluk buas telah berbuat baik kepadanya dalam wujud tidak menganiayanya, makapun balasan yang pantas buat si beruang adalah tidak membedilnya. Sekaligus dia bersyukur yang tinggi kepada Allah yang telah membolak-balikkan hati si beruang yang mestinya begitu ketemu manusia langsung menerkam, apalagi dengan jarak dekat seperti itu. Mungkin diantara sidang pembaca pernah mengalami sendiri atau melihat orang dalam suatu keadaan yang menakutkan yang hebat, kemudian berpuncak menjadi berani menghadapinya. Contoh seorang yang berhasil melompat tembok yang tinggi guna menyelamatkan diri dari sesuatu yang mengancam jiwanya. Dalam keadaan normal melompati tembok tersebut tak dapat dilakukan, hal tersebut dapat terjadi karena rasa takut yang memuncak hingga menjadi berani. Dalam kasus lain, kebanyakan orang merantau lebih sukses ketimbang orang menetap dikampung halaman, disebabkan perantau menjadi lebih rajin, lebih nekat daripada dianya masih di kampung halaman sendiri. Hal inipun disebabkan ybs berada dipuncak rasa takut akan menemukan kesulitan jika tidak lebih rajin, tidak lebih giat, kadang harus nekat. Kalau di kampung halaman merasa ada tempat bergantung jika menemukan kesulitan. Sekelumit artikel2 bertemakan “keberanian” yang telah hadir keruang baca anda; “berani karena tidak tau”. (kutulis di artikel no. 1.167), “TIDAK berani karena taunya hanya sedikit”.(dimuat di artikel 1.168). “Berani kalau betul-betul mengetahui”. Ku publish di artikel 1.169 dan “berani puncak rasa takut”. kini hadir ke ruang baca anda. Insya Allah judul berikutnya “Berani karena terpaksa”. Semoga bermanfaat adanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 26 DzulHijjah 1444 H. 15 Juli 2023. (1.170.07.2023).

No comments:

Post a Comment