Sunday 5 February 2023

IBADAH tidak seperti MATEMATIKA

“Ini acara arisan bukan pengajian”, begitu komentar salah seorang ibu dalam suatu komunitas arisan suatu perhimpunan. Komentar itu, lantaran beberapa ibu tampil dengan dandanan tidak berpakaian muslim, pada hal ibu yang menanyakan kepada si ibu duduk berdekatan dengannya, kapan ketika disuatu pertemuan majelis taklim melihat para ibu2 dimaksud sudah menggunakan Jilbab. Dia tau betul kawan akrabnya itu seorang muslimah (di dalam hatinya kok sekarang buka jilbab lagi). Karena semuanya kawan akrab maka beranilah berbisik ke salah satu dari ibu2 itu untuk cari tau. Ternyata dikomentari seperti di awal kalimat. PENDAPAT MATEMATIKA. Nah dalam case ini, ada pula yang berpendapat bahwa kebaikan untuk seseorang “mendapatkan keridhaan Allah” tidaklah hanya dari pakaian saja, tapi dari beberapa faktor. Yang berpendapat begini mengibaratkan misalnya total nilai yang akan dikumpulkan untuk mendapatkan “keridhaan Allah” itu = “100”. Boleh jadi skor 100 itu berasal dari: “99 + 1”, atau “80 + 20”, atau “10 + 90” dan seterusnya. Katakanlah soal berpakaian bernilai sangat minim, ekstrimnya sampai minus, namun bila kebaikan2 lainnya dimaksimalkan, maka orang yang berpaham “Matematika” ini menyimpulkan; toh juga berhasil mendapat nilai 100 atau bahkan lebih. Banyak ditemukan hadits2 yang memberikan perumpamaan suatu ibadah dengan ganjaran berlipat, atau setara dengan………..: Terbatasnya ruangan, dipetik salah satu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini: صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173.) Bila menganut paham “Matematika”, seseorang yang sering ber-umrah saban tahun, telah banyak mengkalkulasi jumlah shalat, maka umpamanya setelah pulang berumrah-berhaji yang bersangkutan tidak istiqamah shalat setiap waktu, berdasarkan pendapat ini akan tercover oleh keutamaan shalat yang telah dia miliki. Sesungguhnya tidaklah demikian, soal kalkulasi ibadah tidak tunduk dengan kaidah “Matematika”. Jika sepulang haji, sepulang umrah yang bersangkutan malah berhenti atau jarang shalat, karena menghitung sudah banyak saldo shalat, tetap saja berdosa karena dosa meninggalkan shalat: حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthâ (shalat Ashar). Dan berdirilah untuk Allâh (dalam shalatmu) dengan khusyu”. [Al-Baqarah/2: 238] Shalat harus tetap dipelihara (dilaksanakan), dalam perjalanan, dalam keadaan apapun, dalam peperangan sekalipun, termasuk dalam keadaan sakit. Contoh lain: biar orang telah rajin melaksanakan shalat syuruq (dimana ada hadits) yang menyatakan ganjaran pahalanya sama dengan “haji + umrah”, tidak berarti kewajiban hajinya menjadi gugur, bila yang bersangkutan mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk berhaji, maka haji harus dilaksanakan. Berikut adalah salah satu hadits yang mendasari amaliyah dikerjakannnya shalat sunnah syuruq. عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Barang siapa yang shalat pagi hari (subuh) secara berjamaah, kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah ta’ala hingga terbitnya matahari, kemudian ia shalat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW bersabda, ‘Sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudzi) Hadits ini dikatakan oleh Imam Turmudzi sebagai “Hasan Gharib”, yaitu bahwa menurut Imam Turmudzi, sanad hadits ini “hasan” artinya tidak mencapai derajat shahih. (Pembahasan derajat hadist tidak dimuat ditulisan ini). Kembali ke perihal “Jilbab” adalah suatu amaliyah yang secara tegas di atur dalam surat An-Nur di satu ayat, yaitu ayat 31 demikian panjang: وَقُل لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا  ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوبِهِنَّ  ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَآئِهِنَّ أَوْ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَآئِهِنَّ أَوْ أَبْنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ إِخْوٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ أَخَوٰتِهِنَّ أَوْ نِسَآئِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُهُنَّ أَوِ التّٰبِعِينَ غَيْرِ أُولِى الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ  ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ  ۚ وَتُوبُوٓا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.". Sedang aurat perempuan kita merujuk kepada: يٰٓأَيُّهَا النَّبِىُّ قُل لِّأَزْوٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلٰبِيبِهِنَّ  ۚ ذٰلِكَ أَدْنٰىٓ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ  ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59). Atas dasar dalil dan bahasan diatas, dapat diketahui bahwa menutup aurat adalah suatu kewajiban. Setiap kewajiban harus dilaksanakan. Sepertinya tak akan tertutupi secara “matematika” dengan kebaikan2 lain yang dilakukan. Kebaikan lain insya Allah akan tetap diperhitungkan oleh Allah disurat Az-Zalzalah:  فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” Namun pelanggaran menutup aurat ini juga tetap diperhitungkan. Buat setiap muslim dan muslimat diseru Allah agar melaksanakan ajaran Islam secara keseluruhan. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam secara keseluruhan. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208). Semoga kiranya kita terus menerus dapat meningkatkan iman dan taqwa sehingga dapat melaksanakan seluruh amalan agama Islam secara كَافَّةً, (keseluruhan). والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Rajab 1444H – 6 February 2023. (1,099.02.23)

No comments:

Post a Comment