Sunday 19 February 2023

Simpul-simpul TALI Silaturahim

Tali pusat atau “funiculus umbilicalis” adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tali pusat inilah merupakan tali silaturahim pertama antara si janin dengan ibundanya. Begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Tali silaturahim kedua antara Ibu dengan bayinya bersambung, malah dengan dua hubungan yaitu puting susu ibu kiri dan kanan. Dengan penuh kasih sayang ibu menyusui bayinya, sementara si bayi ketika dianya sudah dapat memelekkan matanya, sambil menyusu menatap wajah ibu dengan penuh harap akan perlindungan. Tali silaturahim dalam wujud tampuk susu ibu ini sesuai ketentuan agama Islam berlangsung hingga 2 tahun. “………………..وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ أَوْلٰدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ  ۖ لِمَنْ أَ رَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ  " "Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna……………….”. (QS. Al-Baqarah ayat 233). Di dalam rumah, terjalin selanjutnya simpul tali silaturahim ketiga yaitu dengan ayah, dan siapa saja yang ada dalam keluarga tersebut. Bayi setelah menjadi anak, akan mulai bermasyarakat dengan lingkungan kediamannya, ketemu dengan anak2 sepermainan, selanjutnya diusia 4, 5 tahun sekarang ini anak2 mulai masuk PAUD, lanjut ke TK, SD. Sekolah terus bagi ORTU yang mampu anak disekolahkan sampai ke perguruan tinggi. Simpul2 silaturahim berlanjut sejak dari PAUD sampai perguruan tinggi, sampai pula dengan kolega teman sekerja. Begitu banyak teman sepermainan, teman sesekolah yang kini sering di istilahkan se alumni. Tali silaturahim ini, dengan ayah bunda dan keluarga sudah jelas tak boleh terputus apapun yang terjadi, karena pertalian darah. Ada pepatah “Tetak air tak akan putus”. Juga hendaknya simpul2 silaturahim seperti tersebut diatas diluar keluarga sedarah tidak boleh terputus. Walau dalam perjalanan hidup ada yang berstatus sosial lebih baik. Karena memang “retak tangan tidak sama”. Kadang teman sepermainan, teman seangkatan ketika sekolah menjadi orang penting, sementara ada juga yang bernasib kurang baik. Silaturahim tidak boleh diputus hanya sekedar berbeda jurusan, pada hal satu angkatan. Berbeda kelas pada keluaran dari sekolah yang sama, seyogyanyalah silaturahim harus terpelihara. Prinsip dasar silaturahim harus terjalin, walaupun tadinya pernah bermusuhan. Perlu diteladani bagaimana sikap Nabi Muhammad kepada Wahsyi orang yang pernah membunuh dengan sadis paman beliau di perang Uhud; Hamzah. (pernah kutulis di 4 artikelku terakhir berjudul “Dikabulkankah Do’a” nomor 905, 3 Maret 2022). Dengan menyimak perjalanan hidup kita dari sejak janin sampai hampir mendapat titel almarhum/almarhumah ini, kita pupuk terus simpul2 silaturahim, bagi orang2 yang pernah bersama dalam kehidupan kita, jangan sampai diputuskan hanya lantaran hal2 tertentu, perhatikan ancaman Allah dipetik di bawah ini bagi orang yang memutuskan tali silaturahim di surat Muhammad ayat 22 dan 23 dibawah ini: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوٓا أَرْحَامَكُمْ "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (ayat 22) أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمٰىٓ أَبْصٰرَهُمْ "Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya." (ayat 23). TALI PALING KUAT, TALI SILATURAHIM. Tali dibuat untuk pengikat. Jangan disimpul agar lurus. Jika silaturahim terjalin kuat. Tak ada soal tak dpt diurus. PINTU PALING HEBAT, PINTU HATI. Orang Pati pergi melaut. Cari ikan menebar pukat. Kalau hati sudah bertaut. Meskipun jauh terasa dekat. Semoga Allah senantiasa mengeratkan simpul2 silaturahim di antara kita والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 29 Rajab 1444 H. 20 February 2023. (1.105.23).

No comments:

Post a Comment