Sunday 2 October 2022

Kesempatan Plus Kemauan Jadi Kejahatan

Ditayangkan disuatu TV, seorang ibu muda mencuri sebuah sepeda motor, berhasil dijualnya dengan harga dapat melunasi hutangnya pada tetangga dan ada tersisa sebagian untuk keperluan hidup. Ibu muda ini bukan seorang profesional maling sepeda motor, baru sekali ini berpengalaman melarikan sepeda motor orang lain. Dalam keadaan suntuk terlilit hutang, bingung,……………, ketika berjalan ke pasar, terlihat sebuah sepeda motor ditinggalkan pemiliknya di depan kompleks pertokoan, kunci motor masih melekat di kontak sepeda motor, tidak pula ada tukang parkir. Sedangkan pemilik motor jelas terlihat masuk ke sebuah apotik dengan pintu selalu tertutup karena gedung ber AC. Kesempatan muncul, motor dengan mudah dapat dikendarai, kunci nempel, men-staternya-pun mudah langsung bagaikan milik sendiri tak perlu melalui gerbang penjaga parkir. Sebetulnya kalaupun ada kesempatan seperti itu, jika tidak ada kemauan untuk melarikan sepeda motor itu, mestinya tidak akan terjadi. Malah kalau tidak punya niat jahat justru dengan sigap mengejar pemilik sepeda motor untuk memberitahukan bahwa motornya “kuncinya masih nempel” di sepeda motor. Atau segera mencabut kunci tersebut, mengejar pemilik, mengatakan “ini kunci motor”. Umumnya pemilik sepeda motor yang lupa seperti ini, akan berterima kasih. Walau dapat saja terjadi malah sebaliknya, apa yang dilakukan ke yang mengantar kunci dianggap orang yang ditolong tadi “usil urusan orang”. Namun bagi yang beritikad baik dan kuat iman-nya, biarlah apapun penilaian pihak pemilik sepeda motor, terserah yang penting telah berbuat baik. Kemauan Ibu muda dalam contoh case ini timbul, didorong keinginan mendapatkan uang segera untuk melunasi hutang. Kesempatan atau peluang tersedia yaitu sepeda motor tak terkunci, maka terlaksanalah perbuatan kejahatan. Dengan demikian setiap kejahatan adalah merupakan perpaduan KESEMPATAN plus KEMAUAN. Dengan kata lain KESEMPATAN plus KEMAUAN sama dengan KEJAHATAN. ( K + K = K ). Bukan saja kejahatan berupa pencurian, tetapi tindakan kriminal apapun, seperti Korupsi, Penipuan, Penggelapan termasuk Perampokan juga disebabkan adanya Kesempatan diiringi Kemauan. Tidak terkecuali perbuatan2 maksiat juga terjadinya karena ada “Kesempatan” dan “Kemauan”. Untuk meminimalkan “kesempatan”, Al-Qur’an memberi arahan, agar sedini mungkin hendaklah manusia menjauhi sesuatu yang memungkinkan untuk mendapatkan “kesempatan”. Terkenal dengan perintah “Jangan mendekati”, seperti terdapat pada surat al-An’am 151 dan al-Isra’ 32 وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.. ……………………….” “…..janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi,…..” وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ  ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk." Karena dengan mendekati suatu “kesempatan” kemungkinan timbul “kemauan” akan menjadi besar. Dalam case di atas, sebetulnya Ibu muda itu tidak mendekati, tetapi tidak sengaja “terdekati” dengan “Kesempatan”, lalu timbul “Kemauan”, selanjutnya tidak menyia-nyiakan “Kesempatan” mewujudkan jadi “Kejahatan”. Bagi orang yang imannya kuat dianya tidak akan terjerumus berbuat kejahatan, walau menemukan “Kesempatan”. Justru kesempatan2, oleh orang beriman dianggap sebagai ujian. Seorang pejabat, terbuka kesempatan untuk memanfaatkan jabatannya guna memperkaya diri, bagi pejabat yang beriman tidak melakukannya dengan memposisikan “kesempatan” sebagai ujian. Bagi orang yang belum pernah diuji menjadi pejabat kadang sangat lantang mencela pejabat2 yang korupsi, komersialisasi jabatan dan perbuatan memperkaya diri. Tetapi banyak diantaranya, ketika suatu saat dapat “kesempatan” memangku jabatan, lantas “pengkritik” yang tadinya paling lantang, tidak tahan uji, malah dianya yang sangat getol memanfaatkan jabatannya. Seperti apa yang disinyalir Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut 2 dan 3: أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوٓا أَنْ يَقُولُوٓا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِينَ "Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." Dua ayat dipetik dari surat Al-Ankabut diatas, bagaikan mengingatkan bahwa seseorang yang belum pernah diuji dengan kesempatan, memang lebih gampang mengkritik orang2 yang sekarang mempunyai kesempatan yang melakukan kejahatan berupa menyalah gunakan jabatan memperkaya diri; misalnya. Belum tentu pengkritik itu bila dapat kesempatan, tidak melakukan hal yang sama. Namun semuanya akan dapat diminimalisir dengan benteng “iman” dengan selalu mengingat bahwa “kesempatan”, diposisikan sebagai ujian. Ayat diatas juga dapat disimpulkan: belum dapat dikatakan sesorang “kuat imannya” bilamana belum “teruji”. Seseorang berhasil membuktikan kuat imannya; apabila berada di tengah kemaksiatan, justru sanggup membasmi kemaksiatan, setidaknya tidak terlibat dengan kemaksiatan itu. Seseorang yang terbuka kesempatan melakukan kecurangan, punya kesempatan korupsi, tetapi berhasil membentengi diri dengan iman, tidak melakukan kecurangan dan korupsi. Semoga Allah memperkuat iman kita semua sehingga bila diuji dapat lulus dalam ujian2 iman tersebut. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 7 Rabiul Awal 1444 H. 3 Oktober 2022. (1.041. 10.22)

No comments:

Post a Comment