Wednesday 3 November 2021

UJIAN KETAATAN

Sopir suatu keluarga mengisahkan, suatu hari majikannya mendadak ngorder brangkat ke luar kota. Perjalanan kira2 sepuluh jam dari Ibu kota Provonsi. Untuk sampai ke tujuan yaitu sebuah desa terpencil, di suatu kecamatan. Sebetulnya jaraknya dekat hanya 21 Km, dari kota Kabupaten terdekat. Tapi jalan masuk desa, tanpa aspal dan belum masuk listrik. Lebih jauh supir keluarga kisahkan mereka berangkat pukul 1 siang, tiba di kota Kabupaten terdekat pukul 11 an malam. Atas pertimbangan menghindari kesulitan di jalan menuju desa, majikan (Bpk Rizal; bukan nama sebenarnya) instruksikan cari penginapan terdekat. Perjalanan akan diteruskan esok setelah sarapan pagi. Perjalanan itu dlm rangka menjenguk orang tua (ayahanda istri majikan) dikabarkan sakit. Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan melalui jalan masih mulus dpt 15 menit, masuk ke jalan menuju desa belok ke kanan, jalan tidak beraspal,  disana-sini nampak cekungan bekas lindasan roda truck. Kadang ada lobang2 dan becek, karena mungkin baru saja malamnya terkena hujan.  Tiba2 ...... majikan (suami)  perintahkan cari belokan untuk balik arah.  Beberapa saat sblmnya terjadi diskusi hebat kedua suami istri dlm perjalanan di mobil, didahului si Bapak terima telpon. Butir2 diskusi si supir tdk tau detil, hanya beberapa yg sempat tertangkap disela-sela konsentrasi nyetir. Bapak kemukakan ada urusan bisnis yg amat penting di kota hari ini, barusan dpt telpon tadi. Si Ibu Anisa (bukan nama sebenarnya) usul, agar sampaikanlah dulu ke rumah "ayahnya"  yg kini sakit. Toh paling 2 jam-an lagi tiba. "Nanti liat bgmn kondisi "ayah", kalau baikan saya ikut pulang, atau saya diijinkan tinggal di rumah ayah untuk beberapa waktu, Bapak silakan pulang". Tutur ibu Anisa Pak Rizal kemukakan: "Ini sdh pkl 6, perkiraan kita keluar masuk jalan rusak ini 4 jam. Lantas di sana sekurangnya 1 jam. Pukul 11 baru sampai lagi ke jalan mulus. Pengalaman kemarin kita sampai di hotel pkl 11 malam berangkat pkl 1 siang, kan 10 jam. Pukul 9 mlm baru kita sampai di kota. Kalau kita langsung pulang sekarang, pkl 4 sore sdh dpt nemui teman binis saya". Pilihan cukup berat buat ibu Anisa, misalnya minta diturunkan di jalan untuk neruskan ke rumah ayah, bukan pilihan, karena tak tersedia angkutan umum. Dalam lamunannya sementara mobil cari putaran berbalik arah, Bu Anisa teringat Ustadz di pengajian menyampaikan hadits tentang 4 syarat seorang istri untuk masuk surga: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad; shahih) Dalam kasus ini, Ibu Anisa tak mau tidak lulus ujian syarat butir 4 dimaksud hadits, sedangkan 3 syarat lainnya telah tersanggupi. Maka diapun mematut wajah tetap cerah menyembunyikan kemasgulan hatinya, taat kpd suami untuk tidak jadi menjenguk Ortu yg sedang sakit, dimana rumahnya sdh dekat, saat perubahan keputusan itu diambil. Si Supir keluarga itu menutup cerita: "Itulah kenangan yg tak terlupakan buat saya selama belasan tahun sbg supir pribadi almarhum pak Rizal dan almarhummah ibu Anisa". Semoga, kita yg masih hidup ini dapat membina rumah tangga saling pengertian suami-istri.  "Suami tak mentang2, istri tdk pembangkang". Pokoknya kedua pihak tau persis serta menjalankan hak dan kewajiban masing2, agar menjadi bekal amal baik untuk kehidupan sesudah mati nanti. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Rabiul Awal 1443 H. 31 Oktober 2021. (858.10.21).

No comments:

Post a Comment