Monday 26 July 2021

Ke-BENAR-an tergantung SIKON.

Sudah menjadi kebiasaanku sejak lama,........ disaat olah raga jalan pagi selalu mengenakan masker.

Ketika, ngantar istri ke suatu bank, semula aku tidak ikut masuk. Stlh kendaraan di parkir, memanfaatkan waktu ku teruskan jalan pagi disekitar lokasi bank. Karena cukup lama istri blm keluar dari bank, ku ingin ngecek. Masuk pintu bank, satpam menyuruhku membuka masker. Satpam beralasan wajah tidak sempurna terlihat. 

Kini di musim covid, malah sebaliknya, bila masuk bank, kurang sempurna sangkutan/ posisi  mengenakan master saja di tegor.


Kuteringat tahun 1971an di Jakarta, waktu masih jadi wartawan ketika pulang pagi (usai piket malam di percetakan, waktu itu surat kabar masih dicetak dg teknik susunan huruf timah,  kadang dpt giliran bertugas ngontrol sblm naik cetak).  Mengendarai sepeda motor, lupa mematikan lampu karena tadi malam abis di pakai, di stop Polantas diingatkan untuk matikan lampu. 

Situasi sekarang beda lagi, ngendarai sepeda motor di jalan raya di Jakarta tidak nyalakan lampu, malah dipersalahkan.


Dari dua kasus yg kuangkat di atas ternyata kebenaran di dunia ini sangat nisbi, tergantung situasi dan kondisi. 

Kebenaran di suatu masa dianggap salah di masa yg lain. Kejanggalan suatu masa dianggap umum/lumrah dimasa yg lain. Kesalahan di suatu masa dibenarkan di masa yg lain. Kebenaran tergantung situasi dan kondisi pada masanya.


Kebenaran juga tergantung dari siapa yg menilai. Benar menurut seseorang, blm tentu benar menurut orang lain.  Benar menurut suatu kelompok atau kaum blm tentu benar menurut kelompok yg lain. Perbedaan ketika menentukan kebenaran inilah, yg sering membuat perselisihan,  sering berujung dibawa ke pihak yg dianggap adil (di dunia) untuk menetapkan "kebenaran" itu. 


Yg sedihnya jika penentu kebenaran itu berpihak kpd salah satu kelompok pencari "kebenaran". Kalau sdh yg dipercaya penentu kebenaran tdk netral dmkn, sudahlah......... alamat "kebenaran" itu tidak benar.  


Di tengah pandemi covid 19 ini juga bukan sedikit terjadi beda pendapat menetapkan kebenaran,  ttg protokol kesehatan misalnya. 


Bagi orang yg beriman acuan kebenarannya jelas; sesuai petunjuk Allah a.l. seperti (QS. Ali 'Imran ayat 60)

اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا  تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِيْنَ

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."


Orang beriman mengukur kebenaran atas dasar yg dituntunkan Allah dan RasulNya. 


Eeeee........masing2 pihak meng-klaim pula beriman, meng klaim juga menentukan/mencari kebenaran tlh sesuai petunjuk Allah dan RasulNya. 


Dlm hal seperti ini pulangkanlah kpd hati nurani.               اِنْ شَآءَ اللّٰه , hati nurani orang yg taqwa dan tawakal senantiasa di bimbing Allah, ditunjukkan jalan keluar (yg baik). (QS. At-Talaq ayat 2)

 وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا

"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,"


Upaya mendpt kebenaran ttg apa saja,  jika merujuk pada petunjuk Allah:


"..........فَسْــئَلُوْۤا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ


"...........maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui."

(QS. 21= Al-Anbiya ayat 7).


Soal kesehatan, penyakit, aneka, wabah dan virus, wilayahnya ilmu para dokter.  Sedang dokter, juga terbagi lagi dengan berbagai keahlian khusus. Ayat 7 Al-Anbiya di atas agaknya menyuruh kita untuk memilih kebenaran soal virus yg di tunjukkan dokter2 yg ahli pada bidang per virus an. 


Dlm konteks ini,   bersikap dlm menghadapi sesuatu kebenaran yg masih membimbangkan yg, hrs di taati:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

(QS.4 = An-Nisa' ayat 59).


Nah kalau begitu sebaiknya yg kita ikuti ttg fatwa kebenaran khususnya ttg virus corona atas rujukan ayat2 di atas adlh:


1. orang berilmu اَهْلَ الذِّكْرِ, mereka adalah para ulama yg menguasai ilmu ttg penjabaran petunjuk Allah dan Rasul-Nya. 

Jika terdapat dua kubu,(satu setuju prokes yg lain tdk setuju prokes) masing2 pun lengkap dg dalilnya maka pertimbangan berikut:


2. Ikuti apa yg ditetapkan pemimpin

وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ

karena mereka tlh diamanahi oleh masyarakat untuk mencari jalan terbaik untuk kemaslahatan ummat yg dipimpinnya.


3. ikuti petunjuk ahli dibidang kesehatan sesuai dg Al Anbiya 7 di atas.


Smg hati nurani kita semua masih hidup shg masih sanggup menetapkan baik dan buruk, benar dan salah, setidaknya untuk diri sendiri dan keluarga buat sandaran guna mohon ampun kpd Allah.

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّـبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

Ya Allah tunjuki kami yg benar itu benar serta sanggup mengikutinya. Tunjuki kami yg salah itu salah sehingga mampu menjauhinya.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 16 DzulHijjah 1442 H.

26 Juli  2021.

(823.07.21).

No comments:

Post a Comment