Sunday 28 February 2021

MUSUH

 Kalimat bijak sering kita dengar, atau baca kurang lebih; "sahabat seribu masih kurang, musuh satu sdh sangat banyak".


Tukang bangunan sesampai di rumahku ganti pakaian, untuk kerja. Bgt dibukanya pakaian perjalanan dari rumahnya itu, tampak terselip di pinggang kiri dan kanan satu belati bersarung. Di dada sebilah clurit berbalit kain.

Kutanyakan: "untuk apa itu belati dan clurit". dijawab: "untuk jaga diri pak saya punya musuh, siapa tau ketemu di jalan".


Pak tukang bangunan merapikan rumah ku ketika aku tinggal di suatu daerah, sbtlnya tak jauh dari ibu kota Provinsi tapi  di tahun 80 han  suasananya  masih pedesaan.  


Pak Tukang;  kemungkinan bersua musuhnya itu bgt tinggi, lantaran lalulintas antar desa mereka ke akses jalan raya hanya pematang pembatas petak2 sawah berupa jalan setapak. Kalau kedua seteru ini pas bersamaan melintas berlawanan arah di pematang sawah yg sepi itu, tak dpt dihindari ketemu muka dg muka.

Kalau betul2 ketemu dua2nya akan celaka, bila tarung:

* kalah, boleh jadi mati. 

* menang masuk penjara.


Berbicara perihal musuh, manusia diciptakan Allah sejak semula sudah memiliki musuh. Banyak ayat Al-Qur'an memberitahukan Setan musuh yg nyata bagi manusia, salah satu ayat:

............................"

. وَ لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۙ 

"....................dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu,"

(QS. Al-An'am ayat 142).


Musuh setiap diri dpt berupa

musuh dari dalam dan musuh dari luar. Musuh dari dalam termasuk dari Setan dan juga musuh justru dari diri sendiri. Musuh dari luar ada harapan dapat menghindar, tapi musuh yg berat dari diri sendiri. Musuh seperti pak tukang di atas ada kemungkinan dihindari dg pindah ke kota yg jauh, ndak usah pulang2 sampai dpt kabar si musuh sdh berpulang. 


Adapun musuh dari luar yg serba salah menghadapinya apabila orang terdekat kita yg menjelma menjadi musuh, misalnya ISTRI atau ANAK. Hal tsb bukan mustahil kejadian, sehingga Allah sampai mengingatkan:


يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ ۚ  .............."

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; ................"

(QS. At-Taghabun ayat 14).


Istri sbg MUSUH.

Dmkn sulitnya kalau sdh istri jadi musuh, pernah tersiar kabar istri mengatur pembunuhan suaminya. Hampir sempurna siasat istri menghabisi suaminya...................(pembaca tentu ikuti beritanya sampai ke meja hijau). Karena kejahatan tak kan pernah sempurna, rekayasa si istri tersingkap juga, pembaca dpt simak berita sidang pengadilan. Baik juga buat pembelajaran.


Si suami tentu saja tak sempat mempersiapkan diri seperti pak tukang tsb di atas. Sebab musuhnya tdk diduga orang terdekat "musuh se selimut". 


Anak sbg MUSUH.

Beragam pula model kejadiannya bila anak2 menjelma sbg musuh, antara lain:

* Boleh jadi si anak secara diam2 tdk mau menurut arahan Ortu, malah melakukan perbuatan yg dilarang Ortu.

* Boleh jadi terang2 melawan Ortu. 


Pernah seorang anak saking emosi pada ayahnya, di tengah lahan pematang disamping rumah si ayah, mengayunkan cangkul ke kepala ayahnya.  Kendati sudah peot (ketika itu sekitar usia 75 th nan, anak lelakinya dari almarhumah istrinya itu sekitar 45 th-an) untung si ayah punya simpanan bela diri dan kanuragan. Cangkul malah terpental ke belakang dan si "Banu" (bukan nama sebenarnya) dapat dibekuknya sblm penduduk ramai2 mengerubungi, menyerahkan "Banu" ke yg berwajib. Rupanya mereka cekcok soal batas tanah warisan. Sepeninggal istrinya Pak Syaichu (bukan nama sebenarnya), kawin lagi. Anak2nya dari istri lama (almarhumah) sdh dibagikan warisan, agaknya si Banu kurang puas batas tanah buatnya.


Dmkn sekilas salah satu contoh, Pembacapun mungkin banyak contoh2 lain ttg anak menjelma sbg musuh, makanya Allah me wanti2 dg kalimat: 

فَاحْذَرُوْهُمْ

"ber-hati2 lah kpd mereka".


Setelah ikhtiar dg mewariskan nilai Agama, Iman, Akhlak yg baik serta teladan kebaikan. Kita serahkan segala kpd Allah dg do'a semoga Anak dan Istri kita tidak menjadi musuh buat kita.


آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 15 Rajab 1442 H.

27 February 2021.

(740.02.21).

No comments:

Post a Comment