Monday 1 March 2021

Menakar EMOSI

Hawa nafsu (negatif) antara lain mendorong manusia untuk bersikap  EMOSI,  mrpkan sesuatu yg ujungnya tidak mengenakkan.


Menghindar atau menjauhkan diri dari sifat tsb bukan perkara mudah, tdk banyak orang berhasil melakukannya . 


Emosi dimaksud bisa menyerang  siapapun, tak peduli mereka yg berpendidikan, berjabatan tinggi, kaya raya, atau apapun kelebihannya. 


Justru berbagai kelebihan dimaksud  dpt menjadi pintu masuk atau pendorong bertumbuh-kembangnya emosi. 


Emosi adlh wujud konkrit gejolak hawa nafsu. Setauku blm ada ukuran tingkat emosi, layaknya berat dg gram, panjang-pendek dg meter, isi dg kubik.  


Kubuat saja pengukur Emosi itu dg satuan "Gebu". Buat saja skala 1 sampai 9. Emosi terendah skala "1 gebu" emosi paling tinggi skala "9 gebu".


Aku menentukan satuan Gebu buat emosi, terinspirasi hari ini sdg duduk antri berobat di suatu Rumah Sakit Jakarta. Sdh setahun ku tak kontrol di poli Urologi menahan diri sehubungan Covid 19. Selama hampir setahun ini meneruskan obat rutin "usaha sendiri". Namun soal "Lab", "Usg" dan "pancaran kencing", "Ronsen" tak dpt usaha sendiri, makanya untuk meyakinkan keadaan penyakitku hari ini kuberanikan ke rumah-sakit.


Emosi dlm pengertian kesabaran sdg di ukur masih berapa "gebu" yg ku miliki. Selasa lalu telah ku coba mendaftar, kebijakan baru dari Rumah Sakit tempatku berobat berkenaan Covid 19 hanya menerima pasien berobat jalan 15 orang, Rabu kemarin aku datang telat sdh pukul 07.20 baru sampai di loket pendaftaran, shg tertolak. 


Hari Senin ini pukul 06.10. kusampai di loket pendaftaran. Alhamdulillah pukul 06.26, berkasku bersama pendaftar lain di proses. Kuliat pasien yg datang ssdh berkas kami dibawa masuk, di pesani untuk dtg lbh awal dihari berikutnya.


Usia dan Emosi.

Menilai sendiri ukuran gebu emosi sejalan usia. Dulu ketika masih usia bawah

40 han,  ukuran gebu emosiku mengalami hal seperti ini mungkin di atas 7 gebu. 


Kejadian Rabu lalu itu bila di usia bawah 40 han,  emosi masih skala 7, lantas akan cari jalan agar masih dpt berobat hari Rabu itu. Kalau tetap tdk berhasil hati akan brontak, mungkin lahir ngomel sendiri dll.


Ternyata semakin banyak usia, ukuran gebu emosipun kian menurun, itu mungkin sebabnya orang usia lanjut itu jarang terjadi bermasalah interaksi bermasyarakat, disebabkan emosi mereka sdh rendah. 


Ukuran emosi bagi usia 50 han kebawah mungkin sdh sekitar dibawah 5 gebu. Tujuhpuluhan ke atas seperti diriku ini mungkin emosi tinggal segebu. Dalam kasus berobat hari ini, sejak berangkat dari rumah sdh pasang niat "dapat berobat syukur ndak dapat pun syukur". Bgtlah usia senja dlm menghadapi rencana, keinginan, sdh tdk lagi meng-gebu2 bagai pemuda.


Emosi mrpkn salah satu ranting musuh yang berasal dari dalam diri sendiri, berupa hawa nafsu. Mengatasinya  harus dg  kekuatan dari dalam diri sendiri pula, yaitu melalui upaya, banyak mengingat Allah. 


اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ 

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

(QS. Ar-Ra'd ayat 28)


Hati yg tentram sangat efektif menundukkan emosi. Emosi  tidak bisa dilawan hanya dengan kekuatan intelektual. Justru dg memiliki intelektual tinggi atau 

kelebihan2 malah membuka peluang beremosi tinggi, kadang keluar ucapan "Belum kenal siapa saya".


Smg takaran emosi ini dpt mengingatkan ketika diri dihadapkan dg situasi dan kondisi yg memancing emosi.


آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 17 Rajab 1442 H.

1 Maret 2021.

(741.02.21).

No comments:

Post a Comment