Sunday 14 February 2021

Melogikakan bhakti ke ORTU.

Keluarga besar sembilan bersaudara, kini rata2 masing2 sdh bercucu dan bercicit. Malam Ramadhan itu sengaja acara buka puasa bersama menggelar shalat maghrib,  isya, dilanjutkan tarawih dirumah salah seorang saudara. Kumpulah anak cucu dan cicit, lumayan dpt berapa shaf, karena ngundang juga tetangga.

Ssdh shalat Isya ustadz diminta berceramah. Dibisikan sahibul bait ttg thema yg diminta:


Para Ortu kurang puas dg sikap anak2 mereka kurang perhatian thdp Ortu. Cukup banyak curhat mereka, a.l. contoh konkritnya:

* Kalau Ortu sakit, bukannya dtg menjenguk, paling video call, kadang  lantas ngirim duit ke rekening. 

* Bila Ortu ada semacam kumpul2 silaturahim vs konco2 lawas sesama manula semisal arisan, atau reunian, tdk ada respon anak2 ikutan partisipasi dlm wujud perhatian, ya itu tadi paling ngirim duit atau tenaga pembantu.


Ustadz mengolah ceramahnya bermuatan judul di atas "Melogikakan bhakti ke Ortu".


Ibu Bapak adalah media kelahiran setiap anak manusia ke atas dunia ini. Ibu telah mengandung dengan menderita kepayahan, kemudian melahirkan anaknya dengan pertaruhan jiwa menderita kesakitan. 


Bila ukuran panjang, lebar dan tinggi adlh "meter". Ukuran berat "gram". Ukuran isi adlh "kubik". Sedangkan ukuran sakit "DEL". Ada artikel yg menulis ( wallahu 'alam bishawab), bahwa sakitnya ibu melahirkan itu sampai "57 Del" setara dg dipatahkan 20 ruas tulang. Konon artikel tsb ditulis manusia mampu nahan sakit mestinya hanya "45 Del". Jadi sakitnya si ibu melahirkan diatas rata2 sakit yg mampu diderita manusia  sebesar 26% lebih. Begitu sakitnya. Dmkn Artikel tulisan manusia. Artikel Allah yg pasti benar menyebutkan.


حَمَلَـتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا

"Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)". (Al-Ahqaf ayat 15).


Selanjutnya Ibu merawat sedari ketika kita blm berdaya. Bayangkan bila bgt brojol, kita dibiarkan layaknya anak sapi jelas kita tak akan gagah2 tampan2 dan cantik2 seperti skrg ini. 


Beda dg anak sapi bgt lahir berdiri sendiri, tak usah diberi bungkus lampin. Anak manusia hrs dibulang dg kain penutup kulit, kalau tdk, mungkin langsung kaku kedinginan.


Selanjutnya ibu menyusui selama 30 bulan. Mendidik sampai menjadi dewasa, dg penuh perjuangan. Bagi ibu2 yg tak bgt berkecukupan kadang rela dirinya kurang makan asal anaknya makan. Banyak ibu2 yg rela melepas gelang dan giwang dilego guna bayar biaya pendidikan anak.


Ayah banting harga diri demi anak.


Ayah mencarikan nafkah untuk keluarganya dengan segala macam pengorbanan. Kadang seorang ayah rela harga dirinya sedikit tersinggung demi mempertahankan pekerjaannya untuk mendapatkan nafkah. Contoh seorang ayah pekerja diperkantoran kadang menelan saja bila kebetulan mendapat umpatan, teguran dari atasannya walaupun sebenarnya ia tidak salah. Ia takut kalau membantah kehilangan pekerjaan. Terbayang wajah anaknya jika ia diberhentikan dari pekerjaannya bagaimana membelikan susu anaknya, paling tidak untuk sementara waktu dalam mencari pekerjaan baru. 


Beda orang yang belum punya anak isteri di rumah alias masih lajang, mungkin dalam case seperti itu tidak berpikir panjang. Itulah sebabnya antara lain kenapa anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuannya. Walau sudah berbuat baik demikian banyaknya, namun budi baik kedua orang tua tidak akan dapat terbalas, jadi minimal berbuat baik dalam arti tidak mendurhaka kepada orang tua.

Selagi mereka masih ada, curahkan perhatian kpd mereka. Sedih sekali kita mendengar anak bukan saja tdk perhatian thdp Ortu, bahkan ada yg tega..........kpd  ibu mereka yg sdh renta.


Dmkn di ceramah singkat ini, buat keluarga besar sembilan bersaudara kumpul di malam Ramadhan, diharapkan secara logika dpt diresapi anak2 cucu2 dan cicit2 

mereka, kenapa seharusnyalah  berbhakti kpd kedua Ortu mereka.


Secara umum kita berdo'a smg tdk lagi ada anak yg tega menyakiti orang tua mereka, memperkarakan orang tua mereka.

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا


"Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.”


آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 2 Rajab 1442 H.

14 February 2021.

(735.02.21). 

No comments:

Post a Comment