Sunday 11 October 2020

Ber SYUKUR kadang jadi BANGGA.

 Tak jarang kita ikut bangga bila kelompok, group bahkan anak bangsa yg berhasil menorehkan prestasi berskala internasional.


Bagi Kakek2 - Nenek2, kalau anak2 jadi terkenal berprestasi, lebih2 jika yg berprestasi itu adlh cucu2, bukan main bangganya, bukan main senangnya. Langsung pegal di badan, linu di tulang hilang. Masuk angin ndak jadi, bablas anginnya. Kadang tercetus siapa dulu....... ortunya....... siapa dulu ..

........mbahnya........


Bangga, mengungkapkan perasaan puas atas prestasi yg tlh dicapai, dpt berupa prestasi diri sendiri, boleh jadi prestasi anak2,  prestasi cucu2 atau orang2 tua kita dulu, bisa juga keluarga. 


Dikenal istilah bangga diri (ujub). Ada juga bangga diikuti  dg syukur. Terdapat kesamaan antara BANGGA dan SYUKUR,  ke-dua2- nya dari dalam diri pemiliknya.


Bangga, bila diiringi diri merasa bahwa prestasi yang ia capai adalah sebagai kemampuan diri, menafikan Allah menyertai usahanya menjadi sebab keberhasilannya........ Bangga seperti ini dicela Allah disebut An Nisa 36, Al Qasas 76, 

Lukman 18, Al-Hadid 23.

; اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرَا


(Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri).


Sedangkan orang yang pandai bersyukur, ia tidak pernah merasa bahwa prestasi yang ia capai adalah mutlak kemampuan diri, ia tidak lupa bahwa sebenarnya ada pihak lain (teman, guru ortu dll) ikut berperan dan Allah menyertai dlm menentukan keberhasilannya. 


Bagi orang yg pandai bersyukur, sampai-sampai kalau ia sukses menjalankan ibadah, banyak berbuat kebaikan, orang bersyukur memandang inipun berkat kekuatan yg dianugerahkan Allah. Tidaklah dia membanggakan ibadah dan kebaikannya, karena dianya tidak tahu apakah ibadah serta kebaikannya itu diterima Allah atau tidak. 


Bentuk bersyukur,  konkritnya berwujud 3 model: 

1. Bersyukur dng lisan.

2. Bersyukur dng perbuatan.

3. Bersyukur atas nikmat.


Bersyukur dng LISAN.

Bersyukur juga dpt kita artikan sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah SWT. Salah satu caranya dng lisan bentuk ucapan: 


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


(Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam).


Ucapan tsb berupa pujian kpd Allah, karena bagi orang yg bersyukur Allah lah yg menjadikan setiap keberhasilan, segala kesuksesan, semua prestasi.


Bersyukur dng PERBUATAN.

Yaitu dng melaksanakan  perintah Allah semampunya  dan menjauhi semua larangan Allah sekuat tenaga. Atas kenikmatan baik nikmat melekat di tubuh, maupun yg datang dari luar tubuh.


Bagi hambanya yg bersyukur Allah janjikan di Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ; لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat)


Bersyukur atas NIKMAT Allah.


Nikmat Allah bgt banyak shg Allah muat di QS An-Nahl 18.


وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang."


Nikmat Allah yg tak mungkin dihitung itu, dpt dikelompokkan secara sederhana dlm 2 bagian besar:

a. Nikmat melekat di tubuh.

b. Nikmat dari luar tubuh.


Nikmat melekat di tubuh:

Secara konkrit betapa serasinya tata letak anggota tubuh diciptakan Allah. Ambil salah satu contoh saja, "daun telinga". Terbuat dari tulang rawan, tertancap di bagian kepala, menghadap kedepan. Jika diurai nikmat ini akan menghabiskan berjuta kata. Ambil salah satu hikmah telinga dari tulang rawan, dapat mudah tidur miring ke kiri dan kekanan. Akan hal telinga dari tulang rawan dpt diulas nikmatnya tak cukup rubuan kata. Belum lagi hidung yg lobangnya ke bawah, mata yg bolanya dpt bergerak, kelopaknya menutup refleks, alisnya di atas pelupuk mata, rambut alis segitu aja ndak panjang2 hingga menutup mata. Pokoknya nikmat sekujur tubuh saja sdh sulit menginventarisirnya.

Yang penting bersyukur akan nikmat2  tsb dg cara menggunakan fasilitas tubuh untuk tujuan yg benar, yakni sesuai kehendak Allah..... yang menciptan seluruh piranti dlm tubuh baik yg teraba maupun tak kasat mata.


Nikmat dari luar tubuh.

Nikmat ini tak terhingga, rezeki, kemudahan2,  iman, kesehatan, aneka jenis makanan dll. 


Ambil contoh kecil satu saja nikmat dari luar itu; udara, .... dgnya kita dpt hidup. Dlm udara terdpt oxygen yg teramat diperlukan buat kelangsungan hidup manusia. Buktinya bila tubuh sdh tak normal mengolah oxygen, orang ybs perlu tambahan oxygen dari tabung, lumayan harganya. Andaikan oxygen yg kita hirup harus bayar............


Maha benar Allah dng firman-Nya. Surat Ar-Rahman diulang 31 kali:


فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?


Demikian, smg kita menjadi hamba Allah yg selalu bersyukur.  Lebih ber- hati2 dalam berbangga jangan sampai tdk bersyukur. Bgt juga hati2 dlm bersyukur jangan sampai masuk ke katagori berbangga. Karena tdk sedikit orang yg bersyukur terselip dominan berbangga untuk diapresiasi manusia; misalnya mengucapkan kpd orang:

 "Alhamdulillah kami setiap bulan menyantuni anak yatim ......sekian orang melalui panti.......". "Alhamdulillah atas berkat rezeki Allah, setiap bulan kami dpt ber infaq ke .........."

Dll model kebagaan diduhului dng ucapan syukur Alhamdulillah. Berbangga atas kebaikan/ibadah dng tenden mengharapkan apresiasi manusia, menjurus kpd syirik. Oleh karena itu baik kita amalkan do'a:


اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , 

وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ!


Ya Allah;

Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan (syirik) yang menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya; dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui.


اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 25 Safar 1442 H.

12 Oktober  2020.

(675.10.20).

No comments:

Post a Comment