Saturday 17 October 2020

Amanah bagi Gagak dan Merpati.

 Gunung Judi.....bgt nama daratan tempat berlabuh bahtera Nabi Nuh,  tercatat dlm Al-Qur'an ayat 44 surat Hud:

.

:..........وَا سْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ......."

"......dan kapal itu pun berlabuh di atas Gunung Judi......".


Setelah 150 hari berlayar bahtera Nabi Nuh; hujanpun mulai reda dan berangsur airpun surut diserap bumi. Bumi dan langit diperintah Allah:


وَقِيْلَ يٰۤاَ رْضُ ابْلَعِيْ مَآءَكِ وَيٰسَمَآءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَآءُ وَقُضِيَ الْاَ مْرُ

"Dan difirmankan, Wahai Bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah. Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan........". (QS Hud ayat 44).


Guna mencari tempat mendarat, (menurut tafsir Ikrimah yg diterimanya dari Ibn Abbas). Nabi Nuh memerintahkan burung Gagak untuk memantau di bumi mana yg sudah ada daratan tempat berlabuh. 


Gagak pun meluncur terbang membawa misi mencari tempat pendaratan. Benar tak berapa lama berselang terbang terlihat sdh  ada daratan, di atasnya bergelimpangan mayat yg sudah membusuk demikian banyaknya. 


Gagak terlena; langsung menyantap bangkai kedoyanannya itu sampai kenyang dan akhirnya enggan pulang ke bahtera dimana Nabi Nuh sdg menunggu. 


Selanjutnya Nabi Nuh mengutus burung Merpati. Tak lama berselang Merpati pulang, di kakinya terjepit ranting pohon Zaitun dan menempel bekas tanah. Nabi Nuh pun paham bahwa sdh ada daratan untuk berlabuh. (Dr. Hamka; Tafsir Al-Azhar Juzu XII hal. 60).


Al hasil dg panduan Merpati haluan diarahkan ke daratan, turunlah para penumpang kapal untuk meneruskan kehidupan. 


Kiranya boleh diambil i'tibar perilaku Gagak dan Merpati dlm case di atas.


Sepertinya ada sebagian kita bagaikan Gagak, lupa bahwa kita diperintahkan Allah ke Bumi ini untuk mengemban perintah Allah. Mengabdi kpd Allah. Diantara wujud pengabdian itu untuk berbuat baik bagi kemaslahatan ummat. 


Gagak diharapkan dpt memandu kapal untuk mendarat setelah 150 hari ter-katung2 dilaut tak bertepi. Tapi apa yg dilakukan si Gagak, bgt terlihat tumpukan kesempatan makanan (seumpama kemewahan/harta) lupalah janji dg Nabi Nuh sgr pulang ke bahtera bgt melihat daratan. 


Bukankah Nabi Nuh serta seluruh penumpang kapal mempercayakan ikhtiar kelangsungan hidup mereka kpd Gagak. Tapi Gagak lupa janjinya stlh menemukan kenikmatan. 


Apakah tamsil ini agak mengena buat orang yg mewakili kita, atau buat para pemimpin2 kita yg kita beri mandat untuk mencari daratan untuk berlabuh bahtera bangsa ini ke pantai bahagia, namun mungkin ada sebagian yg berperilaku seperti burung Gagak.


Lain lagi dg burung Merpati, dia tak mengingkari janji. Begitu dijumpai daratan lalu dipetiknya ranting pohon Zaitun  untuk isyarat disana sdh tumbuh tumbuhan lambang adanya kehidupan, sambil sebelumnya hinggap ditanah guna membuktikan sdh mengeringnya bumi. 


Burung Merpati melaksanakan tugas dengan amanah dan tulus, sesuai dengan apa yg diperintahkan.  


Merpati pun mungkin sempat juga mengenyangkan perutnya dg buah Zaitun namun tak lupa tugas pokok mengemban amanah. 


Agaknya inipun cocok buat tamsil bagi wakil2 kita, para pemimpin2 yg di beri mandat mencarikan pantai berlabuh bangsa ini ke daratan adil makmur sejahtera, mereka  amanah.  Hanya menikmati kekayaan sewajarnya untuk hidup tetapi tak lupa amanah yg diembankan ke pundaknya.


Izin mantun sejenak:


Burung Gagak terbang berkawan.

Terbang sejoli burung  Merpati.

Apalah daya kita rakyat rendahan.

Paling hanya do'a di dalam hati.


Terbang layang burung Gagak.

Beda gayanya burung Merpati.

Lihat yg tertindas, mereka berlagak.

Seolah membela sampai mati.


Bila lihat sesuatu kemungkaran.

Bila mampu rubah dg tangan.

Jika tak mampu rubah dg lisan.

Ingkari dg hati, se-lemah2 iman.


Semoga ......yg bersikap bagaikan Gagak, Allah berikan taufiq dan hidayah, agar bertaubat dan berubah, selanjutnya memperbaiki diri dan diampuni Allah.


Semoga ........ yg bersikap bagaikan Burung Merpati, Allah jadikan mereka konsisten (istiqamah) sampai akhir hayat, senantiasa dlm lindungan Allah. Aamiin.


اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ


“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 30 Safar 1442 H.

17 Oktober  2020.

(677.10.20).

No comments:

Post a Comment