Sunday 30 December 2018

SIKAP ketika BERUNTUNG atau BUNTUNG

Bicara soal nasib, ditemui dlm hidup ini dua kutub ekstrim. Beruntung atau Buntung. Diantara dua kutub tsb ada yg pertengahan, dekat ke beruntung atau pertengahan dekat ke buntung.

Ada orang mengalaminya kedua kutub tersebut. Ada juga si, manusia sejak tampil ke dunia ini sdh di kutub yg BERUNTUNG terus sampai akhir hayat. Sejak lahir sdh dimuliakan sampai dewasa langsung di Raja kan.

Tak kurang orang yg sejak lahir sampai mati dikutub BUNTUNG. Banyak juga orang yg dari awal kehidupan menderita kemudian di masa tua senang sentosa. Sebaliknya ada juga orang yg semula hidup mewah serba berkecukupan, diakhir kehidupan meredup jatuh pailit.

Menyadari bahwa senang susah dlm hidup adlh taqdir dari yg maha kuasa, maka panduan iman, dlm kondisi apapun ihlas menjalaninya. Lebih jauh iman mengarahkan agar berperilaku ketika BERUNTUNG atau BUNTUNG.

a. Bila mendapat keberuntungan. dianya bersyukur. Karena yakin sekali bahwa keberuntungan yg diperoleh, datang dari Allah. Pribadi beriman tidak mau termasuk kelompok kufur nikmat seperti disebut dlm al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 243:
اِنَّ اللّٰهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلٰـكِنَّ اَکْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْکُرُوْنَ
(Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur).

b. Bila berhasil, bila sukses tidak berbangga diri, dianya menyadari di keberhasilannya ada campur tangan Allah. Orang beriman meresapi betul petunjuk Allah.
( وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُم =
dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu)
Selanjutnya
( وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ =
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri) Al-Hadid 23.

c. Bila mengalami musibah, dianya mengembalikan kepada Allah; innalillahi wainna ilaihi rajiun. Mengikuti panduan Allah,
الَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۙ قَالُوْۤا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)".
(Al-Baqarah; 156).

d. Bila menerima kesusahan, dianya bersabar seraya berdoa “Ya Allah! tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah dapat Engkau jadikan mudah apabila Engkau menghendakinya” (Allahuma laa sahla illaa maa jaa’ltahu sahla wa anta taja’lulhazna iza syi’ta sahla) HR Ibnu Hibban.

e. Bila dalam keadaan kekecauan; dianya tenang/tidak panic, sambil berserah diri kpd Allah, lalu berdo'a ( رَبَّنَاۤ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا = Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran).
Kadang memang Allah uji manusia dg kegelisahan, ketakutan pokoknya ketidak nyamanan hidup.
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْن
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar".
(QS. Al-Baqarah ayat 155)

f. Bila gagal tidak terlalu kecewa, tetap berbaik sangka kepada Allah. Seraya mengoreksi diri penyebab kegagalan itu. Apakah karena kurang ihtiar atau karena ada ketakaburan dlm diri hingga Allah tak berkenan.
( وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ.
= dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri). Selanjutnya tak berkepanjangan menyesali kegagalan itu.
(لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ = Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu 
Al-Hadid 23.

Perilaku tersaji butir "a" sampai "f" di atas mrpkn antara lain perilaku Mukmin sejati, seperti disabdakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.

Sudahkah kita berperilaku "Mukmin sejati" itu. Semoga kalau blm seutuhnya, kita mulai dapat melakukan pendekatan kearah tersebut. Aamiin.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment