Monday 3 December 2018

Multiplier effek JANJI

"Kan hari ini jaitan kita hrs diambil. !", diingatkan si suami kpd istrinya. Di jawab istri "Ndak diambil ini ari juga ndak apa2 tak mungkin dilelang"

Dialog di atas jama' terjadi dlm keseharian. Tapi kalau diurai lebih lanjut, kesungguhan menepati janji itu adalah sangat penting, sepanjang tdk ada aral melintang yg tak terhindarkan. Sebab janji kita kepada seseorang kadang mempunyai MULTIPLIER effek yg cukup luas. Andaikan si penjahit yg berjanji hasil karyanya diambil hari ini, sdh memasukkan dlm cash flow usahanya bahwa hari ini akan diterima uang sekian katakanlah rp 600rb untuk 3 potong baju. Sementara itu cash flow itu sdh dicadangkan pula untuk pengeluaran tunai hari itu. Misalnya penjahit mencadangkan untuk memenuhi kewajibannya ke pihak lain, umpamanya membayar tukang merenovasi rumah atau keperluan2 lain. Kalau hari itu cash masuk urung diterima, dpt saja terjadi penjaitpun menunda pembayaran kpd pihak lain. Pihak ke tiga yg gagal terima uang hari itu, berlanjut akan menunda keperluannya atau pembayaran ke pihak ke empat. Ini berlanjut jika pihak keempat juga kalau satu2nya harapan untuk membayar ke pihak ke lima adlh uang dari pihak keempat. Terjadilah gagal bayar berantai mrpkn MULTIPLIER effek dari cedera janji.

Masa remajaku sblm menamatkan SMA pernah ikut nyambil sbg penjahit. Guruku menjahit, sering sekali tak tepat janji menyelesaikan jahitan pelanggan, karena begitu banyaknya pelanggan jahitan beliau. Sesekali pernah ku tanya, ttg tdk nepati janji itu. Sering ku dengar sendiri, pelanggan yg nyerahkan bahan minta selesai tgl tertentu, lalu guruku itu mengiyakan, ini jadi jawaban beliau atas pertanyaanku itu "yg janji bukan saya kan dia sendiri". Kpd pelanggan tertentu yg menurut pengamatan beliau pakaian tsb memang diperlukan tgl tertentu, beliau prioritaskan, supaya MULPTIPLIER effek terhdp janji tdk terjadi. Ketika itu ibu kota kabupaten kelahiranku belum syarat penduduk, rata2 saling kenal jadi guru jahitku itu tdk mengeluarkan tanda terima dari penyerah bahan, hanya mencatat di buku ukuran, nama pengorder sambil lekatkan guntingan kain hi halaman buku itu, sbg tanda siapa dg bhn apa. Janji yg diucapkan pengorder juga ditulis di buku itu.

Kuakui kepiawaian beliau mengelola pelanggannya. Waktu itu usia Almarhum Guru jahit ku itu cukup sepuh l/k 50 han tahun, semetara diri ku di bawah 18 tahun. Banyak kearifan, kesabaran yg beliau tunjukkan menghadapi pelanggan yg dpt kupelajari dari guru jahit ku yg ku sapa "PAK LONG" itu.

Kumaklumi bahwa kerjaan menjahit pekerjaan manual yg punya kapasitas terbatas, tak dpt di paksakan melebihi kemampuan. Jadi kalau banyak langganan, berisiko tak dpt penuhi janji. Salut Pak Long punya feeling prioritas, shg walau ada kalanya tak tepat janji pelanggan tetap setia, buktinya lain kali menyerahkan bahan lagi.

Tuntunan qur'ani soal janji dpt dipetik antara lain:

Al-Isra' ayat 34:
وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِ , اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْــئُوْلًا
(dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya).

Bahwa kebaikan itu --- (Al-Baqarah ayat 177):
.........................................وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ
...............وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا

(.................orang-orang yang menepati janji apabila berjanji..................)

Kini bagi yg sedang menabur janji, kiranya ramuan janji di kira2 apakah nanti dpt terpenuhi sebab di dunia kan ditagih penerima janji sebab janji cedera ber MULTIPLIER effek yg luas. Yakinlah di akhirat nanti dimintai pertanggungan jawab.

Bagi penerima janji, sbg ihtiar jangan dicederai janji, pilihlah orang yg berjanji itu memiliki ciri2 seperti di isyaratkan Al-Baqarah 177:
Beriman kepada:
مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ (Allah)
وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ (ahirat)
وَالْمَلٰٓئِکَةِ (malaikat)
وَالْكِتٰبِ
 (kitab2 suci dari Allah)
وَالنَّبِيّٖن (Nabi2)
Implementasinya:
وَاَقَامَ الصَّلٰوة
(mendirikan shalat)
وَاٰتَى الزَّکٰوةَ (mengeluarkan zakat)
 وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا
(Menepati janji apabila berjanji)

Pihak yg berjanji memenuhi ciri2 di atas selalu akan berpegang dg firman Allah:
وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَايْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًا
اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ
"Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, Aku pasti melakukan itu besok pagi,
kecuali (dengan mengatakan), Insya Allah"
(Al-Kahfi ayat 23-24)

Dlm pada itu sbg penerima janji2 pun hrslah maklum bahwa tak satupun upaya manusia dpt terlaksana tanpa izin Allah.  Lalu sbg penunggu janji, harus jernih kan hati, adakah janji2 itu tdk ditepati karena sengaja tdk sekuat tenaga memenuhi janji. Atau sdh berihtiar tetapi karena bebagai hambatan dan keterbatasan janji tak terpenuhi.

Dpt saja "Pak Long", guruku menjahit tak dpt penuhi janji ke pelanggan, karena 3 hari tak dpt bekerja lantaran sakit.

Dmkn mungkin sekedar masukan untuk pihak penebar janji dan bagi kita  penerima janji. Pada dasarnya cita2 sbg anak bangsa agar tercapai masyarakat adil makmur aman sejahtera di bawah lindungan dan redha Allah s.w.t. baldatun thayyibatun warabbun ghafur.

Aamin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment