Tuesday 17 July 2018

Virus Takabur

Ujub = kagum diri sendiri.
Summ'ah = beramal untuk mendpt apresiasi manusia walau Allah dan RasulNya tak suka.
Riya = beramal menurut syariah agama, selain ingin mdpt keredhaan Allah terselip mengharapkan apresiasi manusia.
Ketiga virus di atas sedikit agak rinci telah diulas ditulisan sblm ini.
Virus yg ke empat tak kalah dahsyat menghapus amal; TAKABUR
Takabur; sering diterjemahkan “sombong”. suatu sifat menganggap diri lebih tinggi lebih mampu dari orang lain. Sering menganggap jika tidak karena dirinya sesuatu kegiatan tidak akan terjadi. Orang seperti ini tidak berkenan mendengarkan paham orang lain. Menganggap remeh orang lain, merendahkan orang lain. Juga yang bersangkutan tidak mau disaingi orang lain, sampai2 pakaiannyapun kalau boleh orang lain tidak boleh menyamainya. Kadang2 model rambut, bentuk kumispun orang lain ndak boleh niru.
Manusia terserang virus ini lazimnya bila mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat, jabatan top di institusi. Berasal keturunan orang terpandang. Harta banyak hidup tak pernah mengalami kekurangan.
Sifat inilah merupakan dosa pertama mahluk ciptaan Allah, seperti yang dikisahkan di dalam Alqur’an, "iblis".
Iblis menganggap dirinya lebih mulia dari Adam lantaran dianya diciptakan dari api sedangkan Adam tercipta dari tanah.
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَ لَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗ قَالَ اَنَاۡ خَيْرٌ مِّنْهُ ۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ
"(Allah) berfirman, Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu? (Iblis) menjawab, Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 12).
Sikap membanggakan:
* asal usul keturunan,
* status sosial,
* kekayaan,
* strata ilmu/pendidikan,
* figur panutan.
antara lain faktor yg sering membuat orang menganggap orang lain ndak level. Bila sdh ada anggapan orang lain ndak level dg dirinya, ini sdh benih takabur yg mulai tumbuh subur.
Salah satu contoh, sombong/takabur akan ILMU, pernah kutulis bbrp taun lalu, kisah seorang siswa es em a, berkisah kpd teman sekelasnya ktk es em pe. Si teman, tak nyambung sekolah lantaran ekonomi ortu, mencari nafkah sbg pendayung sampan nyebrangkan orang di sungai Pawan (setempat disbt "penambang") .
Di perjalanan nyeberang sungai, sejak tambatan perahu dilepas dari pangkalan, dialog antara dua teman terjadi, si siswa SMA sbg penumpang.
Siswa SMA : Rugi kau ndak nyambung, banyak ilmu baru yg ndak ada di SMP.
Penambang: Yah yg penting udh dpt tulis baca dan beritung.
Siswa SMA: Kami diajari goneo metri, ndak tau ilmu ini layaknya seperempat hidup ini ilang percuma.
Penambang: mbak lah (dialeg setempat = biarlah) kan masih ada lebih separo gik (lagi).
Siswa SMA: Eeee jangan salah, ada gik ilmu Planemetri, ni ilmu bila ndak tau bagaikan hilang hidup kita sepertiga gik.
Pernyataan mantan kawan pernah se es em pe nya ini membuat si pendayung sampan ndak jawab lagi.
Sampan merekapun sudah berada di tengah sungai. Arus sungai cukup deras, sungai Pawan membelah kota Ketapang Kal-Bar itu, cukup lebar dan dalam. Sesekali dikala angin kencang bagian tertentu berombak. (Nb kisah ini sblm ada jembatan).
Teknik menyeberangkan sampan, haluan sampan tdk seperti membuat garis lurus dari titik ke titik ke pangkalan seberang. Posisi sampan dihadapkan melawan arus sungai, sampan menuju seberang sungai beringsut miring mengiris arus sungai (ini ilmu sendiri).
Di suasana kedua anak muda ini hening, tiba2 ombak menerpa sampan, angin bertiup kencang tambahan kbtln ada speed boat kecepatan tinggi melintas. Perahupun karam tapi tetap mengambang karena dari bahan kayu timbul diair, tapi perahu karam tak bisa dikayuh.
Semula pemilik sampan ingin menuntun sampannya menuju daratan terdekat. Tetapi begitu diliatnya temannya yg agaknya kurang mahir berenang, terpisah dari badan perahu di goyang ombak dan arus. Segera si penambang memprioritaskan menyeret temannya menuju tepian dg teknik mengikuti arus sungai sambil menepi.
Ditepian sungai sdh banyak orang berkerumun memberikan pertolongan. Sedangkan penambang2 lain dg cekatan mengejar sampannya untuk juga dibawa ke tepi sungai.
Dengan ilmu "orang sungai", dia berenang menyeret temannya tidak melawan arus agar menghemat tenaga yg penting sampai ketepian.
Ketika mrk ketemu lagi. Teman es em pe yg jadi penambang, menyapa teman SMA. Kalau aku ndak belajar ilmu yg kau katakan tadi, bagaikan separo lebih hidupku sdh habis.
Tadi, jika aku tdk memiliki ilmu "orang sungai" mungkin kau sdh kehabisan semua hidupmu.
Ilmu bukan untuk dibanggakan, karena cabang ilmu yg qt kuasai betapapun sarat, tak cukup untuk nenolong qt di segala macam keadaan.
Begitu pula tak perlu disombongkan/dibanggakan:
* asal usul keturunan, sebab prestasi/amal individulah yg berandil kuat membuat orang sukses dunia akhirat.
* status sosial, bukan mustahil hilang ditelan waktu.
* kekayaan, dlm sekejap bisa musnah.
* strata ilmu/pendidikan, disamping yg dicontohkan di atas; juga ilmu dpt hilang bila melemahnya ingatan (karena usia atau pikun)
* figur panutan. Ketenaran terbatas waktu dan zaman.
Dmkn, mudah2an ulasan ini bermanfaat. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment