Friday 6 July 2018

TerTAKAR tak TerTUKAR

Pernah kutulis penerima rezeki aktif dan penerima rezeki pasif. Kali ini kutulis ttg takaran rezeki kolompok pekerja informal. Bila perkerja formal takaran rezeki mereka sdh jelas, saban bulan terima gaji dg bilangan pasti. Lain halnya dg pekerja informal, tak ada angka pasti perolehan rezeki mereka. Banyak faktor mempengaruhi penghasilan pekerja informal, dpt berupa: trend pasar, cuaca, kalender, pesaing, dll.
Takaran rezeki setiap mahluk termasuk manusia tlh ditetapkan oleh Allah. Tiap orang beda. Saudara sekandung saja beda perolehan rezeki mereka.
Tukang bubur ayam jualan di kantin kampus, pukul 10 pagi dagangannya udh habis. Pertanyaan "kenapa volume bubur tdk ditambah, agar omzet naik". Jawab tukang bubur "sudah pernah dicoba bbrp kali ternyata bubur tambahan ndak ada yg beli, malah tekor". Jadi ternyata pelanggan pembeli bubur ayam (dilingkungan kampus) itu-itu saja sdh dlm jumlah tertentu. Lagian bubur ayam masa jualnya hanya sampai pk 10. Di atas pk 10 pelanggan datang sdh merancang makan siang dg menu andalan bukan bubur ayam lagi.
Dilain kasus, pedagang bubur kacang ijo, mangkal di area salah satu terminal di Jakarta. Biasanya sedari pk 9 pagi dagangan di gelar, bangsa pk 3 petang sdh mangkok terakhir. Eee suatu hari seblm zuhur dagangan habis, banyak pembeli hari itu. Bang "cangjo", tlpn ke rumah untuk buat lagi separo dosis, bakal nanti pembeli sampai pk 3 petang. Ternyata bubur baru ndak ada lagi yg mampir beli, hrs dibawa pulang. Untuk dijual besok cita rasa bubur ndak enak lagi walau dipanasi, menjaga nama dan kualitas, ujungnya tekor dibahan.
Kulanjutnya ke pedagang bubur ayam, bubur kacang ijo ketan itam, nasi kuning, nasi uduk dan rumah makan "siap bubar", dibilangan pinggir jalan di Jakarta.
Cukup menakjubkan; bahwa omzet mereka rata2 tiap hari sama, masing2 jenis penyedia makanan tersebut tak merasa bahwa pembelinya beralih kelain hati (jadi pelanggan tetangga) atas dasar volume dagangan mereka yg terjual. Kalaulah ada pelanggan yg tadinya duduk di lapaknya, tiba2 hari ini singgah di lapak sebelah, mesti ada saja pelanggan lapak lain yg menggantikannya.
Atas dasar kenyataan di atas dpt disimpulkan bahwa:
* REZEKI SUDAH ADA TAKARANNYA.
* REZEKI TIDAK TERTUKAR.
Dibanyak surat2 dlm Al-Qur'an Allah memberitahukan;
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ
"Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya".
Pekerja informal tingkat keberserahan dirinya kpd Allah lebih kuat dan mantab. Yakin benar bahwa rezeki Allah yg ngatur; sdh TERTAKAR ndak akan TERTUKAR.
Mungkin, blm banyak pedagang yg jadi bahan tulisanku ini ikut SOSMED, atau DUMAY (Dunia Maya) seperti para pembaca yg bahagia. Tapi setidaknya smg dpt menjadi acuan kita bersyukur akan rezeki yg selalu disiapkan Allah untuk kita. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment