Friday 6 July 2018

Bubur Sumsum Sepeda.

Pagi itu mendung memang, tapi sdh terlanjur dimasak adonan tepung jadi bubur. Gula merah sdh terlanjur dicairkan. Pikir si tukang bubur; biasanya mendung begini justru dipagi hari sblm ngantor dan sekolah banyak yang doyan bubur sumsum.
Eee taunya baru saja melalui bbrp RT hujan lebat turun, terpaksa neduh di kanopi sebuah gedung. Bersama meneduh, seorang pemulung berikut karung plastik besar dipundak baru terisi sepojokan.
Pikiran tukang bubur sumsum melayang. Bersyukur dia, dagangan bubur sumsum kalau ndak laku dpt dimakan. Kalau lebih terlalu banyak, sedekahkan tetangga atau panti asuhan. Nah si pemulung gimana misalnya ujan trus, kan karungnya ndak ngisi. Siangan dikit sampah plastik udh diangkut truck sampah, alamat kosong, tu karung yg disangkutkan dipundak.
Tukang bubur nawarkan bubur sumsum ke pak pemulung, "udah kenyang" jawabnya sambil menyedot rokok dalam2.
Hujan reda tukang bubur lanjut ngayuh sepeda buburnya.
RT-RT yg dilalui sudah sepi, penghuninya sdh ngantor atau sekolah. Harapan terakhir, mangkal di sebuah sekolah SD, nunggu istirahat anak2 sekolah, siapa tau ada anak yg pengen jajan bubur sumsum. Walau kemungkinannya udh tipis timingnya dah lewat.
Betul juga, hari itu belanga bubur digoncengan sepedanya masih lebih separo.
Namun bang bubur, msh tetap bersyukur, karena hari itu msh ngantongi sedikit uang buat beli bahan bubur esok hari. Pekerjaan rutine puluhan tahun sdh ditekuni ini disyukurinya sebab tdk sepanjang taun hujan. Msh banyak hari2 panas yg bernas buat dagangan buburnya. Kembali dia membanding dirinya dg peruntungan pemulung yg sama2 neduh tadi. Dia merasa lebih beruntung dari pemulung setidaknya hari ini.
Pembaca yg budiman, tentu keberuntungan anda jauh lebih baik dari tukang bubur sumsum tadi.
Agaknya tukang bubur menghayati betul pesan bijak tetua kita dulu "jangan selalu liat keatas". Karena kalau ukuran kita hidup liat orang yg lebih sukses, kapan hati ini jadi adem. Apalagi tinggal di kota besar seperti Jakarta, bgt banyak orang ekstrim kaya. Namun bila kita liat ke bawah, di Jakarta bgt banyak orang yg ekstrim sengsara, lebih hebat dari di daerah.
Se-sengsara2nya orang di daerah tak sampai sesengsara orang yg ekstrim sengsara seperti di Jakarta. Dg meliat ke bawah membuat kita bersyukur.
Al-Qur'an memuat banyak kata "syukur", kalau 60 kali si lebih, satu diantara ayat mengingatkan:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7).
Smg kita semua menjadi hamba Allah yg bersyukur. Aamiin. Barakallahu fikum. Wslm M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment