Wednesday 30 August 2023

BERBOHONG merugikan DIRI

Pak “B” pejabat di suatu institusi, hari Selasa dipanggil atasannya pak “A” diberitahu bahwa pak “A” akan rapat alumni; untuk susun acara reuni di rumah rekannya pak “A” ketika sesama kuliah dahulu, hari Ahad nanti. Pak “B” diminta informasi oleh pak “A” tentang bagaimana rute termudah ke rumah temannya itu. Pak “A” dari bagian personil mengetahui tentang alamat anak buahnya di daerah temannya itu adalah pak “B”. Buat pak “B” hal ini akan menimbulkan masalah, dia jadi akan serba salah. Ahad nanti besar kemungkinan atasannya akan mampir ke rumahnya, sebab rumah teman atasannya itu satu komplek dengan rumah pak “B”. Kalau atasan mampir berarti perabot2 rumahnya yang terbilang mewah yang ada di rumahnya harus lebih dahulu disembunyikan. Persoalannya, pak “B” sebagai seorang pejabat di levelnya sekarang tak pantas punya rumah yang begitu bagus dengan mebeler yang lux seperti di rumahnya. Masalahnya dianya ditugasi di bagian “basah”. Rumah berhalaman luas dan termasuk bagus; jika atasan berkomentar dapat diberi penjelasan bahwa tanah jauh dari pusat kota, selain itu ini warisan dari Ortu. Kalau mebeler yang lux tentu harganya mahal itu, akan sulit menjelaskannya. “”Bisa-bisa gara-gara atasan mampir ke rumah, aku nanti dipindah kebagian “gersang” bulan depan””, pikir pak “B”. Makanya sepulang kantor, mulai hari Rabu, dilanjutkan hari Kamis, pak “B” menyuruh tukang memindahkan mebeler, berikut dua buah jam duduk menghiasi pojok2 ruang tamu ke rumah saudaranya yang cukup jauh dari komplek rumahnya. Tentu pemindahan sementara dan mengembalikannya lagi nanti adalah memerlukan cukup banyak biaya dan bukannya tidak berisiko, perabot2 yang diangkut bolak balik itu akan cacat. Inilah salah satu contoh “berbohong yang merugikan diri sendiri”. Contoh lain “ngaku tajir”. Lama memang si “C” merantau ke kota besar, sesekali pulang kampung nampak berpenampilan wah, ditambah lagi dengan apabila ngobrol dengan tenam2 lama di kampung, dianya memposisikan diri “di atas angin”. Wajar bila teman2 di kampung menganggap si “C” sangat sukses di kota besar. Pada kenyataannya di kota besar ybs belumlah sukses, rumah masih jadi kontraktor, kemana-mana belum punya kendaraan sendiri. Suatu hari teman dekat di kampung menelpon akan berkunjung ke kota domisili si “C”. Guna menutupi keadaan, pada hari akan datang teman sekampung tsb. Si “C”, menyewa mobil berikut supirnya selama temannya menjadi tamunya. Tambahan lagi teman akrab dibawa rekreasi ke tempat2 yang tentu tidak tersedia di kampung. Driver sudah dirunding, jangan sampai cerita bahwa mobil “rental” dan pak driver harus mengaku sebagai supir pribadi bung “C”. Berbohong yang demikian ini berbiaya tinggi, merugikan diri. Berbohong jenis ini, ada kasus bilamana diketahui orang yang dibohongi, akan malu luar biasanya kadang langsung menjauhkan diri dari orang yang dibohongi. Pernah terjadi seorang gadis belia setelah beberapa tahun menjadi ART di sebuah keluarga, oleh keluarga tersebut statusnya di tingkatkan jadi anak angkat. Sebagai wujud perlakukan sebagai anak, si gadis disekolahkan, dikursuskan. Usai kursus ybs mengaku bahwa dianya diminta mengajar di tempat dia kursus. Orang tua angkat bukan saja mengijinkan, tetapi juga bangga bahwa anak angkatnya dipercaya tempat kurusnya menjadi pengajar. Kenyataannya si gadis ini kecerdasannya di atas rata2, tebukti ketika oleh orang tua angkatnya akan memasukkan ke sekolah tinggi, proses2 rangkaian test masuk perguruan tinggi si gadis ini dari lima jenis test selalu lulus di rangking paling tidak 20 besar, diantaranya di rangking 5 besar. Atas informasi si gadis ini, mengajar kursus tiga kali seminggu. Orang tua angkat mengetahui bahwa selama kurang lebih setahunan si gadis ini, saban pergi mengajar kusrus pukul 3 petang, kadang pulang sampai hampir pukul 10 malam. Lantaran esok hari akan mulai perkuliahan pertama orang tua angkatnya ketika si anak angkat pergi memberi kursus diantar ke tempat kursus. Karena sampai sekitar pukul 10 malam belum pulang juga, maka ortunya dengan itikad baik menjemput ke tempat kursus karena keesokan harinya sudah mulai kuliah, harus hadir pukul tujuh pagi, agar si anak angkat dapat beristirahat yang cukup. Setibanya di tempat kursus, ternyata sudah tutup, pemilik tempat kursus menjelaskan bahwa; tempat kursusnya setiap hari tutup sebelum maghrib, tidak pernah sampai pukul 10 malam. Rupanya selama ini si gadis membohongi orang tua angkatnya. Akibat ketahuan kebohongannya, si gadis ini agaknya begitu sangat malu, lalu memutuskan untuk meninggalkan rumah orang tua angkatnya yang telah dengan sungguh2 akan membiayainya kuliah, memposisikan sebagai anak dengan sangat ikhkas, memperlakukannya sebagai anak sendiri. Walaupun orang tua angkatnya memaafkan kebohongan itu, dengan mengalikan dengan nol semua kesalahannya, asal berjanji tidak berbohong lagi. Tapi si gadis tetap memilih membatalkan kuliah yang sudah dirintis dengan serangkaian test dan biaya2. Si gadis menyatakan dianya “Pulang kampung???”, di panggil orang tuanya di kampung. Kebohongan ini betul2 merugikan diri sendiri, kuliah tidak jadi, status jadi anak yang disayang seperti anak sendiri di sebuah keluarga orang baik2 yang tidak punya anak gadis. Ditinggalkan begitu saja. Berbohong alias berdusta adalah sesuatu yang sangat dilarang Allah: فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثٰنِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّور………………………………….” “………………..maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta." (Al-Hajj 30) Berdusta adalah pangkal kejahatan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ Sesungguhnya dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lainnya). Kecuali 3 kondisi berdusta yang dihalalkan seperti telah ku kutipkan ditulisan yang lalu yaitu: sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1939) dan Abu Dawud (4921): عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ رضي الله عنها قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ : يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا ، وَالْكَذِبُ فِي الْحَرْبِ ، وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ) . والحديث صححه الألباني في صحيح الترمذي . Dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha, ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,’Berbohong itu tidak halal dilakukan kecuali dalam tiga keadaan: seorang suami berbicara kepada istrinya agar istrinya itu ridha, dan berbohong dalam perang dan berbohong dalam rangka memperbaiki hubungan di antara manusia.’ Semoga Allah mengampuni dosa2 kita umpamanya pernah berdusta, selanjutnya semoga Allah melindungi di sisa usia ini dari perbuatan dusta yang dilarang Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 14 Safar 1445.H 31 Agustus 2023 (1.182.08.23)

No comments:

Post a Comment