Thursday 24 August 2023

PENIPUAN yang merugikan PIHAK LAIN

Melanjutkan artikelku ke 1.179. tentang bohong model “Berbual”, kali ini kuketengahkan mengenai berbohong yang merugikan pihak lain, menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. Secara singkat berbohong jenis ini disebut “Penipuan”. Pihak penipu bertujuan mendapatkan keuntungan, pihak yang ditipu menderita rugi karena perbuatan penipu. Selain bohong jenis “berbual” dan bohong jenis “penipuan” masih terdapat lagi jenis bohong: * Bohong yang ujung2nya merugikan diri sendiri, karena harus berbiaya. Insya Allah akan ditulis tersendiri. * Bohong yang memungkinkan merugikan orang lain dan juga merugikan diri sendiri, di kesempatan lain insya Allah akan diceritakan. Jika dicermati bohong jenis “penipuan” ini juga dapat pula di bagi: 1. Penipuan untuk tujuan kebaikan, belum diketengahkan di artikel ini. 2. Penipuan untuk menyelamatkan diri dari sesuatu yang membahayakan diri. Pada gilirannya insya Allah disusun kemudian. 3. Penipuan untuk merugikan pihak lain, focus di tulisan ini. Kebohongan yang merugikan orang lain, atau pihak lain inilah yang dikelompokkan dalam penipuan disisi negatif, mengabaikan hati nurani, kadang kejam. 4 tahun lalu pernah kutulis mengutip seorang nenek ditayangkan TV lantaran ditipu (artikelku no. 686, 20 Agustus 2020) Seorang nenek miskin berpencaharian menjajakan kue2 basah produksi ibu2 rumah tangga di kampungnya. Saban hari kabarnya dapat penghasilan 50 sampai 70an ribu. Si Nenek dari satu kampung ke kampung lainnya berjalan kaki sambil menyangking kantong/tas berisi kue dagangannya. Suatu hari, seorang wanita bersepeda motor menghampirinya di tengah perjalanan. Wanita tak dikenal itu menyapa: "Nek !!!, kue2 masih ada ?". "Masih", jawab nenek menyakinkan. Wanita tak dikenal itu katakan ingin memborong seluruh kue yang dibawa si Nenek asal si Nenek mau dibonceng ke rumah si wanita, membawa kue2nya sekalian dibayar di rumah. Kue si Nenek dan tas berisi dompet si Nenek diminta si wanita disangkutkan di sangkutan di bawah stang sepeda motor. Tak sempat berpikir panjang si Nenek setuju, menuruti omongan "pelanggan baru ini". Hati Nenek ber-bunga2, terbayang "dagangan habis uangpun kumpul". Terbayang ketika 2 anak yatim (cucunya) pulang sekolah dia sudah di rumah, makan siang hari ini dapat agak keren pakai semur tahu. Setelah sepeda motor meluncur beberapa saat, di jalan yang sepi wanita tadi memberhentikan motor, dengan alasan ingin mengecek sesuatu di kendaraan, Nenek disuruh turun. Begitu Nenek turun wanita tadi tancap gas, tinggalkan Si Nenek di jalan yang sepi. Tas, dompet dan kantong kue dibawa kabur itu wanita bersepeda motor. Nenek penjaja kue pulang ke rumah menyusuri jalan dengan berjalan kaki. Betapa malangnya nenek tersebut, padahal kue yang ia jajakan bukan milik sendiri, milik tetangga2 dianya hanya mengambil upah. Si nenek harus menyakinkan pemilik2 kue, kalau dianya benar2 dapat musibah tertipu, apakah nanti para pemilik2 kue akan menimpakan tanggung jawab ke si nenek menetapkan sebagai hutang si nenek, tidak dijelaskan dalam kisah tersebut. Yang jelas mungkin si nenek hari itu tak dapat membeli beras buat makan kedua cucunya pulang sekolah. Kita tidak tau persis, apa yang melatar belakangi kenapa wanita naik sepeda motor itu sampai begitu tega melakukan penipuan itu, kepada seorang nenek miskin yang punya pula tanggungan anak yatim. Bisa jadi si wanita itu terpaksa harus menipu karena ada sesuatu yang lebih urgen misalnya untuk menyelamatkan jiwa keluarganya yang sedang sakit berat, harus diobati, memerlukan biaya. Tidak ada jalan untuk segera dapat uang. Namun andaikanlah didalam diri si wanita ini ada seberkas iman, lalu dianya ingat akan ayat 29 Surat An-Nisa, insya Allah hal ini tidak terjadi: “………… يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَـٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَـٰرَةً عَن تَرَاضٍۢ مِّنكُمْ “ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu…...” Penipuan yang dilakukan pemotor wanita dikisahkan di atas, merugikan banyak orang, tetapi terbatas, dapat dihitung, yaitu; sejumlah pengrajin kue basah, nenek miskin dan dua anak yatim. Akan sangat lebih besar dampaknya bila yang melakukan kejahatan, penipuan, kecurangan adalah pembesar2 negeri. Kerugian, kesengsaraan akan diderita oleh lebih banyak orang lagi, boleh jadi sebagian terbesar rakyat akan merasakannya. Bukan tidak mungkin hancurnya suatu negara. Tentang kecenderungan pembesar-pembesar suatu negeri melakukan tipu daya bukan mustahil terjadi karena Allah ada mencantumkan dalam Al-Qur’an di surat Al-An’am ayat 123: وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا فِى كُلِّ قَرْيَةٍ أَكٰبِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا   وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ "Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya." وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16) Lebih jauh dari 2 ayat dirujuk di atas dapat dipetik informasi bahwa suatu negeri akan binasa apabila telah terjadi: 1) Orang yang hidup mewah gemar melakukan kerusakan. Kekayaan yang mereka miliki dipergunakan untuk melakukan kemaksiatan, durhaka terhadap Allah. Harta mereka yang berlimpah bukan disyukuri digunakan untuk pengabdian kepada Allah malah dimanfaatkan untuk menindas yang lemah. 2) Penguasa di negeri yang akan dihancurkan Allah itu berbuat kerusakan di muka bumi, dengan kebijakan2 yang tidak adil. 3) Rakyat di negeri itu tidak melaksanakan perintah Allah, ilmu para ulama berdasarkan kitab2 Allah dan petunjuk Rasulullah tidak lagi menjadi amalan hidup. Padahal janji Allah dalam surat Al-A’raf ayat 96: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Harapan kita semua, semoga Allah menyadarkan semua pihak, agar tidak terjadi 3 hal yang menyebabkan kehancuran itu. Semoga Allah senantiasa membimbing, para hartawan, para penguasa, dan juga rakyat menjadi hamba2 yang beriman dan bertaqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 8 Safar 1445H 25 Agustus 2023 (1.181.08.23)

No comments:

Post a Comment