Wednesday 23 August 2023

“BERFIKIR Positif”

Seorang anak muda tukang sampah lingkungan RW. Dianya rajin, sopan, kelihatannya sangat ikhlas menjalani keadaannya. Jika karton bekas ukuran lebar, masih mulus oleh pemuda tadi segera disihkannya; "buat alas tidur", katanya kepada sesama crew truck pengangkut sampah. Rupanya se umur2 dia tak pernah tidur berkasur. Perilaku mengambil karton buat alas tidur ini, suatu pagi dialognya dengan teman2 crew truck sampah, pernah terdengar oleh Pak Wawan (bukan nama sebenarnya) kebetulan sedang lewat olahraga jalan pagi. Pak Wawan seorang warga di RW yang rumahnya juga dilalui truck sampah. Suatu ketika pak Wawan memanggil si pemuda kerumahnya mau diberi kasur, dirumah pak Wawan ada kasur bekas masih bagus tidak dipakai, pak Wawan ganti kasur baru, kasur lama diganti sampul masih begitu bagus. Si anak muda setelah ditunjuki kasur itu menjawab: “mau ditaruh dimana kasurnya pak”. Rumahnya yang dihuni sekeluarga Bapak-Ibu dan dua adiknya, boleh dikata tak cukup buat tidur bareng serumah. Memasak makanan saja kompor diletakkan di pekarangan rumah. Jadi selama ini dianya tidur diluar rumah, bisa di pos ronda atau kantor RW. Meskipun miskin, anak muda ini kalau oleh warga disuruh membersihkan taman di pekarangan rumah, kadang tdk mau dikasih uang. Tapi bagaimanapun caranya warga yang nyuruh tetap saja memberikan imbalan, langsung masukkan ke sakunya. Setiap akhir Ramadhan, keluarga pemuda ini tidak luput dari santunan warga. Suatu hari, tiga tahun yang lalu, ada program pembuatan SIM kolektif dari masjid, pak Wawan teringat akan anak ini. Dia dipanggil ke rumah, ditawari SIM biaya atas tanggungan pak Wawan. Niat pak Wawan, agar dpt si pemuda ini nambah sarana cari rezeki, sebab kesehariannya kegiatannya hanya membantu naikkan sampah warga ke truck, berkeliling komplek RW, sejak pkl 6 banter sampai pkl 9 pagi, udah itu nganggur. Di rumah pak Wawan waktu itu ada mobil nganggur, masih sangat bagus, kilomoternya masih dibawah 5 ribu, karena sejak dibeli beberapa tahun sblm pak Wawan pensiun, hanya jalan dari rumah-kantor. Demikian juga sepada motor, jalannya hanya ke pasar tradisonal dan keliling komplek saja, walau sudah 3 kali ganti plat nomor. Hal tsb diberitahukan pak Wawan kepada tu anak muda, nanti kalau sudah dapat SIM, motor dapat dia pakai untuk ikut di "Ojol"kan. Mobil bisa dia pakai untuk "tax-ol" kan, dia nanti pengemudinya. Soal mengemudi kendaraan sepertinya pemuda ini sudah cukup trampil. Sesekali terliat yang bersangkutan pernah mengemudikan truck sampah, sekedar merapatkan ke lokasi tumpukan sampah. Juga ybs sering naik motor inventaris RW, jika ybs disuruh ngedarkan surat ke warga. Bukan main senangnya si anak muda ini, saking berterimakasihnya dia, sampai dia duduk bersimpuh dihadapan pak Wawan, diciumnya tangan pak Wawan dengan ucapan terimakasih yang tidak terhingga. Wajahnya ber-seri2, ber-bunga2. Hari itu juga dia mengantarkan foto copy KTP sebagai syarat pembuatan SIM kolektif tersebut ke pengurus masjid pengkoordinir SIM kolektif. Berdasarkan pengalaman proses SIM kolektif, tidak seorangpun dari peserta pulang dengan tidak mengantongi SIM. Peserta yang terdaftar, serombongan akan berangkat dengan sebuah bis. Si anak muda sekitar pukul 11.45 sudah datang ke komplek masjid, telah menemui koordinator, oleh koodinator dipesilahkan cari tempat duduk dalam bis “nanti usai shalat zuhur kita berangkat”, tegas koordinator sambil mencentang namanya dalam daftar hadir. Usai shalat zuhur, di dalam bis, koodinator mengabsen ulang seluruh peserta dengan menyebut nama satu persatu. Gilaran dipanggil nama “Daus Firdaus ” (nama bukan sebenarnya disamarkan), ternyata tidak ada. Berulang kali koordinator memanggil nama tersebut, tetap tidak muncul, koodinator hampir tidak yakin, bahwa si Daus Firdaus tidak ada dalam bis, sebab sebelum zuhur tadi dia sudah lapor, bahkan koodinator melihat sendiri dia sudah naik bis, sudah milih tempat duduk, meletakkan topinya di kursi. Penumpang lain berseru, “tinggal saja pak nanti kita terlambat”. Koordinator menjawab, “sebentar mungkin ybs di toilet, saya liat sebentar ke masjid”. Begitu besar tanggung jawab koordinator, dilihatnya semua toilet masjid, tidak ada manusia. Makapun diputuskan: “berangkat kita pir”. Sore harinya koodinator menelpon pak Wawan perihal “Daus Firdaus”, sambil mengatakan: “uang biaya SIM yang pak Wawan titipkan masih ada di saya”. Keesokan harinya Daus Firdaus oleh pak Wawan datangi ke kediamannya. Dianya mengatakan bahwa: “Sambil menunggu di bis kemarin, saya teringat apa yang dikatakan teman saya 3 malam yang lalu, bahwa kalau memang benar2 akan dapat SIM, ada resi tanda terima SIM nya. Padahal saya belum dapat apa2, hanya disuruh ikut rombongan bis. Maka saya turun langsung pulang”. Kenyataannya semua peserta yang ikut rombongan tersebut, satupun tidak ada resi seperti yang dikatakan temannya itu, semua pulang membawa SIM baru. Ini gara2 percaya/terpengaruh kata teman. Daus Firdaus menutup pembicaraan kepada pak Wawan, “mungkin itu belum rezeki saya”. Beberapa hari kemudian pak Wawan bertemu koordinar SIM kolektif masjid itu, uang biaya pengurusan SIM atas nama Daus Firdaus dikembalikan kepada pak Wawan. Inilah salah satu keadaan yang karena pengaruh mendengarkan kata teman yang belum tentu kebenarannya, hilang suatu kesempatan yang untuk sementara dianggap merupakan kebaikan, atau keberuntungan. Dalam pada itu, bila dengan berpikir positif, kita tidak tau apa sebenarnya yang akan terjadi dikemudian hari. Boleh jadi justru bagi si Daus Firdaus, tidak memiliki SIM jauh lebih baik daripada jika dia punya SIM. Misalnya kemudian dengan punya SIM, Daus Firdaus membawa kendaraan, menyebabkan suatu kecelakaan, yang membahayakan dirinya dan orang lain. “…………………..إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ……………..” “………………..melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. ………...” (Al-Hadid ayat 22). Untuk kasus SIM buat Firdaus ini, ternyata setahun kemudian, Allah telah memanggil pemuda yang baik ini, dengan sakit hanya beberapa hari. Barulah diketahui rahasia kenapa dia digerakkan hatinya untuk tidak mengambil kesempatan menambah sarana mencari rezeki dengan mengantongi SIM tersebut. Dengan penuh keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya terjadi dengan ijin Allah, namun karena kita tidak mengetahui apa yang terjadi dimasa yang akan datang, maka tetap wajib berikhtiar selanjutnya menyerahkan segala terjadi kepada Allah. Allah tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan, tetapi yakinlah Allah memberikan apa yang kita perlukan. Semoga Allah memberikan yang terbaik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 7 Safar 1445H 24 Agustus 2023 (1.180.08.23)

No comments:

Post a Comment