Saturday 3 September 2022

SALING MEMERLUKAN

Tak akan ada seorang pemimpin, jika tidak ada orang2 yang dipimpin. Guru tidak dapat mengajar tanpa murid. Ustadz tak dapat ceramah bila tak ada jamaah. Seorang ustadz pernah curhat kepadaku: Ketika dianya berceramah di suatu masjid baru saja bbrp menit, lebih sepuluh jamaah meninggalkan majelis. Si ustadz bertanya kpd jamaah yg masih duduk berpencar, kenapa mereka pergi? Spontan seseorang menjawab, yg pergi mungkin agak "kurang imannya". Sang ustadz nimpali "kalau begitu yg masih ikutan mendengarkan kuat imannya". Ceramah diteruskan. Belum cukup 10 menit ceramah berlanjut, angkat tangan lagi puluhan jamaah ijin ninggalkan masjid dg ucapan "kami juga agaknya kurang iman". Tinggalah kurang dari 10 orang yg masih di majelis. Yg masih ikut mendengarkan, besar kemungkinan mereka personil pengurus masjid berikut petugas operator sound system dan penerangan serta petugas pemegang kunci masjid. Bertanya lagi si ustadz "sebetulnya apa sih sebab terjadi begini". Salah seorang menjawab "Isi ceramah ustadz tidak disenangi oleh sebagian besar jamaah". Ustadzpun mengakhiri ceramah, ada harapan si ustadz tdk diundang lagi mengisi ceramah di masjid tsb, atau kalaupun diundang si ustadz tdk akan penuhi. Kutanya si Ustadz "di masjid mana itu", ustadz nyebutkan lokasinya, tidak mau nyebutkan nama masjid itu "tidak etis" kata beliau. Kajadian ini membuktikan bahwa: 1. Dalam hidup ini sangat kuat ketergantungan satu sama lain. Si ustadz tanpa jamaah sbg audience ceramahnya akan kehilangan arti. 2. Tidak akan menarik jika muatan ceramah, meskipun benar (sejalan aturan agama) tetapi disampaikan dg konotasi mencela, mencacat, apalagi hal tsb sesuatu yg sering diamalkan masyarakat setempat. Referensi berda'wah di dalam Al-Qur'an: ادْعُ إِلٰى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ  ۖ وَجٰدِلْهُمْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ  ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِۦ  ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl 16: Ayat 125) 3. Pergunakan bahasa/istilah yg dipahami audience. Era dibawah tahun 70an, diriku masih sbg wartawan pernah ikutan suatu rombongan kampanye ke pedalaman. Untuk menarik massa berkumpul, diantaranya ditampilkan pagelaran group lawak terkenal di ibu kota pada masa itu . Durasi lawak kurang lebih 45 mnt, hadirin satu2 pulang dan satupun tak ada yg tertawa. Menit2 terakhir barulah penonton riuh rendah tepuk tangan dan ketawa ter-bahak2. Salah satu group lawak terperosok di atas panggung lantaran papan yg diinjaknya patah. Bahasa yg digunakan untuk penutur bahasa Indonesia mestinya mengundang tawa, tapi untuk daerah itu, biasa2 saja. Setelah salah seorang kru lawak terperosok dikira adegan lawak, merekapun mengapresiasinya. Semoga setiap kita selalu bijak menyikapi kejadian dalam kehidupan ini, bersikap baik dan santun kepada sesama, karena kita saling memerlukan. .آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Shafar 1444 H. 3 September 2022. (1.025. 09.22).

No comments:

Post a Comment