Wednesday 29 December 2021

KELUH KESAH

Kalau kawan dekat, sanak keluarga, anak2 dan kemenakan2 ataupun pasangan hidup (suami atau istri) yang bawaannya saban hari ngeluh. Saban hari gelisah serba komplin dengan keadaan apa saja. Suka ngomel tak ada yang kena. Musim hujan salah, kemarau salah. Liat orang lewat aja ada saja cacatnya. Dengar ustadz ceramah ada saja kurangnya. Giliran ada ketentuan bermasyarakat, ada saja peraturan itu ndak cocok menurut dia. Dan seterusnya pokoknya buat dia tak ada yang sesuai. Itulah pribadi "SUKA MENGELUH tapi EKSTRIM". Kalau sekedar ngeluh sedikit2 sih itu masih jamak sifat manusia diciptakan suka mengeluh, seperti yg dimaksud dengan ayat 19 surat Al-Ma'arij: اِنَّ الْاِ نْسَا نَ خُلِقَ هَلُوْعًا  "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh." Ayat di atas memberi tau manusia agar sadar bahwa manusia itu memang tercipta dg sifat "suka mengeluh". Tidak hanya mengeluh saja di ayat berikutnya (ayat 20); malah ditambah lagi dengan "kesah" اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا  "Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah," Tapi “kesah” akan muncul kalau ditimpa kesusahan. Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, bukan sekedar memberitahukan manusia akan kelemahannya "Keluh kesah" itu, tetapi langsung memberitahukan langkah apa agar hidup ini tidak TERSANDERA oleh "keluh kesah" Petunjuk Allah tentang langkah yang harus ditempuh agar dapat mengatasi “keluh kesah” dapat di cermati pada surat 70 = Al-Ma'arij itu juga: Pertama: Laksanakan shalat dengan istiqamah: اِلَّا الْمُصَلِّيْنَ  الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَا تِهِمْ دَآئِمُوْنَ وَا لَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَا تِهِمْ يُحَا فِظُوْنَ  "kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat," "mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya," "Dan orang-orang yang memelihara shalatnya," (QS. 70 =Al-Ma'arij ayat 22, 23, 34). Seseorang konsisten (istiqamah = tidak tempo2 shalat, tempo2 tidak shalat alias belang kambing), serta terpelihara shalat dengan khusu’, maka yang bersangkutan akan terhindar dari “keluh-kesah”, sebab setiap problem hidup saban waktu shalat telah diserahkannya kepada Allah. Kedua: Peduli dengan orang miskin: وَا لَّذِيْنَ فِيْۤ اَمْوَا لِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُوْمٌ  لِّلسَّآئِلِ وَا لْمَحْرُوْمِ "dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu," "bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta," (QS. 70 =Al-Ma'arij ayat 24-25). Bagi orang yang senantiasa berbagi rezeki dengan orang miskin, walaupun misalnya dianya tidak berlebihan, apalagi kalau hidupnya berkecukupan, maka bila dibarengi dengan beriman kepada akhirat (langkah ke tiga), yang bersangkutan tidak akan “keluh-kesah”, untuk kehidupannya nanti di akhirat, sebab dianya percaya bahwa dengan bersedekah kepada orang miskin dirinya telah menitipkan hartanya untuk didapati di akhirat melalui orang miskin yang disedekahinya. Dalam pada itu, untuk kehidupannya di dunia ini pun orang yang rajin bersedekah dianya tidak “keluh kesah” karena benar2 yakin dengan janji Allah: مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَا بِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَا للّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ  ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS.2 Al-Baqarah ayat 261) Ketiga: Beriman kepada akhirat وَا لَّذِيْنَ يُصَدِّقُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ  وَا لَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ عَذَا بِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ  "dan orang-orang yang mempercayai hari Pembalasan," "dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya," (QS. 70 = Al-Ma'arij 70: Ayat 26-27). Iman kepada akhirat ini boleh dikata merupakan kunci dari langkah Pertama, Kedua yang telah diurai di atas, juga langkah berrikutnya Keempat, Kelima dan Keenam. Dengan iman kepada akhirat setiap insan percaya bahwa hidup ini sementara, ada hidup lagi sesudah kehidupan di dunia ini yang kekal abadi dan apa yang dilakukan di dunia ini akan mendapatkan balasan di akhirat nanti. Supaya tidak “berkeluh kesah” di dunia apalagi di akhirat nanti, semua langkah yang petunjuk Allah ini dipatuhi. Keempat: Menyalurkan syahwat sesuai koridor agama. وَا لَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حٰفِظُوْنَ  اِلَّا عَلٰۤى اَزْوَا جِهِمْ اَوْ مَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُهُمْ فَاِ نَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ  فَمَنِ ابْتَغٰى وَرَآءَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْعٰدُوْنَ "dan orang-orang yang memelihara kemaluannya," "kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela." "Maka barang siapa mencari di luar itu (seperti zina, homoseks, dan lesbian), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 29, 30, 31). Pelanggar ketentuan Allah yang kita urutkan “Keempat” ini hidup nya tidak tenang, selalu “berkeluh kesah”, selalu dihantui apabila perbuatannya nanti akan diketahui orang akan membawa aib. Contoh banyak sekali, seperti yang terjadi belakangan ini, sungguh aib, apalagi yang melakukannya adalah pengasuh suatu institusi pendidikan agama. Kelima: Memelihara amanat dan tidak ingkar janji وَا لَّذِيْنَ هُمْ لِاَ مٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رٰعُوْنَ  "Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya," (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 32). Ingkar janji, merupakan sumber membuat hati menjadi resah, timbul “keluh-kesah”, sebab pada dasarnya hati nurani manusia itu jujur. Ketika seorang “pengingkar janji”, waktu dia berjanji di alam pikirannya mungkin sudah terselip bahwa itu hanya pemanis bibir saja tak mungkin akan dapat ditepati. Padahal buat orang yang “tidak bermaksud ingkar janji”, menganggap janji itu adalah hutang, harus segera dilunasi. Orang type tepat janji, kalau janjinya karena sesuatu hal diluar kemampuan manusia sehingga tidak dapat ditepati, akan menyampaikan kepada pihak yang dianya berjanji, untuk minta perpanjangan waktu, atau menyerah, tidak dapat menepati janji dengan permintaan maaf disertai menyampaikan alasan2. Keenam: Jujur bila menjadi saksi وَا لَّذِيْنَ هُمْ بِشَهٰدٰتِهِمْ قَآئِمُوْنَ  "dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya," (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 33). Langkah mengatasi perasaan gelisah dan “keluh kesah”, jujur menjadi saksi. Karena saksi adalah suatu yang sangat menentukan bagi para pihak yang mencari keadilan. Tidak jujurnya saksi-saksi, bukan mustahil jatuhnya putusan hukum yang tidak tepat. Seorang yang bersalah diputuskan tidak bersalah. Seorang yang TIDAK bersalah diputuskan bersalah. Terutama kalau sudah/sampai terjadi terhukumnya orang TIDAK bersalah, karena kesaksiaan yang tidak benar, maka si saksi akan menderita bathin seumur hidup (resah, gelisah = keluh kesah) sekurangnya setelah menjelang tua akan menyesal. Belum lagi di akhirat akan mendapat balasan yang setimpal. Semoga Allah memeliharakan hati-hati ini, sehingga tidak “resah”, “gelisah” dan “keluh-kesah”. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Jumadil Awal 1443 H. 29 Desember 2021. (882.12.21).

No comments:

Post a Comment