Friday 26 March 2021

SUDUT Pandang KEBENARAN


Diterima bekerja di suatu instansi bukan di kota asal, akan ditemui banyak masalah, apalagi bila instansi tsb tdk menyediakan  tempat tinggal. Memilih tempat tinggal,  bagi pegawai baru pendatang pula dan masih rendahan tidaklah gampang. 


Syarat memilih tempat tinggal untuk pegawai rendahan setidaknya:

1. Murah, terjangkau oleh penghasilan yg bakal diterima.

2. Tak jauh dari tempat bekerja, agar ngirit ongkos tranportasi.

3. Kediaman yg sehat, nyaman dan aman.

4. Lingkungan yg cocok.


Jatuh pilihanku mengontrak rumah di lokasi berjarak dua kali angkot ke kantor. Kondisi rumah blm lama dibangun, lingkungan baik, harga kontrak murah, tapi blm tersedia aliran lintrik. 


Di tahun 70 an itu, bukan daerah itu saja blm berlistrik, tapi perkampungan radius 6 Km dari pusat kota blm ada instalasi listrik masuk rumah. 


Diriku sanggup menutup kontrak rumah sekaligus 5 tahun. Pikiranku supaya tenang agar tdk tiap taun mikir kontrak. Simpananku dari pekerjaan lamaku di Ibu kota masih cukup membayar kontrak dan "Bidup" untuk bbrp bulan. 


Rumah cukupan, tersedia 2 KT, RM,  dapur, kamar mandi dan sumur. Masih tersisa pekarangan belakang rumah, berbatasan dg parit kecil yg airnya mengalir terus.

Halaman depan lumayan, kalau suka nanam bunga dan sejenisnya. Tapi tidak berpagar, maklum suasana desa.  


Malam hari penerangan kugunakan Lampu Strongking atau Petromak sampai pkl 9 an malam, dilanjutkan dg lampu teplok sampai pagi.


Tahun ke dua diam dirumah itu di belakang rumah kupagari bambu, sempat ku beternak Bebek Alabio lebih dari 100 ekor, memanfaatkan parit kecil. Malam hari nonton TV dengan bbrp tetangga, sumber daya pakai AKI. Lumayan pernah panen telor saban pagi 40 sampai 60 butir. Ku juga menetaskan telor Bebek, mesin penetas kapasitas 50 butir. Anakan dijual. Tambahan pendapatan dari beternak ini melebihi biaya kontrak rumah.


Tahun ke tiga, listrik masuk desa tentu warga desa gembira, sayang blm banyak yg sanggup masukkan listrik ke rumah. Masih "mahal", kala itu. Aku berinisiatif ikut memasukkan listrik ke rumah kontrakanku, bila ada listrik bayanganku TV akan lbh lama dpt ditonton. Tak perlu lagi ngecas AKI tak usah lagi mompa lampu Strongking (ejaan setempat "Setroom King". Singkatan di "Seterum sambil jengking").


Menjaga kepatutan, kumohon izin kpd pemilik rumah ttg niatanku pasang listrik di rumahnya. Serta merta diizinkan.


Baru kurang lebih seminggu listrik menyala di kontrakanku, ba'da isya pemilik rumah beserta istri bertamu ke rumahku. Kukira semula beliau ingin nonton TV. Perkiraan ku meleset, rupanya ybs ingin membicarakan amandemen  kontrak rumah. 


Dialog cukup panjang, secara singkat ybs "MINTA TAMBAHAN HARGA KONTRAK atas sisa waktu kotrak 2 tahun lagi.๐Ÿ˜ฎ๐Ÿ˜ฎ๐Ÿ˜ฎ๐Ÿ˜ฎ

Aku ter-heran2, karena biaya pasang listrik dariku, sblmnya aku sdh izin kpd beliau. 


Dalil yg dipakai beliau ber-ulang2 dikatakannya cobalah "anak tanya seluruh kota sini, RUMAH YG BER LISTRIK HARGA KONTRAKNYA KAN LBH TINGGI DARI RUMAH YG BLM BER LISTRIK". Jadi selisih harganya saya minta.


Sedang menurut alam pemikiranku, karena biaya pasang listrik itu dariku, seharusnyalah waktu kontrak ku tinggal dirumah itu hrsnya diperpanjang secara proporsional dg biaya yg kukeluarkan. ๐Ÿ”Œ๐Ÿ”Œ๐Ÿ”Œ๐Ÿ”Œ

Tapi hal itu sejak semula aku rencanakan tdk memintanya, sebab habis kontrakan ini aku akan nempati rumah KPR blm lama kuperoleh, pas habis kontrakan dpt dihuni.


Itulah salah satu bentuk BERBEDA SUDUT PANDANG menilai suatu kebenaran.


Ada beberapa Sudut pandang melihat kebenaran.


Pertama KOHEREN; sesuatu dianggap benar bilamana konsisten dg keadaan sblmnya. 

Pemilik rumah membanding bahwa setiap rumah yg sdh terpasang listrik, nilai kontrak lbh tinggi dari rumah yg tdk berlistrik. Ybs melupakan kebenaran, rumahnya ketika berkontrak tdk berlistrik, yg membiayai listrik pihak pengontrak. Lalu atas dasar sudut pandang itu menjadi alasan pembenaran pemikirannya minta tambahan kelebihan harga kontrak.


Kebenaran ke dua adalah sudut pandang "KORESPONDEN" y.i. sesuatu kebenaran adlh benar apabila materi kandungan keadaan kebenaran itu berhubungan dg objek yg dituju. Dlm case ini   benar objek yg dituju yakni rumah tlh terjadi peningkatan nilai. Pihak yg meningkatkan nilai adlh pengontrak.Seharusnya yg wajar adlh jika kpd pengontrak diberikan reward berupa tambahan masa tinggal dirumah tsb., atas kebaikannya memasukkan listrik. Nanti kontrak yad rumah bernilai tambah.


Sudut pandang kebenaran ke tiga adlh sudut pandang"PRAGMATIS". Ukuran kebenaran atas dasar fungsi dan dipengaruhi waktu. Sesuatu dianggap benar bila mempunyai kegunaan praktis. Sesuatu yg 10 th lalu dianggap benar, mungkin skrg sdh dianggap tdk benar lagi. Atau skrg sesuatu dibenarkan semua pihak tetapi 10 th yad semua orang menyatakan salah. Misalnya rumah kontrakan  yg gampang cari penghuni 10 th lalu, skrg orang sdh jarang ngontrak rumah, mending nyicil rumah KPR, hitung2 mirip ngontrak tapi akhirnya rumah jadi milik sendiri. Atau nyewa Apartmen,  gampang menyesuaikan dg lokasi tempat kerja.


Sudut pandang ke empat adlh  kebenaran ILLAHI. Dimana landasan berfikir ini sejak mulai di-imani sampai dunia kiamat tetap benar. Bahkan sesuatu kebenaran yg dinyatakan beberapa dasa warsa, berabad yl. Blm dirasakan benar, skrg terbukti benar. Bgt selanjutnya yg skrg blm dirasakan kebenarannya yakinlah kelak terbukti kebenarannya. 


Bila pihak pemilik rumah meyakini, bahwa tidak ingin mempersulit pengontrak agar tetap terjalin persahabatan walaupun ssdh kontrak berakhir. 


Yakin benar bahwa sekecil apapun kebaikan akan diterima pembalasan kebaikan dari Tuhan di dunia ini dan di akhirat nanti.


ูَู…َู†ْ ูŠَّุนْู…َู„ْ ู…ِุซْู‚َุง ู„َ ุฐَุฑَّุฉٍ ุฎَูŠْุฑًุง ูŠَّุฑَู‡ٗ ۗ 


"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."

(QS. Az-Zalzalah ayat 7)


Akan datang rezeki yg tak terduga, mungkin jauh lbh besar dari sekedar tambahan uang kontrak. Pihak pengontrak mungkin ngalah lalu membayar, namun hubungan baik jadi cacat, pengontrak merasa terzalimi. Kemungkinan rezeki berkurang satu sumber dari eks pengontrak.


Bgt selanjutnya akan hal kebenaran ILLAHI, yg skrg blm dirasakan kebenarannya yakinlah kelak terbukti kebenarannya. Mari disimak 2 ayat berikut ini:

ุงَู„ْุญَู€ู‚ُّ ู…ِู†ْ ุฑَّุจِّูƒَ ูَู„َุง ุชَูƒُูˆْู†َู†َّ ู…ِู†َ ุงู„ْู…ُู…ْุชَุฑِูŠْู†َ

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."

(QS. Al-Baqarah ayat 147)


ุงَู„ْุญَู€ู‚ُّ ู…ِู†ْ ุฑَّุจِّูƒَ ูَู„َุง ุชَูƒُู†ْ ู…ِّู†َ ุงู„ْู…ُู…ْุชَุฑِูŠْู†َ

"Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."

(QS. Ali 'Imran ayat 60).


Panduan kebenaran ILLAHI didapat lengkap di kitab2 suci dan penjabaran para ahli2 agama dlm buku2 kupasan mereka.


Hendaknya pertimbangan memilih sudut pandang, baik saja menggunakan sudut pandang Koheren, Koresponden dan Pragmatis, namun lengkapi dg sudut pandang atas dasar petunjuk ILLAHI. Pilihan untuk menentukan tentang kebenaran, bila tetap ingin acuan kebenaran itu tdk berubah maka acuan kebenaran sesuai  ILLAHI-lah yg tepat untuk dijadikan referensi.

ุงَู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฃَุฑِู†َุง ุงู„ْุญَู‚َّ ุญَู‚ًّุง ูˆَุงุฑْุฒُู‚ْู†َุง ุงุชِّู€ุจَุงุนَู‡ُ ูˆَุฃَุฑِู†َุง ุงู„ْุจَุงุทِู„َ ุจَุงุทِู„ุงً ูˆَุงุฑْุฒُู‚ْู†َุง ุงุฌْุชِู†َุงุจَู‡ُ.

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai suatu perkara yang benar, dan anugerahilah kami kekuatan mengikuti kebenaran itu. Dan tunjukkanlah kepada kami kesalahan itu sebagai suatu perkara yang salah, dan anugerahilah kami kekuatan untuk menjauhi kesalahan itu.


 ุขู…ِูŠّู†ْ... ุขู…ِูŠّู†ْ... ูŠَุง ุฑَ ุจَّ ุงู„ุนَู€ู€ู€ุงู„َู…ِูŠْ

ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„ّٰู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนٰู„َู…ِูŠْู†َ

ุจุงุฑูƒ ุงู„ู„ู‡ ููŠูƒู…

 ูˆَ ุงู„ْุณَّู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู€ู„ุงَู…ُุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 13 Sya'ban 1442 H.

26 Maret 2021.

(752.03.21). 

No comments:

Post a Comment