Saturday 20 March 2021

Nasib SETANDAN Kelapa

Kelapa Setandan tak sama jatuhnya. Kalimat tamsilan ini dikenal benar oleh para petani kelapa. Keadaan sebenarnya memang demikian. Stlh mayang kelapa menjadi buah, bermula dari pentil kelapa disebut "Beluluk" (bahasa kampungku). Beluluk berangsur jadi kelapa muda. Mulai dari cengkir; yaitu kelapa muda yg belum ada daging kelapanya, baru ada air. Berlanjut kelapa muda berdaging seperti lendir. Lanjut menjadi Dogan tipis, Dogan tebal. Barulah jadi kelapa tua......

Kadang Beluluk sdh jatuh, tak jarang Cengkir sdh ada yg memetik untuk diminum airnya. Bgt juga ada beberapa buah dari tandan, dipetik tak sengaja baru saja berdaging lendir. Banyak yg dipetik ketika sdh dogan tipis dan dogan tebal untuk dijual di warung khusus kelapa muda. Umumnya kelapa dibiarkan sampai tua baru dipetik untuk santan, atau dulu diolah dibuat kopra, bakal minyak goreng. Kelapa tua walaupun tidak dipetik, sampai waktunya jatuh sendiri. Sehingga cocoklah tamsilan kalimat di atas "Kelapa Setandan tak sama Jatuhnya" Boleh jadi jatuh atau dipetik ketika:

* beluluk,

* cengkir, 

* dogan tipis,

* dogan tebal,

* sudah berdaging tua untuk dibuat santan atau kopra atau minyak kelapa.

* Jatuh sendiri walau tidak dipetik bila sdh betul2 tua.


Tamsil kelapa setandan ini pas benar untuk nasib dan peruntungan KEMATIAN dan KEHIDUPAN manusia sesaudara sama seibu se ayah.


UNTUK KEMATIAN:

Ada yg sdh mati baru saja lahir, ada yg mati anak2, ada yg mati baru angkat dewasa, ada pula yg mati ketika sdh berkeluarga punya anak, ada yg mati setengah tua dstnya. Tapi yg jelas pasti mati juga (bagaikan kelapa walau tidak dipetik jika sdh bgt tua jatuh sendiri).


UNTUK KEHIDUPAN.

Peruntungan masing2 anak yg dilahirkan dari Bapak-Ibu yg sama adlh ber-beda2. Ada yg kaya, ada yg cukup sekedarnya tapi juga ada yg kurang dan mungkin ada yg miskin.


KISAH KASIH SEORANG IBU.

Sebagai Ibu, ketika masih usia produktif, suami dan dianya sendiri tdk bekerja di sektor formal, makanya tdk ada pensiunan buat dirinya maupun dari mendiang suaminya. Alhamdulillah Ibu ini bernasib baik, 9 putra/putrinya lumayan bhakti, sehingga kehidupan masa tua bersumber dari pemberian anak2 yg berkecukupan. 


Sifat umum seorang Ibu, sepanjang masih bugar,  tetap tdk suka ikut tinggal dirumah anak2, milih menunggu rumah sendiri. Biarpun hanya tinggal sebatang kara. Kendati rumah tua tak semewah rumah anaknya yg berada.


Ibu ini sebagian anaknya "berada" sebagian lagi "kurang mampu". Bgtlah suratan nasib, walau saudara sekandung peruntungan beda2. Bagaikan setandan kelapa ditulis di atas.


Banyak kita dptkan informasi dari Allah dlm Al-Qur'an tentang perihal rezeki masing2 orang berbeda seperti ayat berikut:

اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ  وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا

"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). 


Alhamdulillah anak2 yg "mampu",.... saban bulan supply dana kpd si Ibu.


Ada pepatah "Kasih IBU sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah".

Ibu figur utama yg menggantikan Orang Tua di pepatah tsb. Jadi dpt diterjemahkan kasih ORTU tak luntur sepanjang hayat dikandung badan. Sedang kasih anak terbatas sepanjang galah. Galah dipegang pangkalnya terlihat ujungnya, kadang tak nyampe jika menjolok yg tinggi. Adapun jalan, semakin dijalani semakin panjang, bila jalannya buntu, terbentang jalan lain untuk dilalui.


Pemberian dari anak2nya yg  "berkecukupan" diam2 dialihkannya ke anak2nya yg "kurang mampu". Anak2 yg "mampu", terheran-heran iuran mereka kadang bgt cepat habis. Namun si IBU tetap merahasiakan pengalihan bantuan kpd anaknya yg "kurang mampu" itu ke sumber pen supply dana. Baru diketahui stlh beliau berpulang kerahmatullah,  informasi diketahui  dari anak2nya yg kurang mampu.


Ketika acara kumpul2 anak dan cucu memperingati hari wafatnya BUNDA PENYALUR DANA ini. Anak tertua yg kebetulan salah satu yg kurang mampu yg saban bulan mendapat subsidi ditunjuk adik2nya untuk memimpin berdo'a

.

Redaksi do'anya selain:

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā. Artinya, "Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."


Juga disisipkan permohonan kpd Allah agar; subsidi yg diberikan Almarhummah saban bulan bagi dirinya untuk cucu2nya diganjar Allah dg pahala berlipat ganda.


Anak2 yg saban bulan memberikan dana buat IBU ini, baru paham apa sebabnya dana yg mereka berikan tiap bulan tdk membuat Ibu ini banyak simpanan. Tidak membuat Ibu ini bermewah dlm belanja. Barulah mereka paham bila di tenggarai uang almarhumah tiap bulan hampir habis. Baru para anak yg jadi donatur paham, kenapa almarhumah Ibu bila ada keperluan insidentil senantiasa perlu dipasok dana lagi.


Dmkn profil perjalanan hidup seorang Ibu, kasih sayangnya kepada anak2nya sepanjang USIAnya. Bgmn kita sbg anak; kadang Ayah-Bunda kita kebagian kasih sayang TERSISA stlh untuk istri/suami dan anak2.


Smg kisah ini menggugah hati kita2 yg masih punya Ibu agar menta'ati wasiat Allah berbakti kpd ORTU terlebih Ibunda. Karena Allah tak sembarangan ber WASIAT. Tapi dikhususkan untuk Ibu, Allah ber WASIAT dlm Surat Al-Ahqaf ayat 15:


وَصَّيْنَا الْاِ نْسَا نَ بِوَا لِدَيْهِ اِحْسَا نًا ۗ حَمَلَـتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗ وَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰـثُوْنَ شَهْرًا


"Dan Kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan".


Yg masih punya Ortu jangan sia2kan kesempatan meraih surga melalui ayah dan ibu yaitu berbakti kpd mereka. Rasulullah bersabda:

رَغِمَ أَنْفُهُ ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ،ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ “. قِيلَ : مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : ” مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا، ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ “.

Artinya:”Celaka seseorang itu(diulang tiga kali), sahabat bertanya: siapa yang celaka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: orang yang mendapati salah satu orang tuanya atau dua-duanya dalam keadaan tua, kemudian (anak tersebut) tidak masuk surga”. (HR Muslim No: 2551)


Yg  Ortunya sdh tiada, jangan lupa berdo'a setiap usai shalat. Mintakan ampunan buat mereka, mintakan rahmat Allah kpd mereka, sekurangnya dg redaksi di atas.

 آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 7 Sya'ban 1442 H.

20 Maret 2021.

(749.03.21). 

No comments:

Post a Comment