Wednesday 24 March 2021

CELAH Per-JANJI-an.

 Tak dapat tidak menjalani hidup ini mesti hrs mengalami berinteraksi sesama dlm "perikatan" lazim jg disebut "Perjanjian". Kita semua ini terlahir ke dunia ini mrpkn hasil dari "perikatan" antara Ayah + Bunda dlm ikatan pernikahan.


Ketika bertugas di suatu daerah, pas tempat tinggalku di wilayah yg sulit air. Membuat sumur berbiaya tinggi karena cukup dalam sampai lbh 19 meter. Struktur tanah di daerah itu hanya kurang-lebih 6 meter tanah biasa, selanjutnya batu kapur yg keras. Tak heran lebih dari seminggu baru selesai menggali sebuah sumur, selain beralatkan "penggali" selebihnya harus menggunakan "pahat dan palu".


Perjanjianpun ku-sepakati dg penggali sumur, walau tidak tertulis. Pihak ku; diriku dan istri, pihak penggali sumur diwakili salah seorang dari 6 team mereka. Hadir saksi 2 tetangga masing2 dg istri. Isi kesepakatan perjanjian:

1. Lokasi penggalian sumur hrs ditunjukkan beberapa titik  oleh pihakku, selanjutnya team penggali minta waktu 3 hari menetapkan titik yg dipilih (mereka mungkin menggunakan ritual atau teknik tertentu mencari sumber mata air di dalam tanah sana).

2. Sehari sblm penggalian dimulai pihakku hrs membayar 15% dari biaya yg disepakati.

3. Segala peralatan menggali sumur jadi tanggungan team penggali termasuk kerekan berikut tali pengerek. Tali + kerekan, stlh selesai jadi milikku.

4. Limbah galian akan diangkut oleh pihak penggali sehingga tidak jadi sampah di halaman ku dan komplek perumahan kami.

5. Pelunasan pembayaran biaya 85% lagi dilakukan begitu sumur mengeluarkan air.


Hari ke sembilan stlh sumur di gali, istri nelpon ku ke kantor dg pesan agar bawa uang sisa biaya sumur, kata tukang pekerjaan sdh selesai.


Senang juga hatiku, membayangkan tdk sulit lagi mandi dan cuci, tlh tersedia sumur.


Sampai di-rumah kuliat 6 orang team penggali sumur sudah duduk ngobrol di-sekitar lobang sumur. Kusapa mereka:

"Sudah keluar air nya ..........?"

"Sudah paaak.........!!!", jawab mereka hampir serempak.


Saking girangnya aku, kepingin lekas dapat mengambil air dari timba pertama. Kuturunkan ember yg masih menggantung ditali kerekan bekas peralatan mereka menaikkan hasil galian. Lumayan dalam, hampir2 tdk kelihatan dasar sumur, maklum 19 meteran dan lagian suasana remang2 petang pulang kantor. 


Plung....... ember sampai ke dasar sumur, tentu ku goyang2 dg maksud agar air masuk ember. 


Sepertinya ember sdh mentok sampai di dasar sumur, tapi tak terasa ember dpt dibaringkan. Betul juga stlh ember di kerek naik, tdk ada air terciduk ember, hanya tampak ada bekas air yg nempel di bagian luar (pantat) ember. 

Kegiranganku berubah menjadi agak berang, maklum usia ketika itu baru K3.


Terjadi dialog yg lumayan panjang dg kepala tukang gali sumur. Tetangga yg jadi saksi awal transaksi juga ikut datang.


Maksudku pekerjaan sumur selesai apabila AIR SUMUR sudah dapat diambil dikeluarkan dari sumur.

Sedang kan penggali sumur beranggapan pengerjaan penggalian sumur sdh dianggap selesai apabila DIDASAR SUMUR SDH TERDAPAT AIR.


Air tidak dpt ditimba kalau hanya dasar sumur basah. Mata air tak cukup untuk membuat air tertampung di dalam sumur. Hrs di perdalam lagi se-kurang2nya setengah sampai satu meter buat kantong air.


"Kan janji kita, bapak bayar stlh keluar air", kata penggali sumur. "Inikan airnya sdh keluar", lanjutnya.


Ku pikir bukan saatnya lagi buat berdebat. Tak mungkin menang berdebat dg mereka. Lagian kalaupun menang, aku tetap kalah.  Mereka betul2 memanfaatkan kata2 dlm ucapan perjanjian tapi tdk mau berpikir logis tentang makna dlm kata2. Orang membuat sumur ... kan pingin airnya dpt dikeluarkan, bukan hanya sekedar ada air di dasar sumur di bawah sana.


Langsung kuminta agar lobang sumur diperdalam semeter lagi, untuk tandon air.


Tukang bersedia dg tambahan biaya memperdalam tsb dan akan mulai mengerjakannya esok hari. 


Kulihat esoknya mereka mengerjakan dg tenaga 3 orang. Seorang di dlm sumur, seorang mengerek hasil galian yg seorang lagi memindahkan limbah galian. Sehari setengah mereka merampungkan pendalaman sumur di halaman belakang rumahku itu. 


Alhamdulillah airnya jernih lancar dpt dinaikkan dg mesin pompa ke toren penampungan. Setidaknya sampai kutinggalkan rumah itu karena pindah tugas dinas di tahun 1985 air sumur itu msh nyumber. Tahun 2018, sempat ku kunjungi kediaman ku dulu itu ternyata sumur msh berfungsi bagi penghuninya.


Kesan dpt diambil dari kejadian itu a.l.:

Bahwa dlm perjanjian hrs genah dan tegas pengertian kata, kalimat agar tdk bias. Semula ketika membuat kesepakatan diri ku beranggapan semestinya penggali sumur paham bahwa tujuan membuat sumur adlh ingin mendptkan air, dg dmkn meskipun tdk sedetil seperti dimaksud penggali sumur harusnya mengerti bahwa air sumur harus dpt di keluarkan dari sumur ke permukaan.


Jadi dlm kasus ini agaknya maunya penggali sumur redaksi perjanjian "air dapat di ciduk dengan ember sampai dpt dikeluarkan dari sumur" . Atau lengkap, "stlh ketemu mata air, sumur diperdalam untuk tandon air........meter".


Arahan agama ttg perjanjian, jelas:

وَاَ وْفُوْا بِا لْعَهْدِ ۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَا نَ مَسْــئُوْلًا

dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya."

(QS. Al-Isra' ayat 34).


Masalah, hendaknya para pihak yg berjanji janganlah dg sengaja berniat memanfaatkan kelemahan pihak lain. Misalnya dlm kasus di atas pihak tukang sumur sengaja untuk mempersulit pengorder galian sumur, agar nanti terpaksa nambah biaya agar sumurnya dpt dimanfaatkan airnya. Semestinya kalau tukang gali sumur beritikad baik, di awal sudah bilang "Kalau sekedar ada airnya, sumur blm dpt digunakan pak..... hrs digali lagi minimal setengah meter atau kalau mau bagus dibuat tandon air 1 meter".  Boleh dikatakan sekalian, untuk itu nilai kontrak minta tambahan sekian.....


Pengorder sumur blm berpengalaman akan hal tersebut. Janganlah memanfaatkan kekurangan pemahaman, kekurang tau an lawan kita berperikatan untuk mencari "keuntungan". Supaya  rezeki diperoleh berkah. 


Allah melarang memperoleh rezeki dari sesama atas dasar tidak suka sama suka atau ada pihak yg merasa dikecewakan atau terpaksa.


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْكُمْ,,,,,,,,,,;....."

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.............." (QS: An-Nisa 29).


Semoga kita dpt menjalani kehidupan ini yg selalu ketemu dng interaksi perikatan/perjanjian dpt menjalaninya sesuai rambu2 yg ditetapkan Allah, sehingga selamat dunia akhirat.


 آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 10 Sya'ban 1442 H.

23 Maret 2021.

(750.03.21).

No comments:

Post a Comment