Tuesday 9 March 2021

Berpendapat dan Membantah.

Cucuku selama setahun tidak kunjung kerumah kami gegara covid 19. Baru Sabtu kemarin dg ayah-bunda dan adiknya sowan dg menerapkan protokol kesehatan Covid 19.


Ketika makan siang, ayah-bundanya pesan on line beberapa macam lauk. Cucuku  usia 7 tahunan ini, tetap minta olahkan "telor dadar", tdk pesan on line, rupanya formula telor dadar favorit nya beda dg yg di restoran.


Makan siang, walau  tdk semeja, demi jaga jarak, Pak De nya sempat lihat cucuku makan di ruang tengah, mengomentari "kok telor dadarnya ndak dimakan???". 

Si cucu lelakiku itu mencampur dg sendok dan garpu lauk2 lainnya untuk dimasukkan ke mulut. 


Menanggapi komentar Pak De nya cucuku kemukakan: "telor dadar ini enak pak de"........🍽🍽🍴🍴🍴

" lho enak kok belum dimakan", sela pak de nya.........🍗🍗🍗🍗 "karena enak maka saya makan nanti terakhir". 

Jelas cucuku; ttg sikap yg diambilnya bgmn tahapan menyantap makanan. Mungkin ini adlh model lain dari orang lain, ini murni pendapat si cucuku ini. Kutanya ayah bundanya serta pengasuhnya mereka tdk ada mengajarkan cara makan dmkn itu.


Satu diantara kelengkapan kehidupan tersedia bagi makhluk hidup adlh kemampuan BERPIKIR. Kemampuan berpikir dan berpendapat ini dimiliki setiap orang. Khusus buat cucuku ini, salah satu wujud olah pikirnya berpendapat mentahap hidangan spt itu. Pendapat cucuku ini sah-sah saja sepanjang tdk menyalahi ketentuan dan kewajaran yg lazim, atau membuat repot orang lain.


Diketahui bahwa makhluk hidup; ada yg berwujud, ada tak kasat mata. 


Bila Berpikir diterjemahkan sbg "kemampuan untuk memilih serta kemampuan untuk kemukakan pendapat" maka pantas disimpulkan bahwa Malaikat dan Iblis sbg mahluk tak kasat mata juga berkemampuan berpikir, dg dmkn juga berkemampuan menyampaikan pendapat.


Ketika Allah permaklumkan akan menciptakan manusia, Malaikat ajukan pendapat, berupa kritikan.

Juga Iblis ketika diperintah sujud kpd Adam, sampaikan pendapat, dia menolak.


Allah mencontohkan kebijakannya terhdp kedua mahlukNYA itu. Bgmn perlakuan Allah thdp 

Malaikat yg mengkritikNya. Bgmn pula sikap Allah  thdp Iblis yg membantahNya.


Kritik Malaikat kpd Allah termuat dlm surat Al-Baqarah Ayat 30:


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" 


Menanggapi kritik itu Allah tidak murka, hanya kemukakan (akhir ayat 30 itu):

قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".


Untuk pembuktian pengetahuan Malaikat itu terbatas, Allah suruh Malaikat kemukakan nama2 berjenis benda, dihadapan Adam yg baru saja Allah ciptakan sekaligus tlh diberi ilmu ttg nama2 benda.


وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَ سْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰٓئِكَةِ فَقَا لَ اَنْبِۢـئُوْنِيْ بِاَ سْمَآءِ هٰۤؤُلَآ ءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!"

(QS. Al-Baqarah ayat 31).


Iblis membantah perintah Allah, tak sudi sujud kepada Adam. Sedang Malaikat walau mengkritik, stlh tau bahwa Allah punya rencana yg tidak diketahui para Malaikat, merekapun patuh. Apalagi stlh diberi bukti bahwa bgt terbatasnya pengetahuan mereka dibanding Adam yg baru saja tercipta,  mereka sdh kalah.


Iblis ditanya Allah apa sebabnya  membangkang. Ternyata karena alasannya sombong diikuti membanggakan asal kejadian.


Surat Al-A'raf ayat 12


قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍۢ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍۢ

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".


Surat Sad ayat 76


قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍۢ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍۢ

Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".


Dari tiga model hasil berpikir case diatas tentang "Berpendapat", "Mengkritik" dan "Membantah"  Kiranya dpt dipetik pembelajaran:


1. Bahwa tiap orang punya kebebasan berpendapat, kadang sangat beda dg orang lain, tapi sepanjang dilaksanakannya pendapatnya itu tdk mengusik orang lain dan tdk bertentangan dg norma2 yg lazim, sah-sah saja. 


2. Bahwa Allah saja berkenan dikritik, konon lagi awak ini manusia yg penuh dg kekurangan. Allah ketika di kritik merespond pengeritik dg memberitahukan sesuatu (patut diduga menjelaskan ttg kenapa kebijakan itu diambil=y.i. menciptakan manusia). 

Boleh jadi kritik itu muncul lantaran adanya ketidak jelasan ttg suatu kebijakan. Dari sudut pandang pengeritik ada yg salah dlm suatu kebijakan. Nampaknya kata kuncinya adlh hrs ada komunikasi antara  yg dikritik dg pengeritik, untuk menjelaskan duduk perkaranya.


3. Sikap membantah pun oleh Allah masih ditanya, apa sebabnya walau sebenarnya Allahpun sdh tau sebabnya. Kita manusia seringkali, kubu yg bertentangan langsung dilibas tanpa diajak dialog lbh dahulu. Contoh Allah bertanya kpd Iblis.

مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" (awal ayat Al-A'raf 12).


Diakhir tulusan ini izin berdo'a

1. Semoga kebebasan berpendapat di negeri ini masih terus terlindungi. Tentunya yg utarakan pendapatpun  sblm di publish hrs ditimbang manfaat dan mudharatnya. Apakah ada pihak yg dirugikan atau terzalimi karena pendapatnya itu.

2. Semoga bila terjadi kritik meng kritik, para pihak dpt saling memahami membuka komunikasi, shg diperoleh sesuatu yg lbh baik.


آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 25 Rajab 1442 H.

9 Maret 2021.

(743.02.21).

No comments:

Post a Comment