Saturday 19 October 2019

HADIAH dalam TUGAS

Kakek yg satu ini sdh 20 tahunan pensiun. Uang pensiun saban bulan kini telah merosot tajam. Bukan nominalnya yg turun, bahkan tiap taun walau sedikit masih naik. Tapi daya beli uang pensiunnya yg menukik turun tajam ketimbang di awal2 tahun si kakek pensiun. Untungnya si kakek ada pemasukan tiap bulan, anak2 mentransfer melalui bank.

Dikarenakan hampir tiap bulan datang ke bank ngambil atau sekedar ngecek kiriman dari anak2 sdh masuk, jadinya akrab dg bbrpa karyawan front office bank.

Ke bank tangan kosong terasa ndak nyaman juga buat kakek, ini dirasakan terlebih di kurang lebih 5 tahun sblm beliau meninggal dunia.

Ada saja buah yg dibawanya sbg buah tangan buat satpam dan mbak2 di counter depan bank. Sehari dua sblm ke bank si kakek (kini almarhum) sdh memetik dari kebunnya buah yg akan dibawanya, tergantung musim. Kadang Jambu, kadang Jeruk, kadang Mangga, sesekali Pisang, kadang juga Lengkeng. Jambu, tidak kurang dari 5 jenis tumbuh di kebun halaman rumah kakek yg luas itu. Bgt juga pisang, aneka jenis.

Petugas front office bank sempat tertanya dlm hati pak tua yg biasa datang bawa buah di minggu pertama saban bulan kok lama ndak keliatan.

Terkaget mereka ketika sekitar 4 bulan kemudian datang bbrp ahliwaris mengurus saldo rekening almarhum. Tak seorangpun diantara petugas bank mendengar kabar duka itu. Diantaranya ada yg mengisahkan kpd pewaris, perihal kebaikan almarhum, sambil memproses adm pemindahan hak atas saldo yg masih tersisa. Memang 4 bln belakangan tak ada lagi transfer masuk.

Amalan meramu buah sebelum ke bank oleh almarhum, tdk diketahui istri beliau apalagi anak2 yg sdh tdk lagi serumah.

Kisah ini kutulis terinspirasi ketika membaca semboyan di suatu instansi layanan Publik "No KKN, No Tipping, No. Suap".
APAKAH buah tangan almarhum Kakek tadi terkatagori KKN, TIPPING?; Suap sii jelas ndak lah ngkali.

Patut dianggap sang kakek ihlas sedekah buah itu, buktinya istrinyapun ndak tau dia nyiapkannya. Lagian dianya ngarungi buah naikkan ke tengah sepeda motor bebeknya lumayan usaha beliau. Smg kebaikan almarhum dihitung pahala disisi Allah. Aamiin.

Dlm konteks kisah ini ingatanku kembali ke tulisanku sdh ku publish setahun lalu berjudul "GARATIFASI"
antara lain:

Anna laka hadza? (ini dari mana engkau dapat?)
Bgtu pertanyaan khalifah Umar bin khathab kpd Abu Hurairah setelah melihat sesuatu barang yg ada pada diri Abu Hurairah sepulang dari melaksanakan tugas menggumpulkan zakat di suatu daerah. Abu Hurairah menjawab: "ini barang hadiah dari salah seorang pembayar zakat untuk diriku". Dengan tegas Khalifah Umar bin Khathab memerintahkan agar barang itu ikut dikumpulkan bersama barang-barang zakat lainnya. Karena mnrt Umar, Abu Hurairah tak mungkin mendapatkan hadiah itu kalau bukan lantaran dia ditugaskan sebagai pemungut zakat. Hal ini mengacu pada ketetapan Allah di ayat 161 surat Ali Imran"
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّغُلَّ ۗ  وَمَنْ يَّغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ  ۚ  ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
"Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya dan mereka tidak dizalimi."

Suatu ketika pengawas baitul mal menghadiahkan seuntai kalung emas kepada puteri Umar bin Abdul Azis. Khalifah bertanya kpd putrinya ketika melihat kalung itu tergantung dileher si putri "anna laka hadza". Stlh diberi tau si putri asal tu kalung, segera disuruh tanggalkan seraya dikembalikan ke baitul mal. Kpd si putri dibacakan ayat 161 Ali Imran di atas, sbg ancaman.

Ketetapan Allah ini lah yg menjadi rujukan penyelenggara negara wajib melaporkan harta kekayaannya agar diketahui dari mana sumber harta tersebut. "ANNA LAKA HADZA". Sebab kalau sumbernya dari terkait jabatan perolehan tsb termasuk yg dikenal skrg "gratifikasi". Terimalah kelak risikonya di hari kiamat nanti dia membawa barang hasil "gratifikasi" itu. Padahal ktka itu tak seorangpun sudi menerima barang biarpun dikembalikan, sebab masing2 sibuk dg urusan dosa dan pahala yg sdg dihitung.

Kembali ke buah "buah tangan" almarhum kakek, sepertinya tidaklah sama seperti yg diterima Abu Hurairah dan putri halifah Umar bin Abdul Aziz. Mereka berwujud barang (asset), sedangkan yg dihadiahkan almarhum kakek, buah2an yg untuk bukan hanya yg tugas melayani langsung, lagian langsung dapat dimakan. Kakek bawa banyak, tak jarang seluruh karyawan kantor cabang bank di kecamatan itu kebagian semua tu buah.  Sekali lagi smg perbuatan almarhum kakek dinilai Allah sbg kebaikan. Aamiin.

Kisah ini agaknya baik buat acuan bagi yg kini msh sdg menjabat atau berurusan dg publik. Nah buat kita yg sdh purna tugas, tentu merenung, "dulu gmn waktu msh tugas". Pernahkan terima gratifikasi, pernahkah terima parcel ketika lebaran/tahun baru, ulang tahun. Pernahkah dikirimi buah atau kue ulang tahun. Laaah kita serahkan Allah saja, minta ampunanNya sambil diiringi berbuat baik selagi bisa. Wallahu 'alam bishawab.

Smg kita termasuk dlm firman Allah surat al Ahzab 71
يُّصْلِحْ; لَـكُمْ اَعْمَالَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
"niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu".
Wassalam. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment