Wednesday 9 October 2019

Antara BANGGA dan SYUKUR

Siapa dulu Bapaknya..........
Siapa dulu Gurunya......
Siapa dulu ..........dlsbnya
Ini suatu ungkapan mewakili bangga.
Smg kalaupun pernah terucap, hanya sbg candaan tak masuk ke hati.
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِا للَّغْوِ فِيْۤ اَيْمَا نِكُمْ وَلٰـكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ
"Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun."
(QS. Al-Baqarah syat 225)

Soal sumpah saja kalau tdk sengaja, tdk dari niatan dihati lagikan tdk dihukum Allah. Apatah lagi pernyataan "Siapa dulu ......." , seperti di atas.
Tapi untuk jaga2, barangkali sebaiknya mulai dikurangi ucapan2 setara itu.

Untuk yg sudah terlanjur, kita minta ampunan kpd Allah.
 وَيَسْتَغْفِرُوْنَهٗ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Bangga, mengungkapkan perasaan puas atas prestasi yg tlh dicapai, dpt berupa prestasi diri sendiri, boleh jadi prestasi anak2 atau orang tua, keluarga. Tak jarang kita ikut bangga bila kelompok, groups bahkan anak bangsa yg berhasil menorehkan prestasi berskala internasional.

Dikenal istilah bangga diri (ujub). Selain itu ada bangga diiringi rasa syukur. Ada kesamaan pada keduanya dalam diri pemiliknya.

Bangga, bila diri merasa bahwa prestasi yang ia capai adalah sebagai kemampuan diri, menafikan Allah menyertai usahanya menjadi sebab keberhasilannya. Bangga seperti akan bermuara ke SKMBONG, ini dicela Allah disebut An Nisa 36, Al Qasas 76,
Lukman 18, Al-Hadid 23.
; اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرَا

(Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri).

Sedangkah orang yang pandai bersyukur, ia tidak pernah merasa bahwa prestasi yang ia capai adalah mutlak kemampuan diri, ia tidak lupa bahwa sebenarnya ada pihak lain (teman, guru ortu dll) ikut berperan dan Allah menyertai dlm menentukan keberhasilannya. Sampai-sampai kalau ia sukses menjalankan ibadah, banyak berbuat kebaikan, orang bersyukur memandang inipun berkat kekuatan yg dianugerahkan Allah. Tidaklah membagakan ibadah dan kebaikannya, karena dianya tidak tahu apakah ibadah serta kebaikannya itu diterima Allah atau ditolak Allah.

Bersyukur juga dapat kita artikan sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah SWT baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan. Dengan ucapan: syukur ,,,
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
(Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam)

Bersyukur dengan tindakan melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
Bagi hambanya yg bersyukur Allah janjikan di Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ; لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat)

Demikian, smg kita dpt lbh hati2 dalam berbangga jangan sampai tdk bersyukur, shg terperosok menjadi SOMBONG.
Begitu juga hati2 dlm bersyukur,  jangan sampai dalam syukur itu terselip di hati bahwa syukurnya karena kehebatan diri, maka syukur ydmk termasuk ke katagori berbangga diri.

Aamin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment