Monday 11 August 2014

POTENSI ANAK



Sebagai orang tua, kesal memang, kalau anak yang sudah dididik dan dibesarkan sejak dua jari telapak kakinya, setelah dewasa tidak berbhakti kepada orang tua, menyusahkan hati dan merong-rong.
Agama mengisyaratkan bahwa anak bagi orang tuanya berpotensi  bermacam-macam yaitu:
a)     Anak berpotensi menjadi finah atau cobaan, seperti dimuat dalam surat Al Anfal ayat 28 dari Al-Qur’an:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Kata pepatah orang jawa “Anak polah Bopo kepradah”, maksudnya bila anak bertingkah laku yang tidak baik, orang tua akan terkena imbasnya. Misalnya; seorang anak yang tidak sopan, tidak ramah terhadap tetangga, tidak ramah terhadap sanak family lain yang berkunjung ke rumah, acuh, sombong dan macam-macam lagi perilaku negatif si anak. Orang lain akan mengkaitkan kepada orang tuanya. “Dasar orang tua tidak tau mendidik anaknya” demikian kira-kira umpatan dan gunjingan orang. Bukankah hal ini menjadikan fitnah, padahal tak kurang-kurang ibu dan bapak telah menurunkan nilai-nilai kebaikan kepada anak keturunannya, tapi memang kadang ada saja penyimpangan. Bukan sedikit anak ustadz  yang murtadz, tidak jarang anak pak haji dan bu haji perbuatannya keji. Tak kurang pula anak pak guru dan bu guru yang perilakuknya tak patut ditiru. Ini barang kali ilutrasi penjelasan dari isyarat Allah di atas tentang anak-anak akan menjadi cobaan atau fitnah. Semoga tentunya anak-anak kita tidak terkelompok menjadi sumber fitnah.cobaan tersebut.
b)    Anak berpotensi menjadi musuh seperti dimuat di dalam  Al-Quran surat At-Tagabun ( surat 64) ayat 14.
 
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Diantara peringatan Allah di atas mengenai anak bahwa, anak berpotensi menjadi musuh, oleh karena itu hendaklah bersikap berhati-hati atau waspada terhadap mereka. Selanjutnya dalam mendidik harus mengedepankan pendidikan dengan persuasive  bukan dengan memarahi dan penuh maaf.
Tidak sedikit kita baca di media cetak, dengar dan lihat di layar kaca bahwa seorang anak tega menyakiti dan bahkan sampai membunuh orang tuanya, hanya lantaran si orang tua tak sanggup memenuhi permintaannya si anak akan sesuatu. Beginilah potret seorang anak yang setelah besar/dewasa menjadi musuh.
c. menjadi investasi amal seperti disebutkan di dalam surat yasin 12
 

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Tentu harapan kita semua, agar anak kita kelak menjadi investasi amal setelah kita meninggal dunia dan menjadi penyejuk mata penentram hati selama kita masih hidup didunia.
yang akan dibawa mati adalah amal yang pernah dibuat selama hidup, amal buruk akan diterima pembalasan berupa keburukan pula. Demikian perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan pula. Selanjutnya selama hidup ada bekas-bekas yang kita tinggalkan didunia hasil perbuatan kita semasa hidup. Salah satu bekas tersebut adalah anak keturunan kita. Anak keturuan yang baik, anak keturunan yang shaleh akan berdampak dan mengalir terus kebaikan itu untuk menambah amal kita meskipun jasad kita sudah kembali menjadi tanah, atau lamaaaa di dalam kubur.
Apakah kita tergolong orang yang bernasib mempunyai anak keturunan kelompok menjadi finah, atau anak keturunan dengan kelompok menjadi musuh atau beruntung mempunyai anak keturunan yang menjadi investasi. Upaya atau ikhtiar yang harus dilakukan adalah:
a.     Memberikan pendidikan yang baik terutama tentang iman, ahlaq dan nilai keagamaan kepada anak sejak dini.
b.     Menciptakan kondisi keluarga dan lingkungan yang baik untuk tempat anak-anak kita bergaul bermasyarakat sejak anak-anak, remaja sampai beranjak dewasa.
c.      Ditengah tulisan ini saya kemukakan bahwa tidak sedikit terjadi penyimpangan meskipun sudah dilakukan upaya “a” dan “b, di atas, makanya untuk itu jangan lupa terus menerus setiap waktu, setiap sesudah shalat berdoa seperti yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an surat  Al Furqan ayat 74. seperti dibawah ini:

 
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut sebab pada akhirnya ketentuan Allah jua yang berlaku ditengah usaha kita.
Satu lagi yang perlu diperhatikan, untuk anak-anak kita semasa mulai dapat ber-aktifitas sekitar umur lebih setahun dan selanjutnya, jangan sampai dipamerkan kepada orang bahwa si anak “nakal” si anak “cerewet” dan kata-kata yang mewakili perilaku yang tidak baik. Disamping ucapan orang tua merupakan do’a, juga bagi si anak terekam dalam memorinya, bahwa dirinya “nakal”, dirinya “cerewet”, dirinya “bandel” dan lain-lain yang tidak baik dan ketidak baikan itu dilegalisir dan bahkan dibanggakan oleh orang tuanya. Ini menyebabkan setelah tumbuh menjadi anak remaja yang bersangkutan cenderung untuk membuktikan bahwa dianya “nakal”, “cerewet” , “bandel” dan segala hal yang tidak baik pernah di capkan terhadap dirinya.

No comments:

Post a Comment