Friday 21 September 2012

Seri Umrah: TRANSPORTASI UMUM MAKKAH-MADINAH

Senen-Kampung Rambutan, Senen-Bekasi, Senen-Blok M, Bandara Soekarno-Hatta Gambir, ini sering kita lihat tulisan di depan atas bis di Jakarta. Berbeda dengan di Makkah, Madinah, untuk mengetahui jurusan angkutan umum dari informasi kernet atau kita bertanya ke jurusan mana bis akan menuju. Selain itu bis-bis kedua kota suci ini melayani carteran tergantung negosiasi ke mana akan menuju. Jurusan dari Madinah untuk jamaah umrah umumnya ke Makkah atau ke Jeddah. Sementara itu bis dari Jeddah rutenya menuju ke Madinah atau ke Makkah. Sedangkan jurusan dari Makkah, rute bagi jamaah umrah adalah ke Madinah, ke Jeddah atau ke Tan’em dan Ji’rana tempat miqat bagi yang ingin mengulang umrah.
Dua photo yang saya publikasikan berikut adalah bis yang melayani rute-rute dimaksud. Tertulis didepan atas bis dengan jelas bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Bis tersebut milik perusahaan otobis SAPTCO di Arab Saudi.





Entah kenapa mereka menulis bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, belum saya dapatkan alasannya, tetapi  yang jelas bahwa orang Indonesia cukup di kenal di Makkah dan Madinah, lantaran jamaah Indonesia termasuk banyak jumlahnya di Makkah dan Madinah, sampai perlu ditarik minatnya dengan mengabadikan tulisan di depan bis.
Foto di ambil di lapangan “Gazza” sebagai terminal sejak kami datang awal Ramadhan sampai dengan tanggal 20 Ramadhan. Mulai tanggal 21 Ramadhan untuk menampung jamaah yang sudah semakin melimpah untuk shalat tarawih sesudah isya, dan shalat tahajud, maka terminal dipindahkan ke dekat masjid “Jin” (kurang lebih 700 meter dari tempat semula).  Tanggal 21 Ramadhan dimulainya shalat tahajud berjamaah sampai akhir Ramadhan. Waktu shalat tahajud pukul 1 dinihari sampai pukul 3. Sedang shalat tarawih sesudah isya berakhir pukul 11 malam. Adzan subuh pukul 04.30 shalat subuh rata-rata dimulai 15 menit kemudian. Mulai tanggal 21 Ramadhan itu banyak jamaah harus shalat di lapangan Gazza, sebab masjid sudah tidak dapat menampung jamaah. Jika hendak shalat isya dan tarawih masuk masjid mulai tanggal 21 Ramadhan, harus mulai berada di dalam masjid sekurangnya sesudah ashar. Pada 10 paro terakhir Ramadhan itu, banyak sekali jamaah dari Arab dan sekitarnya mukim di Masjidil Haram sepanjang hari dan sepanjang malam dikenal dengn i’tiqaf. Lantai Masjidil Haram bagaikan sudah dikavling oleh mereka, sehingga jamaah yang tidak i’tiqaf akan sulit masuk ke kaveling mereka itu.
Harga BBM setara premium di Saudi per liter adalah SR 0,61  sekitar Rp 1,708,--, itu mungkin sebabnya jarak tempuh antara Jeddah-Madinah, lebih kurang  450 Km dipatok tarif bis umum SR 50, per orang atau setara dengan Rp 140.000,- Rombongan kami berlima memilih naik mobil bukan bis yaitu mobil “Prado” dengan ongkos ditawarkan oleh pemilik mobil semula SR 500 akhirnya dapat dinego jadi SR 450,-  . Lebih mahal dari jika kalau naik bis, tapi pertimbangan kami kalau naik bis turun di terminal, sampai di Madinah harus membawa barang  ke hotel. Sedangkan bila  mobil carteran, diantar sampai ke hotel. Betul juga ketika sampai di Madinah, untuk mendapatkan alamat hotel “DAR Al FAHAD” tempat kami menginap 3 hari, cukup lama mengitari kota. Perjalanan ditempuh kurang lebih  4 jam itu, cukup mengasyikkan sekaligus sedikit mengerikan. Mengasyikkan karena jalan mulus hampir tidak ada saingan atau berpapasan berlawanan arah, sementara kiri kanan hanya gunung-gunung batu dan hamparan jalan dan jembatan. Mengerikan karena Jarak 450 KM ditempuh hanya 4 jam, sebab menurut speedo meter kecepatan sering menunjukkan  angka 170.  Sementara itu si pengemudi tidak henti-hentinya berbicara melelaui HP, kadang dia yang menghubungi lawan bicaranya,  kadang HP nya yang berbunyi, agaknya si sopir banyak relasi. Kengerian tambahan ketika ngomong dengan HP yang bersangkutan sambil menggerakkan tangan dan bahunya layaknya orang sedang bicara berhadapan, itu nampaknya sudah menjadi pembawaan orang Arab kalau bicara tangannya, bahunya ikut bergerak, dalam hal kita bertatap muka matanyapun ikut menegaskan isi pembicaraan. Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di kota Madinah dan langsung masuk hotel diantar mobil sampai halaman hotel.
Perlu ditambahkan informasi bahwa, biaya di atas belum termasuk biaya keluar dari area bandara, rupanya bis-bis atau mobil carteran (setidaknya peraturan ketika kami umrah Ramadhan 1433), tidak diperkenankan mengambil penumpang dari bandara. Jadi harus naik mobil khusus (mungkin punya ijin trayek bandara) mengantar keluar bandara atau sampai ke terminal bis di kota Jeddah. Tarifnya lumayan tinggi dan tawar-menawar,  rombongan kami untuk mengeluarkan dari area bandara beberapa km, sebab penjemput tidak boleh masuk, membayar SR 150.
Bicara soal pengemudi, ternyata ngebut bukan hanya perangai supir metro mini Jakarta ngajar setoran saja. Pengemudi Arab juga luar biasa, seperti yang saya sebut di atas sambil bicara dengan HP dan tangan satu pegang kemudi tangan satu bergerak seirama dengan pembicaraan. Terjadi juga kami ke celakaan sepulang dari “Jabal Rahmah”. Dari pemondokan sekitar pukul 10 waktu setempat kami mencarter bis kecil berpenumpang  12 orang termasuk supir. Acara,  mengunjungi  melihat dari jauh jabal Tsur,  jabal Nur dan berhenti 30 menit jabal Rahmah, melintasi Arafah, Musdalifah, Jamarat (tempat melempar jumrah). Cukup mahal tarifnya, karena hitungan dalam kota, untuk itu kami harus membayar masing-masing  SR 15 jadi pemilik mobil mengantongi SR 165. Tarif dalam kota agak mahal seperti halnya Makkah Tan’em yang hanya kurang lebih 15 menit  tarifnya SR 5,- setara Rp 14.000,-
Kecelakaan  terjadi mobil yang kami tumpangi pintu tengahnya sebelah kanan penyok berat berbenturan dengan sebuah bis besar. Pasalnya adalah si pengemudi kami memotong jalan untuk belok ke kanan, sementara seharusnya dia melihat bahwa ada bis besar disebelah kanannya sedang bergerak perlahan mengambil jalan lurus. Kontan saja tak dapat dihindari, bis besar tak sempat ngerem secepat itu, maka pintu tengah mobil yang kami tumpangi rengsek dicium bemper kiri bis besar. Langsung si sopir yang duduk di sebelah kiri (karena stir kiri) turun dan kelihatannya memaki-maki supir bis agaknya orang  Timur Tengah juga tapi bukan asli orang Saudi. Setelah bersitegang kelihatannya terjadi perdamaian dan menurut informasi dari rombongan yang paham bahasa Arab, justru si bis besar dalam posisi harus ganti  kerugian. Kami penumpang mobil kecil tadi semuanya sependapat kalau di Indonesia, justru sopir kamilah yang salah, motong  jalan. Namun kami tak ada yang berani komentar untung saja istri saya yang duduk persis disebelah pintu yang ke seruduk tidak apa-apa, kalaulah bis tersebut betul-betul sedang melaju mungkin saya yang duduk disamping isteri sayapun bukan mustahil ikut cedera. Kejadian ini disebabkan kurang konsentrasi mengemudi, lantaran terus menerus bicara dengan HP sementara menyetir di tempat ramai dengan akselerasi yang mendadak dan dalam keadaan jalan normal kecepatan tinggi. Adalah bijaksana, jika mencari bis atau mobil carteran dalam negosiasi harus dimasukkan persyaratan pengemudi tidak ngebut. Kalau mungkin sopir tidak bicara dengan HP kecuali sangat perlu misalnya menanyakan alamat yang akan dituju, setelah masuk kota.

3 comments:

  1. Menarik dan bermanfaat. Trims.

    ReplyDelete
  2. Jazakallah khairan atas sharing.nya. Sangat bermanfaat. Semoga Ramadhan tahun ini Allah memanggil saya dan keluarga untuk menunaikan umroh ke tanah suci-Nya. (Aamiin aamiin ya Rabbal'alamin) :)

    ReplyDelete