Friday 25 November 2022

SIAPAKAH mendo’akan kita sesudah MATI

Maaf artikel ini panjang……….., cocok buat bacaan diwaktu luang………, bila tak dimuat semua tak mencapai makna. Untuk yang sibuk lewatkan saja…….., intinya hanya sekedar ngingatkan kita bahwa kita diingat banter sampai genersi ke empat. Di daerah kelahiranku, silsilah keturunan yang ku-tau, hanya beberapa generasi; kebawah yaitu: anak, cucu, buyut, cicit. Generasi ke atas, ayah-bunda, nenek-datuk, uyut, moyang, antah. Oleh karena itu ijinkan di tulisan ini kupinjam istilah terminology bahasa Jawa tentang silsilah yang menurutku relatif lebih lengkap; untuk garis keturunan ke bawah: Anak (generasi ke dua). Cucu (keturunan ketiga). Cicit (keturunan keempat). Canggah (keturunan kelima). Wareng (keturunan ke keenam). Udhek-udhek (keturunan ke tujuh). Gantung siwur (keturunan ke delapan). Cicip moning (keturunan ke sembilan). Petarangan bobrok (keturunan ke sepuluh). Gropak senthe (keturunan ke sebelas). Gropak waton (keturunan ke duabelas). Gendheng (keturunan ke tigabelas). Mana ada manusia abad lalu dan abad ini yang sempat lihat apalagi menimang generasi ke tujuh. Jadi ungkapan hartanya banyak cukup untuk tujuh turunan, benar2 hebat tu kekayaan. Suatu hari ada saudara sepupu bertanya "siapa yaaa nama ayah-ibu dari Nenek-Kakek kita?". Bertanyalah ke paman2 yang lebih tua, baru diketahui. Jadi apalagi meredaksikan dalam do'a nama dari Ortunya Kakek, Ortunya Nenek, namanya saja kita sdh ndak tau. Dengan sedikit menyanda' soal "turunan" ini, mungkin dapat mengingatkan diri ini: * Bahwa hidup di dunia banter2nya sampai punya cicit. * Bahwa yang bakal tau tentang kita banter2nya hanya yaah sampai cicitlah. * Bahwa begitu kita meninggal yang bakal kirim doa buat kita.... banter2nya anak2, cucu2, cicit2. * Bahwa setelah anak mati, cucu mati, cicitpun mati, ...... siapa lagi yg kirim do'a buat kita, kayaknya ndak ada lagi orang berdo'a khusus membayangkan wajah diri kita. * Bahwa kalau begitu perlu dipikirkan supaya setelah generasi ke empat pun habis semua, kita masih ada tambahan pahala sesudah mati. Terinspirasi dari hadits: عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim). Kalau begitu dua diantaranya y.i: Amalan jariah dan ilmu yg bermanfaat perlu ditingkatkan, karena dua item ini bertahan relatif lama. Walau semuanya itupun juga tidak kekal. Apapun bekas2 peninggalan kita setelah kita mati, termasuk anak keturunan, akan tetap tercatat. firman Allah: اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰ ثَا رَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَا مٍ مُّبِيْنٍ "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)." (QS. Ya-Sin ayat 12) Amalan jariah selama masih digunakan, kita masih dapat manfaat walau jasad sudah jadi tanah. Namun jika karena satu dan lain sebab tidak digunakan lagi............. Ilmu yang diamalkan, tentu yang lebih kekal adalah memberikan ilmu tentang agama. Sebab kebenaran ilmu agama tetap lestari sampai kiamat, sepanjang turun temurun di suatu komunitas tsb masih beragama....... Kalau kelak mereka sudah tidak beragama lagi yaah........abis juga,,,..... karena siapa lagi yang me ngamalkan ilmu tsb. Makanya selama masih hidup harus ditanamkan kekuatan iman kepada generasi penerus supaya agama tetap dianut di negeri ini. Si ayah, si ibu, ngajari anaknya sembayang mengaji, diamalkan. Kemudian diturunkan lagi ke cucu, oleh anak kita, diturunkan ke cicit oleh cucu kita dstnya, agar ilmu agama ini diamalkan sampai hari kiamat. Dengan demikian awak penghuni alam barzah ribuan tahunpun masih dpt memetik manfaat dari ilmu yang diamalkan itu, insya Allah. Apakah ilmu agama (Islam), tetap lestari sampai kiamat, wallahu 'alam. Allah memang menjamin Islam ini tetap langgeng di dunia اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِ نَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya." (QS. Al-Hijr ayat 9) Terpeliharanya Al-Qur'an, berarti terpeliharalah Islam yg diajarkan Al-Qur'an itu, tetapi tidak ada jaminan terpelihara di kediaman kita....... Spanyol 7 abad lamanya penduduknya beragama Islam, kini tinggal kenangan. Karena itu ikhtiar melestarikan ilmu agama jangan disepelekan agar tetap bertahan sampai kiamat. Bukan mustahil, kalau nanti pengajaran ilmu agama tidak dianggap penting, berangsur tergerus keimanan generasi penerus, per-lahan2 ajaran agama tak diamalkan lagi. Terhentilah aliran pahala kita sesudah mati, padahal misalnya kiamat masih lama lagi. Kalaulah Islam ini tetap bertahan sampai hari kiamat di negeri kita ini, walaupun keturunan generasi kita Gendheng (keturunan ke tigabelas) dan seterusnya, tidak ingat lagi akan nama kita, apalagi wajah kita. Namun gerenasi yang akan datang masih akan tetap mendo’akan kita setiap shalat setidaknya 9 kali sehari semalam ketika duduk tahiyat: السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِين “semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh” Jika kita dulu semasa hidup jadi orang saleh, maka saban orang shalat tercakuplah kita dalam do’a mereka. Selanjutnya kalaulah masih tetap ada orang Islam di dunia ini, maka setiap hari Jum’at setidaknya seluruh jamaah Jum’at dipimpin khatib berdo’a untuk kita yang sudah berabad di alam barzah dengan do’a: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، Seluruh jamaah Jum’at dipimpin khatib mendo’akan untuk mengampunkan dosa seluruh muslimin dan muslimat baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Semoga anak, cucu, cicit, dan seluruh zuriat keturunan kita tetap konsisten menganut agama. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍۢ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 3 Jumadil Awal 1444 H. 27 November 2022. (1.065.11.22)

No comments:

Post a Comment