Thursday 24 November 2022

NGAMEN

Kehidupan lain yang memproduksi barang, ataupun jasa yang dapat dinikmati secara phisik di DKI Jakarta, demikian beragam. Boleh dikata apabila mau berusaha selalu terbuka untuk mendapatkan penghasilan. Diantara model usaha itu seperti halnya tukang sayur, penjahit kelililing dan pengipas sate. Pengamen juga menempatkan diri mereka sebagai salah satu kegiatan memproduksi jasa, sepertinya mereka memposisikan diri sebagai “jasa hiburan”. Walau ada sebagian menilai mereka “mengganggu”, karena itu dari pada kehadiran mereka berlama-lama, segera saja dirogohkan recehan. Profesi ini cukup banyak yang menekuninya, lebih banyak ketimbang profesi disebut lebih dahulu disebutkan di atas. Karena justru penghasilannya cukup menjanjikan. Dari berita-berita dilansir media, penghasilan pengamen di DKI dapat berkisar ratusan ribu sampai sejutaan perhari. Wilayah operasi profesi pengamen, di lampu pengatur lalu lintas, dulu……..di dalam bis-bis kota, di pintu toko-toko di warteg dan juga dari pintu ke pintu rumah. Tidak kurang Pemda DKI ada perda no. 8 tahun 2007 yang mengatur bahwa dikenakan sanksi bagi pengamen di jalan-jalan juga kepada yang memberi uang kepada pengamen, karena dapat mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu sering dilakukan razia, tapi habis dirazia, muncul lagi. Bermacam sarana yang dipergunakan untuk ngamen, mulai dari alat musik, seperti gitar, gendang, bahkan hanya botol diisi pasir dan tidak jarang ada yang sedikit modal dengan menggendong radio tape berisi kaset lagu-lagu. Atau menyewa orang buta dan tidak sedikit menyewa bayi untuk digendong sebagai media ngamen. Teknik mengamenpun macam-macam diantaranya: Sebelum adanya Transjakarta, bila kita naik bis kota ada seorang atau beberapa pemuda di dalam bis kota setelah mengucapkan selamat siang atau salam agama; salah seorang, langsung nyerocos “saya baru saja keluar dari penjara, dihukum karena menodong, dari pada saya kambuh lagi tolong bagi yang punya receh berikan buat saya untuk sekedar penyambung hidup”. Kontan saja para penumpang terutama kaum wanita, tak banyak pikir merogoh tas cari uang logam apalagi lihat tampang seram ybs dan tato menghiasi pergelangan sampai ke siku. Alhamdulillah kini, bila naik Komuter line, bis Transjakarta, sudah terbebas dari pengamen. Pengamen di jalan umum di pemberhentian lampu pengatur lalu lintas, di jembatan penyeberangan orang, ada pula model pengamen memelas dan menghiba, dengan wajah sayu dan sedikit menyandang cacat diiringi seorang pebayu (pembantu=menuntun), bahasanya sederhana, kasihan pak, untuk makan-untuk makan sambil tangannya ditadahkan atau membawa wadah untuk nampung logam dari yang hatinya iba. Tidak terhitung jumlahnya yang memilih lahan operasi dari toko-ke toko dari gang ke gang pintu ke pintu dengan berbagai model antara lain tersebut di atas. Banyak komersialisasi cacat phisik kadang dibuat-buat, kakinya borok padahal diperban dengan tape singkong. Menggendong anak kecil dan pura-pura buta dan macam-macam cacat. Kalaulah penghasilan per hari pengamen di Jakarta ada diantaranya berpenghasilan kotor raturan ribu perhari seperti diberitakan di media. Berarti sebulan; jauh lebih tinggi dari gaji seorang ASN strata S1 yang baru masuk. Tidak heran kalau pekerjaan ini diminati banyak orang. Terdapat beberapa kawasan masih di sekitar DKI yang penduduknya mengambil bidang kalau ini boleh disebut profesi yaitu pengamen atau pengemis. Alasan umum mereka adalah dari pada menjadi maling, merampok, lebih baik ngamen. Hasilnyapun tidak sedikit. Dari pada bekerja membanting tulang memeras keringat belum tentu hasilnya sebegitu menjanjikan. Modal utama pekerjaan ini hanya berani merendahkan harga diri. Bagi yang menjaga harga diri itulah mereka yang mengambil bidang “Kipas-kipas”, membantu jualan sate di trotoar sesudah ashar sampai pukul 10 malam, “Goyang-goyang kaki”, menjadi penjahit keililing, masuk gang keluar gang, mempermak pakaian, ganti retsleting celana, “jalan-jalan pagi”, mendorong gerobag belanjaan. Kelompok disebut terakhir menjiwai pedoman hidup yang diajarkan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam; salah satu diantaranya: مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ “Seseorang yang selalu meminta-minta kepada orang lain, di hari kiamat ia akan menghadap Allah dalam keadaan tidak sekerat daging sama sekali di wajahnya” (HR. Bukhari no. 1474, Muslim no. 1040 ). Sekanjutnya meyakini betul bahwa semua mahluk dijamin rezekinya oleh Allah: وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ فِى الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا  ۚ كُلٌّ فِى كِتٰبٍ مُّبِينٍ "Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS. Hud ayat 6). Oleh karena itu bagi orang2 yang khawatir memperoleh balasan tidak mengenakkan di hari kiamat nanti dan juga enggan harga dirinya “ternadirkan”, serta yakin atas jaminan Allah di surat Hud ayat 6 di atas, banyak juga mereka lebih baik memilih jadi pemulung. Lama kelamaan jadi pemulung, bila sudah bermodal meningkat jadi pembeli barang bekas dengan sarana gerobag. Lebih meningkat lagi karier sebagai pemulung adalah pengumpul barang bekas, yaitu membeli dari para pemulung biasanya bos pemulung ini sudah punya lahan untuk menimbun barang-barang bekas. Mata pencaharian seperti ini belum mendatangkan hasil yang baik bila dikerjakan di daerah-daerah kecil di Indonesia. Hanya Jakarta-lah kota yang agaknya benar-benar menjanjikan untuk usaha pengumpulan barang bekas, itulah sebabnya maka Jakarta jadi kebanjiran penduduk. Tiap sehabis mudik, jumlah warga yang masuk Jakarta mesti ada peningkatan dibanding jumlah yang keluar Jakarta ketika mudik. Semoga Allah memberikan Jalan rezeki yang halal-thayyiban-penuh keberkahan. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Jumadil Awal 1444 H. 25 November 2022. (1.064.11.22).

No comments:

Post a Comment