Tuesday 22 November 2022

“NGOCO tho lee, Kowe iku anak e SOPO”

Puluhan tahun lalu, tepatnya pertengahan tahun 1992, oleh institusiku bertugas, kami sekeluarga dimutasi ke Jakarta. Dalam pergaulan keseharian kami bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat. Salah satu diantaranya ketemu dengan suatu keluarga anak2 mereka masih sedang bertumbuh, anak tertua sudah duduk di kelas satu es em pe, ayahnya pegawai rendahan di sebuah perusahaan swasta. Suatu hari si anak berdialog dengan Bapaknya: “Bapak; saya minta uang, nanti setelah pulang sekolah, mau langsung ke kolam renang, abis berenang mampir makan ke Mac D, ama teman-teman, juga mau mampir ke mall beli tas”…………... Si Bapak;…….. lama tidak menjawab sampai anaknya menghampiri sang Bapak 4 orang anak itu. Begitu anaknya mendekat, si Bapak berbisik kepada anaknya: “Ngoco tho lee, kowe ikuuu anak eee sopo”. Terjemahan bebasnya “Coba ngaca lah naak kamu itu anaknya siapa” yang maknanya kira2: “cobalah ukur sendiri kamu itu anaknya siapa, kenapa kok bergaya kayak anak orang yang ayahnya serba mampu”. Ungkapan ini sama persis hakikat maknanya dengan bahasa di kampung ku "GAGAP GA' TULANG RUSUK". Agaknya si anak tersadar bahwa si Bapak tak mungkin ngasih uang sesuai kebutuhan, kolam renang, sekaligus makan di Mac D dan juga beli tas. Jumlah uang yang tidak sedikit. Dengan lemas si anak berjalan ke ruang depan menanti temannya menjemput. Ketika teman-temannya menghampirinya si anak menjelaskan Ortunya tidak mengijinkan. Kasihan memang dengan ini anak, tapi dirinya mulai belajar bahwa hidup ini tidak sama, tiap anak sama duduk di bangku es em pe; tapi dirinya anak siapa harus disadari, karena setiap Bapak/Ibu (Ortu) tidak sama kemampuannya. Zaman kini, anak2 sekolah sejak Paud, TK, SD, SMP, SMA, berpakaian seragam, itu saja sudah cukup membebani ORTU zaman now. Tidak seperti kami zaman lampau. Tidak kenal PAUD, TK, langsung masuk SR (Sekolah Rakyat). Selama bersekolah sejak dari SR sampai SMA siswa tidak wajib berpakaian seragam. Jadi ORTU tidak ada pengeluaran biaya membeli seragam. Di SR alat belajar Batu tulis dan Grip yang dibagikan di sekolah. Pokoknya ringanlah beban ORTU nyekolahkan anak zaman lampau itu. Alhamdulillah, bocah es em pe puluhan tahun lalu itu, berkat mau menyadari "GAGAP GA' TULANG RUSUK" atau "Ngoco tho lee, kowe iku anak e sopo", kini sudah nenjadi Sarjana Tehnik berpenghasilan baik, sudah berumah tangga, telah menghadirkan beberapa orang cucu untuk Ortunya yang pernah mengingatkannya "Ngoco tho lee, kowe iku anak e sopo" Sepertinya kepada anak2nya pesan Bapaknya "Ngoco tho lee, kowe iku anak e sopo";. tetap membekas di dirinya. Biarpun dia cukup mampu jika anaknya minta seperti ketika dia masih es em pe dulu anak2nya dididik hidup sederhana, tidak semua apa yang diminta anaknya diperturutkan. Barangkali sikap Ortu yang tidak begitu saja memperturutkan maunya anak ini patut jadi acuan, karena kita tidak tau persis guratan nasib putra-putri kita dimasa depan. Tidak sedikit anak orang kondang kaya terpandang sepeninggal Ortunya berkehidupan susah. Sebaliknya banyak kasus, Ortunya yang melarat anak cucu keturunannya menjadi orang berada dan kenamaan. Allah ingatkan kehidupan ini tak baik kalau berlebihan, harus sederhana. Makan dan minum lah ( وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا), tapi jangan berlebihan( وَلَا تُسْرِفُوْا).- QS. Al-'Araf ayat 31. Sampai dalam bersedekah/berinfaqpun Allah beri petunjuk di surat Al-Furqan ayat 67: وَالَّذِيْنَ اِذَاۤ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا "orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar" Malah kita diajarkan berdo'a: ;رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاِسْرَافَنَا فِيْۤ اَمْرِنَا وَ ثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (QS. Ali 'Imran ayat 147). Semoga kita dapat mewariskan ke generasi penerus hidup sederhana walau dalam berkecukupan, sebagai wujud syukur akan nikmat Allah, selalu mengikuti petunjuk Allah s.w.t. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Rabiul Akhir 1444 H. 22 November 2022. (1.063.11.22).

No comments:

Post a Comment