Friday 15 October 2021

PENGAWASAN TUHAN.

Idealnya setiap diri dalam berbuat amal apapun selalu merasa Tuhan mengawasi gerak geriknya. Dengan begitu apabila di suatu ketika dihadapkan ke suatu kesempatan berbuat tidak senonoh, atau korup, langsung ingat bahwa Tuhan dekat dan selalu mengawasi, maka tentu saja perbuatan jahat dan korup tersebut akan diurungkan untuk dilaksanakan. Semboyan ini, slogan ini gampang sekali untuk dinasihatkan kepada orang. Tetapi tidak gampang untuk dilaksanakan...... Agar setiap insan selalu merasa diawasi oleh Tuhan. Terlaksana/terkondisi agar diri selalu merasa diawasi Tuhan paling kurang ada 2 (dua) kondisi penting: 1. Diri selalu mengingat Tuhan. 2. Didukung system di masyarakat. ad. 1. Selalu mengingat Tuhan...... Apapun agama dan keyakinan selalu ingat Tuhan, mrpkn filter kejahatan. Bagi Islam, sarana mengingat Allah dpt berupa rajin membaca Al-Qur'an, berdzikir, sekurang2 nya taat shalat, karena dengan demikian dirinya selalu berdzikir (ingat Allah) di saat shalat, paling kurang 5 waktu. Karena di dlm shalat juga tercakup dzikir (takbir, tahlil dan tahmid), sekaligus membaca ayat Al-Qur'an. Kejahatan selalu terjadi bersatunya "niat buruk" dan "peluang". Niat buruk dpt diredam dg mengingat Allah.........Sedangkan peluang terbendung bila didukung system yg baik serta terkontrol. Manakala ditempat pekerjaan ketika mulai pagi menjelang dzuhur ada peluang berbuat amal buruk. Diri ingat bahwa ketika shalat subuh berdialog dengan Allah. Begitu selanjutnya diperbaharui lagi mengingat Allah ketika Dzuhur dan kembali berkegiatan lagi dan jika bertemu lagi dengan peluang beramal buruk, teringat baru saja "bertemu" Allah shalat dzuhur dan seterusnya, begitu pula berbisnis apapun,  sampai ashar dan maghrib, merasa tidak lepas dari pengawasan Allah. Bagi ummat Islam perintah mengingat Allah diikuti jaminan bahwa dengan mengingat Allah terhindar dari berbuat keji dan mungkar, tersurat jelas di (QS. 29 Al-'Ankabut ayat 45): اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ    ۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ   ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." ad. 2 System dalam masyarakat..... Mungkin pembaca berkomentar,..... aah........ itu para koruptor kan shalatnya taat, tiap waktu tak pernah tinggal. Para koruptor kadang haji lebih sekali, umrah saban tahun. Tapi kenapa masih saja korupsi…………..? Dlm hal ini ybs mungkin hrs koreksi diri ada masalah dlm shalatnya, tidak memenuhi syarat khusuk. Karena bila khusuk maka dg shalat akan merasa berdialog dengan Allah. Kalau tidak khusuk maka jadilah seperti yg diingatkan Allah di surat Al Hadid ayat 16: ۞ أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ فَـٰسِقُونَ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Karena tidak khusuk, hati tidak tunduk kepada Allah, maka hati akan menjadi keras sehingga diri tidak sanggup melawan bujuk rayu syaitan. Oleh karena itu perlu ada system yang diterapkan agar pengawasan Allah itu dapat diwakili oleh manusia terutama yang punya otoritas, sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Betul memang; khusuk perkara hati masing2, tak tampak oleh orang lain, tak dpt dikontrol oleh system apapun. Namun dengan adanya system yg mengontrol pelaksanaan ibadah, meskipun semula mungkin ada diri yg merasa terpaksa, secara terus menerus akan menjadi kebiasaan bagi diri ybs dan lambat laun khusuk akan terbangun. Bagi kita ummat Islam, sebagai contoh system di masyarakat di Makkah dan Madinah, misalnya; Ketika adzan sudah berkumandang, setiap kegiatan bisnis dihentikan. Pedagang tidak mau lagi menerima pembayaran dari pembelinya, walau sudah putus harga, dagangan diselimuti hanya dengan kain tanpa menutup toko, pedagang pergi shalat berjamaah ke masjid. Apa sebab demikian, antara lain ada aturan, system yang baku di kedua kota tersebut. Bila seorang pedagang kedapatan menerima transaksi ketika azan sudah dikumandangkan, akan dianggap melanggar hukum dan dikenakan denda yang tidak sedikit. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Begitu pula hendaknya di dalam tatanan kemasyarakatan hendaklah ada system sedemikian rupa sehingga setiap orang bertransaksi apapun, mengurus surat menyurat atau perizinan, mengikuti tender, melaksanakan pembangunan gedung. Pokoknya dalam interaksi apapun ada suatu system sehingga setiap orang merasa diawasi Allah baik oleh dirinya sendiri, maupun oleh system. Semoga semakin hari ibadah kita semakin baik dan khusuk, selalu merasa diawasi Allah setiap saat dan tempat sehingga tidak tega berbuat maksiat dan kecurangan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Rabiul Awal 1443 H. 15 Oktober 2021. (853.10.21).

No comments:

Post a Comment