Wednesday 13 October 2021

KERUGIAN BERIBADAH.

Ikhlas begitu penting dalam beramal, jika tidak ingin merugi kelak di akhirat nanti. Amal yang tidak ikhlas, akan sia2 tak berfaedah apapun untuk kehidupan akhirat. Ikhlas akan suatu amal yang telah dilakukan hendaknya berupa ikhlas yang permanen sebab ada kalanya suatu amal semula ikhlas, seiring berjalannya waktu berubah menjadi tidak ikhlas. Amal yang demikian itu namanya amal yang dibatalkan. Berbicara soal batalnya suatu amal-ibadah, dapat digolongkan 3 (tiga) jenis “Batal” yaitu: 1) Sejak semula batal, karena tidak memenuhi syarat dan rukunnya. 2) Batal karena tujuannya bukan hanya karena Allah. 3) Dibatalkan sendiri; semula amal sudah sesuai syarat dan rukun, sudah tujuan hanya untuk Allah, tetapi belakangan di sebut-sebut. Boleh jadi untuk berbangga, tak jarang karena kecewa, kesal. ad. 1. Sejak semula batal …….. Amal-ibadah; baik ibadah sosial maupun ibadah ritual, mempunyai syarat dan rukun yang harus diikuti agar ibadah tersebut tidak batal. Ibadah sosial misalnya; menyumbangkan harta untuk kemaslahatan orang banyak, membangun tempat ibadah, membangun tempat pendidikan menyantuni orang miskin-yatim piatu. Syarat utamanya adalah dari rezeki yang diperoleh secara halal. Ibadah ritual harus sesuai tuntunan Allah dan Rasulnya: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَد “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718). Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik).“ (HR. Muslim no. 1015). Tidak sedikit orang yang merasa, atau terlihat begitu banyak amal kebaikan dibuatnya tetapi:….. اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا "(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." (QS. 18 = Al-Kahf ayat 104) ad. 2. Tujuan bukan untuk Allah…... Adapula orang yang merugi atas amalnya di akhirat nanti. Orang yang semasa hidupnya banyak berbuat amal kebaikan tetapi amal tersebut batal. Karena niatnya bukan untuk Allah. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 264: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِا لْمَنِّ وَا لْاَ ذٰى ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِقُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّا سِ وَلَا يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَا نٍ عَلَيْهِ تُرَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." Ad 3. Dibatalkan sendiri………… Dapat saja terjadi semula amal dilakukan ikhlas karena Allah, seiring berjalan waktu, amal tersebut semula sudah dilupakan. Disebabkan sesuatu hal amal tersebut teringat kembali. Misalnya sebuah sekolah dimana ketika membangunnya puluhan tahun yang lalu dialah pelopornya, penyandang dana utama. Dengan maksud agar tak diketahui orang amalnya, dia tidak masuk namanya ketika yayasan dibentuk. Kini sekolah tersebut jadi sekolah unggulan, penerimaan siswa hrs melalui di test masuk. Pas cucu minat jadi siswa sekolah tsb. sayangnya si cucu tak lolos test masuk. Si kakek "sayang cucu" datang ke sekolah, di sekolah tak satupun orang mengenal si kakek, jawabnya "maaf cucu bapak tak diterima". Si kakek tanya siapa pengurus yayasan; disebutkan sederet nama, tak satupun yg dia kenal, sdh berganti seiring waktu. Si kakek sempat kesal, lalu menyebut bahwa dialah pelopor dan penyandang dana terbesar membangun sekolah ini. Seorang ustdaz telah jadi pengajar tetap selama puluhan tahun di sebuah masjid besar. Karena pengurus silih berganti, pengurus baru punya kebijakan mendatangkan ustadz-ustadz dengan metode mengajar lebih kekinian. Ustadz lama merasa kecewa mengungkit kembali bahwa dianya sudah jadi pengajar di masjid tersebut sekian puluh tahun, bahkan dulu dengan honor ngajar yang minim, kini setelah masjid makmur dana berlimpah, malah dia sebagai ustadz senior kurang dihargai. Si ustadz mengukit jasa beliau selama ini. Ini salah satu model “membatalkan amal” lantaran kecewa. Masuk juga dalam ayat yang dipetik di atas (Al-Baqarah 264). Semoga amal ibadah kita diterima Allah, tidak ada yg batal atau sengaja maupun tidak sengaja terbatalkan sendiri oleh diri kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Rabiul Awal 1443 H. 13 Oktober 2021. (852.10.21).

No comments:

Post a Comment