Tuesday 5 October 2021

HIDUP ini untuk APA?.

Kehidupan ini bila dipertanyakan akan dpt diajukan beberapa pertanyaan: 1. "Untuk apa hidup ini?" biasanya bermaksud mengetahui "tujuan". 2. "Bagaimana hidup ini?" guna mengetahui cara mencapai "tujuan" tsb. 3. "Berapa lama hidup ini?", suatu perkiraan durasi, guna merancang step2 pencapaian tujuan. 4. "Akan kemana sesudah hidup ini". Supaya jelas tempat yg akan dituju nanti sesudah hidup ini. 5. "Siapa yg membuat hidup ini". Di kesempatan ini, karena keterbatasan ruangan, mari kita ungkap "Untuk apa hidup ini?". Pertanyaan tsb mendpt jawaban yg beragam. Tergantung kelompok penjawab. Bagi kelompok yg percaya ada kehidupan ssdh mati menjawab bahwa hidup ini untuk beramal kebajikan yg nanti akan mendapat balasan kebaikan di akhirat nanti. Bagi ummat muslim tujuan hidup tercakup dalilnya di Al-Qur'an surat 51 = Adz-Dzariyat ayat 56: وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". Mengabdi kepada Allah, yaitu menta'ati perintah Allah. Manusia dalam upayanya mengabdi kepada Allah banyak penghalang. Penghalang yg paling utama adalah Syaitan. Manusia selalu digoda oleh Syaitan melalui hawa nafsu, menguber kubutuhan dunia, sementara itu timbul kemalasan bahkan lupa, menjadi lemah semangat dalam mengabdi kepada Allah, mengumpulkan bekal ke akhirat dalam wujud ibadah kepada Allah. Menyiasati godaan Syaitan, kaum muslim selalu melakukan pencerahan iman secara terus menerus, dengan mendalami Al-Quran, menyimak mutiara-mutiara sabda Rasulullah, merenungkan ucapan hikmah para ulama. Saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman walau yang kita tau hanya sedikit. Diantaranya melalui tulisan seperti sekarang ini. Pembaca yang berbahagia, ada 3 (tiga) prinsip dasar pengabdian kepada Allah yaitu: Prinsip PERTAMA, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akhirat. Prinsip ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. "وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ......." "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,....." Perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akhirat bukan berarti dalam mewujudkannya kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja. "..... وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا......" ".....tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia,......." Sebab amal akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi. Umpamanya shalat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin, bukanlah semata-mata sebagai amal akhirat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan Rasul-Nya, secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Al-Qur'an surat 29 = Al-Ankabut ayat 45: وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ".........dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar......." Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini. Begitu juga dengan infak dan shadaqah, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akhirat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan. Prinsip KEDUA, prinsip "ahsin" yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. ".......وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ ......." "......dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,....." Bila seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan selalu berbuat kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari. Orang beriman yakin betul bahwa tak ada satu katapun yg terucap menguap hilang begitu saja. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. 50 = Qaf ayat 18). Tak ada satu gerakpun yg luput dari catatan, rekaman video Allah melalui malaikat: اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَا لِ قَعِيْدٌ "(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. 50 = Qaf ayat 17). Maka orang beriman akan selalu tampil dalam kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu berguna bagi orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi. Prinsip KETIGA,  adalah prinsip "walaa tabghil fasada fil ardh" yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. "....... وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ......." "...........dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi........." Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akhirat kelak. Ketiga prinsip pengabdian kepada Allah tersebut tersusun jelas pada firman Allah di surat 28 = Al-Qasas ayat 77: وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. 28 = Al-Qasas ayat 77). Dari ayat ini kita dapat mengambil 3 petunjuk penting dari Allah, tentang prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini yaitu: 1. Utamakan kehidupan akhirat, dengan sarana kehidupan di dunia 2. Senantiasa harus menabur kebaikan, selama hidup di dunia 3. Jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Semoga kita semua senantiasa memahami untuk apa kita ini hidup, kemudian sanggup mencapai tujuan hidup yg hakiki tidak tergoda rayuan Syaitan, dapat menegakkan prinsip2 pengabdian kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Safar 1443 H. 5 Oktober 2021. (850.10.21).

No comments:

Post a Comment