Thursday 24 September 2020

Berhasil Versi Dunia dan Akhirat.

 Ketika sekolah dulu; musim ujian ada istilah "posisi menentukan prestasi". 

Lokasi duduk ketika ujian, misalnya berdekatan dg teman yg pintar; dapat tanya atau nyontek. Lokasi duduk jauh dari pengawas; dimungkinkan "ngerpek". 

Hasil tentu diharapkan jadi baik, bernilai B+ atau bahkan A. Namun proses atau caranya sedikit.........


Mungkin tdk termasuk anda pernah menjalani proses "prestasi tergantung lokasi" di atas. Tapi anda barangkali pernah menyaksikan teman seangkatan anda. Ada teman yg nulis kerpe'an di paha. Ada teman buat kerpe'an gulungan kertas diselipkan di pinggang spy mudah mencabutnya. Sblm ujian pengawas umumkan "siapa yg mau kencing silahkan, ditunggu. Bgt ujian dimulai, keluar ruangan dianggap selesai". Teman yg satu ini kebelet langsung acung telunjuk selanjutnya ke toilet. Ujian pun mulai, pas jawaban sebagian ada di kerpe'an. Dicari di sekeliling pinggang tu gulungan menghilang. Rupanya jatuh di toilet ketika kencing tadi. Jadinya ini teman tolah toleh. Teman group belajar yg tau rencana kerpe"an, dg bhs bibir: "maenkan kerpe'annya". Dijawab dg isyarat tangan terbuka menuju lantai diikuti telunjuk diacungkan kedepan tunduk kebawah, maksudnya "Kerpe'an jatuh ketika kencing.


Setelah tamat sekolah, peristiwa itu jadi kenangan indah selama sekolah. Kini usai sekolah jadi bahan candaan pengakrab persahatan diketemuan alumni.


Dmkn juga dlm kompetisi ........apapun di masyarakat, menang...... tapi prosesnya...... caranya yg ..........


Umpamanya sepak bola: "diving" di kotak finalty, wasit kbtln ndak tau itu "diving", lalu nunjuk titik putih dan gool............... menang. ......

Konon di piala dunia  pernah terjadi "gool pakai tangan".


Bgtlah dunia: kadang yg penting hasil,  tak perduli proses atau cara.

Ada yg mengistilahkan keberhasilan dg proses yg tak benar itu dg istilah: "tujuan menghalalkan cara".


Di dunia tujuan menghalalkan cara ini banyak terjadi, dalam kancah apapun.......... silahkan pembaca meng-analog-kan dg peristiwa lain, apa saja. Mungkin pernah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi lagi.


Beda dg parameter "berhasil versi Akhirat". Keberhasilan akhirat hrs ditentukan oleh proses atau cara yg benar. Adapun hasil sesungguhnya nanti diserahkan kpd Allah............. 

Sebab biarpun sdh dilaksanakan dg proses yg benar, diterima suatu ibadah adlh hak Allah. Namun dmkn diberikan acuan tata cara agar keberhasilan suatu ibadah untuk akhirat, misalnya; 


1. Tunduk, mengacu pada contoh Rasulullah. Teknis melaksanakan suatu ibadah haruslah seperti yg pernah dicontohkan Rasulullah ﷺ.


2. Tunduk kepada waktu.Contoh:

     * Shalat ditentukan waktu2 tertentu, tidak sah kalau blm masuk waktu.  Shalat Jum'at ya hari Jum'at. Bahkan ada waktu2 yg dilarang shalat.

      * Shaum wajib, waktunya siang hari bulan Ramadhan.

      * Zakat mal terpenuhi haul dan nisab. Zakat fitrah di ujung Ramadhan batas sampai sblm shalat Idul fitri.

       * Haji ditentukan pada tgl tertentu bulan Dzulhijjah.


3. Tunduk kepada tempat.

       * Tempat shalat wajib, bagi laki2 diutamakan berjamaah di masjid.  Ada tempat2 yg dilarang shalat.

       * Tempat menyalurkan zakat ditentukan siapa yg berhak.

       * Tempat berhaji hanya satu, yaitu di kota Makkah, bahkan sampai detil: lokasi miqat dimana, tawaf dimana, wukuf dimana, mabid di mana, melempar jumrah dimana, sa'ie dimana. Semua tempat2 tlh ditentukan.


Sebetulnya mencapai keberhasilan di duniapun sdh ada aturan2 cara2 prosesnya. Namun di dunia dpt saja keberhasilan dicapai dengan "tujuan menghalalkan cara". Dengan akal2an, tipu2 dan sgl macam pokoknya mencapai hasil.


Sedang tujuan akhirat kalau mau berhasil harus tunduk dan patuh dg prosedur dan proses yg tlh ditentukan. Bila tidak sesuai, maka tidak sah. Sudah sah saja blm tentu diterima kalau pelaksanaan bukan ikhlas karena Allah semata.


فَمَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَا لِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَا دَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا


Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."(QS. Al-Kahf ayat 110).


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ


Allahumma inni a’udzubika an usryrika bika wa ana a’lam wa astaghfiruka lima la a’lam


“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.”


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 7 Safar 1442 H.

24 September  2020.

(698.09.20).


No comments:

Post a Comment