Thursday 9 July 2020

USIA, AKAL dan TAWAKAL.

Manusia normal ketika keluar dari rahim ibunya belum mampu berbuat apapun kecuali menggerakkan raganya sembari menangis. Sejalan dengan bertambahnya usia berangsur angsur tambah kemampuan akalnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Masalah pertama yg dihadapinya adalah lapar. Dengan menangis, kelaparan itu teratasi, karena beberapa lama kemudian ada yg memberikan makanan, entah oleh ibunya langsung atau oleh orang lain, ketika ibunya belum dapat menolongnya.

Masalah kedua dihadapi bayi adalah hasil dari penyelesaian masalah lapar, beberapa lama setelah menerima makanan sekaligus minuman berupa susu atau sejenis, sebagian dikeluarkan berupa kencing atau buang air besar. Keadaan ini membuat rasa tidak enak di badan, upaya untuk mengatasinya yg hanya dapat dilakukan dengan menangis. Ternyata setelah menangis, juga datang orang membantu membersihkan badan dari lekatnya kencing atau kotoran dan mengganti pembungkus badan.

Beberapa lama menangis itu digunakan sbg alat komunikasi dengan pola yang sama.  Hari demi hari kemampuan fisik dan kecerdasan semakin meningkat. Mulai mengerti keadaan sekeliling, mengenal siapa yang sering mendampingi, memberi minuman yg sekaligus makan (untuk bayi). Berangsur timbul kecerdasan, tetapi akal belum tumbuh. Allah swt memberikan petunjuk tentang proses perkembangan manusia setelah lahir dari perut ibunya di dalam surat An-Nahl 78 sbg berikut:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا  ۙ  وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ   ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْن

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur."

Pertama diberikan Allah pendengaran, dengan pendengaran dapat mengikuti bunyi-bunyi yg ada disekelilingnya, sehingga si bayi dapat menirukan bunyi itu selanjutnya mengerti akan makna bunyi itu.

Kedua diberikan Allah penglihatan, si bayi mulai dapat memantau, siapa yang merawatnya mengenali wajah siapa yang selalu mendekati dirinya selanjutnya ia meletakkan ketergantungan masalahnya kepada orang tersebut.

Ketiga, diberikan Allah hati, untuk menaruh kasih sayang kepada siapa yang mendekat kepadanya, atau kurang senang terhadap sesuatu.

Bertambah usia yg bersangkutan, bertambahlah apa yang dialaminya, baik pengalaman yg menyenangkan dan pengalaman yg menyakitkan. Keseluruhan pengalaman tersebut didapat seiring dengan berjalannya usia akan terakumulasi membentuk akal untuk memilih mana yang baik dan buruk mana yang menguntungkan dan yang merugikan.

Akal terbentuk untuk memilih untung rugi, menyenangkan dan menyusahkan. Akal kadang kurang terbentuk untuk memilih baik dan buruk.

Sbg bukti bahwa akal kadang hanya untuk memilih "UNTUNG dan RUGI"; pada kenyataannya diantara manusia tidak segan-segan melakukan sesuatu yg oleh sebagian orang dianggap buruk asalkan baginya menguntungkan, menyenangkan.

Pemilihan BAIK dan BURUK adalah wilayah taqwa, wilayah hidayah (petunjuk) Allah, hanya didapat oleh orang-orang yang bertawakal.

Manusia secara kodrati diberikan Allah untuk memilih dg menggunakan akalnya. Akal dibekali 2 potensi yaitu:

فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ 
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) KEJAHATAN dan KETAQWAAN,"
(QS. Asy-Syams: ayat 8)

Menggunakan potensi:
فُجُوْرَهَا
(Kejahatan)..... dan potensi
وَتَقْوٰٮهَا
(Ketaqwaan) tsb; .... sikap yg dpt dipilih manusia (refer ke QS. Fatir ayat 32)  ada 3 alternatif:

1.........فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ............
1. Menzalimi diri sendiri.
Ada sekelompok orang yg terus menerus dlm kehidupan berbuat kejahatan. Karena pada dasarnya siapapun yg berbuat kejahatan sesungguhnya dia menzalimi dirinya sendiri.

2.........وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ
2. Ada yg pertengahan.
Kelompok ini, kadang berbuat kebaikan, kadang bertaqwa.

3......وَمِنْهُمْ سَا بِقٌ بِۢا لْخَيْرٰتِ ..........

3. Ada yg lbh dahulu berbuat kebajikan.
Ada juga manusia semenjak berakal, relatif terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar. Mereka beramal kebajikan sampai akhir hayat.

Sekiranya berada di kelompok,
فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ
masih ada waktu untuk memperbaiki diri dg sungguh2 bertaubat sblm maut datang menjemput.

Umpamanya termasuk dlm kelompok وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ
kini saatnya mengurangi kemungkaran dan mengganti dg kebajikan diiringi bertaubat sblm waktu bertaubat habis.

Berbahagialah yg tergolong
وَمِنْهُمْ سَا بِقٌ بِۢا لْخَيْرٰتِ
karena bila konsisten/istiqamah, maka akan berbahagia di kehidupan akhirat nanti. Selanjutnya senantiasa berdo'a:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 18 Dzulkaidah 1441 H.
9 Juli  2020.
(670.07.2020).

No comments:

Post a Comment