Wednesday 29 July 2020

Tawakkal Puncak Pengorbanan.

Di bulan Dzulhijjah ini terdapat ibadah khusus "Menyembelih Hewan Qurban", terbilang sunnah muakkad. Peristiwa penyembelihan Qurban mengingatkankan akan UJIAN yg pernah diujikan Allah kpd dua orang Nabi, Ibrahim dan Ismail.

Bahwa sesusungguhnya Allah akan menguji setiap insan yg ngaku beriman apalagi para nabi.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ

وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?".

Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."
(QS. Al-'Ankabut ayat 2 dan 3)

Ujian berat sblmnya pernah dilakoni Nabi Ibrahim. Api telah berkobar siap menghanguskan tubuh. Diri akan dilemparkan ke dalam api.... 
Logika dari dulu sampai kini manusia bakal jadi abu bila dimasukkan ke dalam api seperti itu. Hanya bermodal تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ 
beliau tidak bergeming. 

Belum ada dlm riwayat bahwa Nabi Ibrahim memohon kpd penguasa, agar mengampuninya. Juga belum ada terbetik dlm riwayat bahwa Nabi Ibrahim mohon kpd Raja Namrudz untuk penggantian bentuk hukuman,...... misalnya..................."jangan dibakarlah,............ gantung atau pancung ajalah, matinya kan lebih tdk menyengsarakan".

Beliau hanya berdo'a kpd Allah
حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
"Cukuplah Allah (menjadi penolong) dan Dia sebaik-baik pelindung."

Di saat yg kritis seperti itu, hanya kpd Allah saja Nabi Ibrahim berserah diri dg تَوَكَّلْ , diri dikorbankan, jika memang hrs musnah dilalap Api. Jadinya dpt dipahami bahwa puncak dari pengorbanan itu ternyata adalah تَوَكَّلْ (tawakkal). 

Bgt dilemparkan ke kobaran api, barulah Allah perintahkan api di
(QS: Al-Anbiya ayat 69)
قُلْنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرْدًۭا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".

Nabi Ibrahim saat2 mendekati dipelantingkan ke kobaran api, apalagi jauh sebelumnya, blm ada wahyu Allah misalnya: "Tenang aja Ibrahim ntar api akan KU perintahkan dingin". ....................
Jadi semata-mata تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ terserah Allah lah bgmn jadinya stlh diceburkan ke kobaran api.

Stlh mempunyai anak,  diuji lagi nabi Ibrahim, mendpt perintah menyembelih putranya Ismail. Perintah Allah melalui mimpi tgl 8 Dzulhijjah.

Beliaupun tidak serta merta bgt bermimpi langsung laksanakan menyembelih, misalnya diam2 membawa Nabi Ismail tanpa rundingan. 

yang terjadi adlh:

Pada tgl 8 Dzulhijjah, awal Ibrahim mendapatkan mimpi yg bgt menggelisahkan hati itu...........
Sbg manusia Ia sayang anak. Apalagi anak itu didapat ssdh beristri bgt lama. Ragu dan gelisah meliputi Ibarahim. Ia merenung dan banyak berpikir menjadi kegelisahan terhadap dirinya. 

Apakah mimpi itu dari Allah atau dari syaitan sebagai penggangu manusia sampai akhir jaman. Hari ini menjadi suatu perenungan Nabi Ibrahim terhadap apa yang datang dalam mimpinya. Hari ini dinamakah "YAUMU TARWIYAH". Di hari tsb kaum muslimin masa kini berpuasa sunnah disebut  "Puasa Tarwiyah".

Di hari kedua perenungan barulah Nabi Ibrahim sampai pada suatu pengetahuan (arafah) tentang masa lalu.
Di waktu yg lalu Nabi Ibrahim memang benar ia pernah berjanji........... Nabi Ibrahim adalah seorang dermawan. Ia banyak memberikan beberapa hewan ternaknya tiap tahun untuk disembelih dan dibagikan  kpd orang lain karena perintah Allah. Pernah suatu hari ia berjanji bahwa tidak hanya hewan ternaknya yang diberikan, bahkan bila Allah perintahkan ia akan menyembelih putranya seandainya diberikan keturunan, asalkan bisa membuat lebih dekat kpd Allah.

Sebenarnya, di hari kedua ini lebih pada pengujian amanah dan janji Nabi Ibrahim sendiri, seberapa jauh beliau menjadi seorang yang amanah dan menepati janji. Tidak mungkin seorang diangkat menjadi nabi jika tidak amanah dan tidak menepati janji. Amanah ini pula yang menjadi ujung tombak munculnya semangat dan jiwa pemimpin yang membawa perubahan positif bagi keturunan umatnya kelak. 

Hari kedua tgl 9 Dzulhijjah itu mrpk hari Ibrahim mendptkan kesimpulan atau Pengetahuan disebut "Hari Arafah", kaum muslimin sekarang yg sdg tidak berhajji mempuasakan tgl 9 Dzulhijjah dg "puasa arafah".

Sikap dilakukan Nabi Ibrahim menyampaikan berita ini kpd anaknya Ismail. Diabadikan Allah QS Assafat 102.:
 يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَا مِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا تَرٰى
"Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"

Mendengar apa yg dikatakan Ayahnya, Nabi Ismail menjawab:
 يٰۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Kesepakatan ayah dan anak dlm melaksanakan perintah Allah tercapai merupakan pengorbanan atas segala kesenangan kasih sayang ayah dan anak. Puncak dari pengorbanan itu se-mata2 dilandasi تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ.

Setelah kesepakatan ayah-anak di peroleh maka di hari ketiga dilangsungkanlah penyembelihan (nahr). Pelaksanaan bukan berjalan mulus, digoda syaitan.
Nabi Ibrahim digoda di Aqabah, Bunda Nabi Ismail, Siti Hajar di goda di Wustha dan Nabi Ismail di goda di Ula. Syaitan mereka lempar dg batu krikil 7 butir. Itulah yg kini disyariatkan bagi jamaah haji melempar jumrah.

Ini lagi melaksanakan perintah Allah dg  تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ
yg diperlihatkan keluarga Ibrahim  (ayah, ibu dan anak) 

Mereka tdk tau sblmnya bahwa nanti sembelihan akan Allah diganti dengan sembelihan yg besar (QS. As-Saffat ayat 107):
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."

Pembaca,.............. semoga kiranya sikap keluarga Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah dengan penuh ke tawakkalan itu dapat kita teladani.

Apakah keluarga yg mampu sudah sanggup ber qurban di hari Nahr nanti.
Diluar qurban hewan di hari yg tlh ditentukan, apakah di keseharian kita sdh sanggup ber qurban:
*. Mengorbankan waktu di tengah kesibukan, sejenak bertafakur kpd Allah dg shalat dzuhur, ashar. Dimana waktu2 itu tengah
 sibuknya Rapat, tengah asyiknya Nukang, lagi rame2 pelanggan, dll aktivitas kehidupan...... Bgt pula shalat Maghrib dan Isya, waktu2 itu pas lagi lengangnya jalan agar pulang ndak macet (bagi yg hidup di kota). Apakah mau berqurban ssdh shalat maghrib aja baru pulang dsb. Shalat tahajjud dan subuh, sanggupkah awak mengurbankan kenikmatan tidur.

*. Sdhkan diri ini mampu ber tawakkal (تَوَكَّلْ), melaksanakan apapun perintah Allah, dg tidak takut risiko (jatuh miskin misalnya) dg berqurban. 

*. Sudahkah kita mampu tawakkal (تَوَكَّلْ) melaksanakan perintah Allah

يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ

"menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar" (QS Ali Imran 104)
Ketika melaksanakan tdk takut risiko (dicemooh di benci dilecehkan).

Yaaa Allah terimalah kiranya amal Qurban kami, baik melalui syariat menyembelih hewan qurban maupun pengurbanan kami se-hari2 selama hayat dikandung badan. Jauhkanlah qurban kami dari pamer dan riya.  

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 7 Dzulhijjah 1441 H.
28 Juli  2020.
(676.07.20).

No comments:

Post a Comment