Wednesday 29 July 2020

MATI yang IDEAL.

Mati adlh sesuatu yg pasti.
Setiap yg berjiwa pasti mati.
Caranya mati belumlah pasti.
Yang sakit, yang sehatpun mati.

Jika mati dijadikan pembicaraan. 
Banyak pihak  kurang berkenan. 
Padahal mati bukanlah khayalan.
Justru mati akhir dari kehidupan.

Andaikan dapat memilih, hampir setiap orang menginginkan agar cara mati nanti yg ideal yaitu: Ekonomis, Praktis, Wajar, Momen yg baik, Sebelum Renta, Dalam iman.

1. EKONOMIS.
Kalau dpt, tidak berbiaya tinggi. Artinya ndak usah pake sakit2 berat sampai ke mana2 harus berobat, keluar ongkos bgt banyak.

2. PRAKTIS.
Kalau dpt, proses mati yg tak terlalu lama (jikapun melalui sakit), karena akan menyusahkan keluarga merawat.

3. WAJAR.
Kalau boleh, mati wajar ditengah keluarga, agar tdk mengukir kenangan  "menyedihkan yg mendalam",  buat keluarga yg ditinggalkan. Misalnya smg jangan mati dlm kecelakaan penerbangan, pelayaran, tabrakan kendaraan. Juga smg terjauh dari karena Covid 19, sebab ritual pemakamannya jadi tak seperti biasa.

4. MOMEN YG BAIK.
Kalau boleh, maut datang ketika awak sdg berkegiatan kebaikan, misalnya sdg ibadah, sdg kerja cari nafkah, sdg ngajar nularkan ilmu, sdg belajar menambah ilmu.

5. SEBELUM RENTA
Kalau boleh ndak usah tua2 amat mati, khawatir jadi pikun, jadi tak berdaya. 

Bila sampai begini ada dua sisi bagi anak dan keluarga. 

Satu sisi dpt jadi ladang pahala, bila mereka merawat dg kasih sayang, sabar seperti ketika kita merawat mereka masih kecil....... 

Ibu rela ninggal nasi yg baru disuap tiga suapan, demi ngejar "ee ek" si mungil nangis di buaian. 

Di sisi lain peluang dosa ternganga lebar, bila mereka kesal dg ulah kita yg sdh pikun, kadang geram, gregetan. Ada lho sanak keluarga sampai terbetik do'a dihati "kok ortu ini ndak cepat mati". Naudzubillah.

Makanya di butir 5 ini kpd kita diajarkan do'a:
وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ
WA A’UUDZU BIKA AN-URADDA ILAA ARDZALIL ‘UMURI
Aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun). 

Agak lengkap bagus dicermati hadist berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ»

Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim).

6. DALAM IMAN
Smg hayat ini diakhiri dlm keadaan  حسن الخاتمة  (husnul khatimah). Seperti yg sering diingatkan khotib jum'at.
 وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim" (QS Albaqarah 132, Ali Imran 102).

Dengan harapan 6 (enam) macam inilah, maka kita baiknya ngamalkan do'a ssdh shalat dlm  untaian do'a dikenal "do'a selamat", salah satu isinya:
 اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
"Ya Allah mudahkanlah diriku dlm menghadapi sakaratil maut".

Dmkn, smg kita yg tua2 dilindungi Allah dg ijabah do'a kita. 

Bagi pembaca yg msh muda, case direfleksikan butir "5" jadikan Ortu anda sbg ladang pahala, jangan malah sebaliknya;  jadi peluang berdosa. Untuk itu bagi yg muda usia dan masih ada Ortu bagus camkan hadist ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبْرِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا ، فَدَخَلَ النَّارَ

“”Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang celaka adalah orang yang mendapati kedua Ortunya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya).””

Smg Allah memberi yg terbaik dari 6 butir ku tulis di atas. Kita hanya dpt ikhtiar dg do'a namun Allah jua yang menentukan. 

Selamat shaumu Arafah, smg Allah ampuni dosa setahun lalu dan peliharakan diri kita dari dosa2 tahun yad dan sekaligus mengampuni jikapun terlanjur berbuat dosa.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 9 Dzulhijjah 1441 H.
30 Juli  2020.
(677.07.20).

No comments:

Post a Comment