Saturday 11 July 2020

Pengaruh Teman dan Lingkungan.

Anak2 tinggal di komplek perumahan yg dijaga satpam dilengkapi dengan portal keluar masuk komplek, tentu akan berbeda perkembangan ketrampilannya dengan anak yg dibesarkan di kampung nelayan di tepi laut.

Boleh jadi seorang anak yg tinggal di komplek elit setelah dewasa ia tidak trampil menaiki sepeda motor tapi dia sangat mahir mengendarai mobil.

Sementara anak yg dibesarkan di tepi pantai, keluarga nelayan, adalah wajar dianya ahli mengemudikan perahu, merajut jaring (alat penangkap ikan), mungkin untuk mengemudikan mobil ia harus lebih dahulu belajar setelah dewasa. Orang pantai umumnya keras,  cepat bertindak dan mengambil keputusan.

Satu saat kupernah ikut dengan seorang nelayan. Kami hanya berdua melaut dg sampan sederhana tak bermesin itu. Ketika di darat orang yang kuikuti ini tutur bahasanya begitu sopannya, sebab mungkin menyesuaikan karena diriku bukan selingkungan dengannya.

Setibanya di laut aku diserahi memegang kemudi perahu, beliau ambil posisi ditengah sampan, menyusuri pancing renteng (rawai=bhs setempat) yg semalam sebelumnya dipasang di laut berjarak beberapa mil dari pantai. Ketika operasi menyusuri rawai, bukan main kasarnya beliau. Instruksinya demikian keras lengkap dengan bentakan untuk mengarahkan saya memainkan kemudi. Ternyata keadaan di laut mewajibkan orang segera mengambil keputusan, mewajibkan instruksi yang tidak pakai diplomasi, sebab kalau tidak, bukan mustahil akan berbahaya, digulung ombak misalnya, atau dicederai oleh ikan yang akan dilepas dari mata pancing.

Lingkungan ini telah membentuk sikap dan perilaku beliau terbawa juga di kehidupan di darat. Walau ketika ber-audiance dengan ku sebelum ke laut beliau masih dapat membungkus dirinya, mungkin karena faktor pengalaman yang dimilikinya berhubungan dengan orang dari lingkungan lain.

Oleh karena itu, benarlah yang Nabi Muhammad ﷺ katakan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ ».

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (baca:lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).

di dlm Al-Qur'an tertulis ayat berbunyi:

يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَا نًا خَلِيْلًا
"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),"
(QS. Al-Furqan ayat 28)

Prof. Dr. Hamka dlm tafsir Al-Azhar juzu' 19 hal 10-12. Dikisahkan Uqbah bin Abu Mu'aith, tentang bgmn kesudahan seseorang yg salah memilih teman.

Uqbah bin Abu Mu'aith berteman akrab dg Ubayu bin Halaf. Uqbah akhirnya murtad karena pengaruh temannya Ubayu. Selain murtad, juga sampai memaki-maki serta meludahi muka Rasulullah yg ditemuinya usai sembahyang. Akhir kehidupan Uqbah tertawan dlm perang Badar, Nabi perintahkan Ali membunuhnya. Itulah potret seseorang terpengaruh teman. Di akhirat nanti menyesal seperti terungkap di ayat 28 Al-Furqan di atas.

Hidup ini hrs pandai2 nemilih teman. Smg teman akrab kita, teman pendamping hidup kita membawa kita ke rahmat Allah dan ridha Allah. Aamiin.

Sangat baik jika diamalkan do'a yg diajarkan Rasulullah  ﷺ  untuk terlindung dari teman yg jahat:   

اَللَّهُـمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ الْـمُقَامَةِ
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang jahat dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku.” (HR. At-Thabrani).
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 21 Dzulkaidah 1441 H.
12 Juli  2020.
(671.07.2020).

No comments:

Post a Comment