Friday 1 November 2019

Pe-NANTI-an

Sebagai manusia tak dpt ngelak dg peristiwa "menunggu" atau "menanti" sejak lahir sampai mati nanti. Sebelum kita lahir ayah menantikan proses kelahiran kita dg harap2 cemas di depan kamar bersalin. Sementara bunda kita berjuang menahan sakit menanti kelahiran kita. 

Ketika kita mati nanti, juga detik2 kematian 'bagi orang yg  dlm sakratul maut' menunggu entah bgmn rasanya, caranya, sakitnya, kitapun tak tau. Yg jelas keluarga menunggu dg harap2 cemas antara dpt kah si yg dinanti melalui masa kritis, lalu sembuh atau tutup usia.

Dmkn soal "menanti" mulai lahir sampai mati.......
Di tengah2 lahir dan mati, kita jalani kehidupan; masa anak2, remaja, dewasa, tua. Dlm menjalani kehidupan itu tak henti2nya dialami "pe-nanti-an". Menanti hasil ujian sekolah, diterima kerja, menanti jodoh, menanti hasil usaha dstnya.

Soal menanti tak terlepas dari waktu. Perasaan seseorang akan lamanya waktu penantian, tak sama. Katakanlah penantian selama 2 jam, seseorang merasakan cukup singkat, sedang orang lain mungkin merasakan luuamaaa sekali.

Perasaan lama atau sebentar suatu "penantian" dipengaruhi sekurangnya oleh:
1. Aktivitas  si penanti.
2. Kondisi si penanti
3. Kepentingan si penanti
4. Kepasrahan si penanti.

AKTIVITAS si penanti.
Orang yg sibuk atau dpt membuat suasana menanti menjadi terisi dg kesibukan, maka menanti tak kan terasa lama. Misalnya menanti antrian di rumah-sakit, di bandara, di kantor instansi2 pelayanan publik, mesti larut dlm penantian, antrian. Akan tdk terasa kalau kita sibukkan diri a.l. dg menulis artikel seperti ku lakukan ini.

KONDISI si penanti
Orang sehat tentu lbh merasa tak terlalu lama menanti sesuatu urusan, dibanding orang yg sdg sakit. Orang yg kondisi serba berkecukupan tentu lbh betah menanti ketimbang orang yg serba kekurangan.

KEPENTINGAN si penanti.
Jika sesuatu yg dinantikan itu sangat diperlukan rasanya bgt lama waktu penantian. Tapi kalau sesuatu yg dinantikan itu biasa2 saja, si penanti santai bahkan kadang ditinggal dulu untuk urusan lain.
Dua kesebelasan diperpanjangan waktu 5 menit dg score 2-3.  Bagi kesebelasan yg unggul, 5 menit itu terasa lama. Sedangkan untuk kesebelasan yg kalah, detik2 terasa dmkn cepat.

4. KEPASRAHAN si penanti.
Menanti, bila berbekal sabar yg banyak dan pasrah tebal. Menanti tak bgt terasa. Ini umumnya modal dari orang2 yg pergi menunaikan ibadah haji. Segala keperluan antri ditengah manusia yg dmkn banyak sama2 menanti dlm setiap kesempatan. Jika tak pasrah, jika tak sabar bawaannya akan kesal dan berujung marah, komplain, ngedumel, padahal perbuatan itu termasuk pantangan ketika berhaji.
Kepasrahan dan kesabaran inipun di case penantian lainnya sangat menentukan kenyamanan dalam penantian.

Menanti apapun ada batasan waktu. Menanti lahir, umumnya setelah dikandung bunda selama 280 hari. Ada yg lahir lbh awal (prematur) dan ada yg lbh lambat.
Menanti mati ndak ada yg tau, bisa bayi, bisa anak2, bisa dewasa, bisa sembarang usia. Yang pasti penantian mati itu pasti.

Berbicara soal menanti hubungan eratnya dg waktu. Sehari semalam setiap diri kita mendptkan alokasi waktu hidup sama 24 jam. Di durasi 24 jam itulah kita menanti
sukses, menanti karier, menanti cita-cita, lahir dan mati, menanti sembuh dari sakit.

Dikala sehat, dikala sukses, dikala bahagia banyak diantara kita melupakan bahwa dlm penantian waktu 24 jam sehari semalam dpt saja terjadi apa yg diingatkan Allah 3 ayat berikut:
اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْـقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ  بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَآئِمُوْنَ
"Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?"
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 97)
اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ
"Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?"
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 98)
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِ  ۚ  فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 99).

Dari warning Allah di 3 ayat ini seharusnyalah kita semua senantiasa waspada bahwa dlm penantian waktu 24 jam yg kita ada didalamnya bencana dpt saja terjadi. Bencana/siksa baik menimpa diri pribadi, keluarga, kampung/desa, kota dan negara bahkan dunia ini. O.k.i. apapun kegiatan kita dan apapun status sosial kita. Pilihan kita adalah beserah diri kpd Allah. Dan selalulah waspada dg tetap menyandarkan diri kpd Allah; sebab bencana/siksa dpt terjadi kapan saja tak peduli kita sdg terlena dlm kesuksesan dan suka cita, atau dlm keterpurukan dan duka nestapa.

Demikian smg ada manfaatnya.
Wain yakun shawaban faminallah.  Wa in yakun khathaan faminni waminanassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri daripadanya). Aamin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi..

No comments:

Post a Comment