Monday 11 March 2019

Waktu dan Amal

Waktu tak akan pernah mengulang.  Sehingga Allah sampai bersumpah “demi waktu sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi kecuali:
• manusia yang BERIMAN
• manusia yang melakukan AMAL KEBAIKAN
• manusia yang saling mengingatkan akan KEBENARAN
• manusia yang saling mengingatkan mengenai KESABARAN”
Dari empat point untuk menghindari kerugian tersebut adalah: “saling mengingatkan, nasihat menasihati akan KEBENARAN dan KESABARAN”. Wujud saling mengingatkan tersebut, kini terbentang luas dengan adanya media di dunia maya. Kita dapat melaksanakan saling nasihat menasihati dalam KEBENARAN dan KESABARAN yang sekaligus merupakan AMAL KEBAIKAN dalam rangka IMAN kepada Allah itu. Artikel tentang apa saja dalam rangka itu, baik dalam rangka MUAMALAH juga termasuk diantaranya nasihat KEBENARAN dan KESABARAN dalam IBADAH keagamaan masing-masing ummat, tergantung di komunitas apa anda berada. Asalkan tulisan tidak menyinggung seseorang, menyinggung kelompok atau golongan, insya Allah akan diapresiasi, oleh pihak manapun juga, sekaligus merupakan ibadah.

Yang namanya manusia, bak kata pepatah “rambut dikepala sama hitam, isi kepala lain-lain”, maka kadang artikel yang anda tulis masih saja ada kemungkinan pembaca yang menyindir tulisan anda. Ada juga yang ikut membaca, tidak kemonter, tapi dihati mungkin memberikan penilaian kepada anda  menganggap anda tak sepantasnya/belum pantas menulis artikel itu karena tau “kartu anda”. Juga ada teman satu group misalnya; yang mengklasfikasi anda sebagai penulis kelompok bagaikan perilaku mahluk tertentu.  Semua itu adalah tantangan untuk melaksanakan butir butir yang di ingatkan Allah dalam surat Al-Ashr surat 103 dalam Al-Qur’an seperti disitir di atas.

Doktor Salman Bin Fadh dalam bukunya berjudul “Isyruna Thariqatan Lir-Riya” yang diterjemahkan Mutsanna Abdul Qahhar, menyebutkan bahwa RIYA itu ada 20 pintu. Pada pintu ke empat, disebutkan bahwa  TIDAK BERAMAL KERENA MANUSIA  termasuk pintu Riya.  Mengacu kapada pendapat ini maka bila lantaran takut menulis artikel lagi tentang nasihat menasihati untuk KEBENARAN dan KESABARAN kita hentikan karena khawatir tanggapan penilaian yang kurang positip dari pembaca, maka kitapun sudah masuk ke pintu ke empat dari RIYA.  Dalam tulisan itu Doktor Salman mensitir pernyataan dari Al-Fudhail bin ‘Iyadh: “TIDAK BERAMAL KERENA MANUSIA ADALAH RIYA, BERAMAL KARENA MANUSIA ADALAH SYIRIK, SEDANGKAN IKHLAS ITU ADALAH  ALLAH  MEYELAMATKANMU DARI KEDUANYA”.

Lebih jauh dicontohkan, seorang berkemampuan memberikan tauziah, berkemampuan berkhutbah, berkemampuan untuk menulis artikel-artikel tentang saling mengingatkan akan KEBENARAN dan KESABARAN, tetapi timbul kekhawatiran kalau-kalau penulisan artikel tersebut menyebabkan jadi pembicaraan, menjadikan komentar dan sanjungan dari para pembaca. Lantaran ketakutan itu jalan keselamatan yang dipilih berhentilah yang bersangkutan meneruskan penulisan artikel-artikel tentang KEBENARAN dan KESABARAN tersebut disebabkan takut akan RIYA. Justru inilah salah satu perangkap Iblis untuk mendorong yang bersangkutan masuk ke pintu RIYA.
Solusi yang baik adalah dengan tetap membiasakan mengerjakan amalan tersebut, bertauziah atau berkhutbah, menulis artikel-artikel mengingatkan kebaikan kebenaran dan kesabaran desertai dengan niat yang tulus karena Allah semata, tidak mengharapkan komentar orang lain, baik berupa pujian/sanjungan  begitu pula santai saja jika dicela. Nah kalau begitu, kita lanjutkan menulis artikel-artikel kebaikan ini, asalkan sekali lagi baik diulangi, artikel harus memenuhi syarat; tidak menyinggung diri seseorang, tidak menyinggung kelompok tententu, pokoknya tidak mengundang masalah baik buat diri maupun orang lain. Tidak mengharapkan komentar berupa salutasi, pujian dan sanjungan.

Semoga usia ini bermanfaat, berapapun usia kita, waktu tidak pernah dapat ditarik mundur, umur tidak akan bertambah, setiap saat berkurang. Mari gunakan sisa usia untuk kebaikan setidaknya menyerukan kebaikan. Aamiin.

Wallahu 'alam bishawab.
Barakallahu fikum,
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment