Friday 30 June 2023

Tergantung Tersedia Di Lapak

Buah Salak setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis cita rasa. Salak sepet, Salak kecut, dan Salak manis. Tiga lapak penjual Salak dapat kulakan dari berbagai daerah. Penjual “A” kulakan dapat jenis Salak yang kecut, sementara partnernya penjual “B”, lapak ke empat disebelah kiri pintu masuk pasar sebelah barat kulakannya mendapat jenis salak yang sepet (kelat). Sedang penjual “C” lokasi lapak di pintu masuk sebelah timur pasar, kulakan mendapat salak yang manis berpasir. Sebenarnya bila masing2 penjual salak sanggup menahan diri untuk menerapkan “kode etik sesama penjual salak”, tentu tidak akan selisih paham. Kode etiknya adalah; “Masing2 penjual salak dipersilakan memuji-muji hal2 yang positif dari salak yang dijualnya, tetapi dipantangkan mencela hal2 yang negatif dari salak yang di jual pedagang salak yang lain”. Penjual salak “A” memasarkan salaknya dengan mengatakan: Kali ini tersedia di lapak saya salak yang kecut, dapat menambah selera makan, sangat serasi buat tambahan bahan rujak, tak perlu banyak makannya sudah sangat terasa, mengandung vitamin C tinggi, terhindar dari sariawan dan penyakit gusi………… dengan segala macam pujian buat salak kecut. Tapi tidak baik kalau menyinggung tentang salak Sepet yang didagangkan lapak “B”, serta mencela salak manis yang dijual oleh lapak “C”. Penjual salak “B” memprogandakan salaknya dengan mengatakan: Salak saya ini sepet (kelat), cocok sekali buat menstabilkan pencernaan, melancarkan peredaran darah, mencerahkan penglihatan mata, kulit tipis – isi tebal – berbiji kecil ….., mencegah diare…. dengan segala keunggulan salak sepet. Adalah pantang menyebutkan hal2 yang negatif dari salak yang dijual oleh pedagang “A” dan “C”. Apalagi misalnya mengatakan, “salak kecut membuat anda diare”. Salak manis akan meningkatkan gula darah, lagian bibitnya bukan asli dari dalam negeri”. Kata2 mencacat salak jenis lain seperti ini mengundang “berantem”. Salak “C” biarpun bibit dari luar negeri, tapi kan di tanamnya di Indonesia, yaaa sudah merupakan salak hasil dari daerah mana salak itu ditanam. Penjual salak “C” karena salaknya memang manis, promosi untuk pembeli jauh lebih mudah, namun tetap pelihara “kode etik sesama penjual salak di atas”. Penjual salak “C” dapat berpromosi dengan mempersilahkan pembeli untuk mencoba mencicipi salaknya dengan memilih secara acak. Umumnya orang yang sudah mencicipi, malu kalau tidak membeli walau hanya seperempat takaran. Masing2 penjual salak harus menyadari, dirinya sebagai pedagang, belum tentu dilain kesempatan mendapatkan salak yang manis, tergantung kulakannya, dapatnya salak jenis manis, salak jenis kecut atau salak sepet. Naaah kalau sudah terbiasa memasarkan salak jenis apapun dan tetap memelihara kode etik penjual, tidak boleh mencela produk selain yang dijualnya, namun bebas memuji apa yang dijualnya setinggi langitpun. Ini adalah model: "Promosi Pemasaran Tergantung Kulakan". (PPTK). Analog dengan PPTK itu, dapat terjadi di berbagai ceruk dan relung kehidupan. Misalnya mengidolakan sesuatu atau dapat juga mendukung seseorang calon pemimpin. Umpamanya semula di pemilihan yang lalu tidak mengidolakan, semula tidak mendukung, di waktu yang lain jadi sebaliknya. Dalam case Salak di atas, pembeli yang sering ke pasar melewati abang penjual Salak, paling lewat sambil senyum; “dulu ngomongnya gimana, sekarang lain lagi” Atau kalau juga mau beli tinggal pilih mau yang “Sepet” apa yang “kecut” atau yang “manis”. Toh ketiga-tiganya ada plus - minusnya. Konsep berfikir orang beragama, tidak se-mata2 mengharapkan keuntungan dunia. Oleh karena itu dalam aktivitas apapun termasuk berdagang, bermasyarakat, menentukan dukungan kepada seseorang hendaklah "dunia diraih, akhirat diperoleh". Model berdagang yang penting laris, walau harus menjelekkan dagangan orang lain, ini hanya mengejar keuntungan dunia. مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰ خِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖ ۚ وَمَنْ كَا نَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰ خِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ "Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat." (Asy-Syura ayat 20). Menjelekkan orang lain dan memuji diri sendiri, menjelekkan dagangan orang lain dan membanding dengan kebaikan dagangan sendiri adalah Perilaku yg tidak terpuji. Dari permisalan "Promosi Pemasaran Tergantung Kulakan", “tergantung isi lapak” di atas mudah2an hidup ini "jangan begitu2 amat", hendaklah "Dunia diraih akhirat diperoleh". وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا .........................." "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia .................…" (Al-Qasas ayat 77). Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam aktivitas apapun di dunia ini, agar mendapatkan keridhaan Allah baik di dunia maupun akhirat. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَلَا تَجْعَلْهُ مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلَّ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 DzulHijjah 1444 H. 1 Juli 2023. (1.164.07.2023).

No comments:

Post a Comment