Tuesday 6 June 2023

KHAWATIR pertanda amal DITERIMA

Khawatir adalah perasaan yang dimiliki manusia, mungkin juga sebagian hewan. Khawatir menyangkut peristiwa yang akan datang, akan terjadi detik2 mendatang, hari2 mendatang, yang dihadapi, populer disebut hari esok. Peristiwa mendatang bagi menusia (orang beriman) ada dua yaitu: masa mendatang di dunia dan masa mendatang di akhirat. Masalah hari esok oleh Allah memang harus menjadi perhatian manusia, utamanya manusia yang beriman melalui firman Allah: وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَد ………………….” “…….. dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok……..” (Al-Hasyr ayat 18) Kekhawatiran di dunia: Adalah wajar, bagi manusia mengkhawatirkan masa mendatang baginya, tentang antara lain yang paling utama; perekonomiannya, pendidikan, kesehatan. Didasari kekhawatiran tersebut dilakukan berbagai upaya maksimal. Bekerja dengan giat untuk mengumpulkan harta agar dapat digunakan dimasa depan. Menempuh pendidikan setinggi mungkin untuk bekal kehidupan, memelihara kesehatan, bila sakit berobat. Kekhawatiran di akhirat: Setiap muslim diwajibkan untuk beramal shaleh sebelum datangnya hari penyesalan, yaitu di hari akhirat. Oleh karena itu setiap diri perlu mewaspadai agar dalam beramal tidak jatuh ke dalam sifat riya’ atau merasa bangga dengan amalan. ٱلَّذِی خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَیَوٰةَ لِیَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡغَفُورُ. "(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al Mulk ayat 2) Amal terkatagori baik bila dilakukan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Rasululullah. Amalan walaupun ikhlas namun tidak sesuai ajaran Rasulullah Muhammad s.a.w., maka amalan itu tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad, namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga akan sia-sia. Tentulah setiap diri yang telah beramal dengan memenuhi kedua syarat tersebut senantiasa berharap agar amalan diterima oleh Allah dan khawatir jika tertolak. Dalam pada itu tak seorangpun tau bahwa amal ibadah yang telah dia laksanakan semasa di dunia diterima Allah. Mungkin terlalu berlebihan jika ada statement judul buku tuntunan beribadah, semisal “tuntunan Shalat yang benar dan diterima Allah”, karena soal diterima atau ditolak suatu ibadah bukan hak manusia bukan hak ustadz/ustadzah. Diterima atau ditolak suatu ibadah adalah hak Allah, kita hanya sebatas berusaha untuk memenuhi syarat dan rukun suatu ibadah, ikhlas dan ittiba’ kepada petunjuk Rasulullah seperti disebut di atas. Makanya sehabis suatu ibadah dilaksanakan senantiasa diiringi do’a, semoga ibadah tersebut diterima Allah. Tidak sepatutnya berbangga diri telah beribadah, dan merasa telah diterima Allah. Justru salah satu tanda bahwa amal yang dilakukan diterima oleh Allah adalah "perasaan khawatir" kalau2 amal tidak diterima. Karena dengan kekhawatiran itulah kita berdo’a, dengan kekhawatiran itulah kita berusaha se ikhlas mungkin melakukan ibadah, disebabkan kekhawatiran itulah pula maka kita berusaha mencari ilmu agar dapat melaksanakan ibadah apapun sesuai dengan ketentuan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Kepada Rasulullah kita hidup berbilang abad berbeda, karena itu maka ilmu dihimpun melalui Ustadz/Ustadzah, itupun hendaklah disaring dengan teliti, “rujukan mereka”, agar jangan malah terikut ke yang tidak “sesuai”. Lantaran kekhawatiran itu, kita beribadah menghindari riya’ (pamer) dan taqabur (sombong telah banyak beribadah). Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang selalu menjaga amalannya dan takut jika tidak diterima. Di dalam Al-Qur’an (Al-Mu'minun: 60) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut." Berkenaan dengan ayat itu, Ummul Mukminin 'Aisyah RA mengatakan: يَا رَسُولَ اللَّهِ (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِى يَزْنِى وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ : لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ. "Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dalam ayat 'Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut', adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khomr?" Rasulullah SAW lantas menjawab, "Wahai putri Ash-Shidiq! Yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya tidak diterima." (HR At-Turmidzi No 3175 dan Ibnu Majah No 4198) Kekhawatiran kalau2 ibadah tidak diterima oleh Allah itu diwujudkan dengan: (1) Maksimal mencari ilmu tentang ibadah agar sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulnya. (2) Mengusahakan agar setiap ibadah yang dilakukan se iklhas mungkin, terbebas dari riya’ (pamer), taqabur (sombong membanggakan diri) bahwa diri telah banyak beribadah. (3) Melupakan amal baik yang telah dilakukan agar tidak sampai terungkap kepada orang, atau mengungkit-ungkit kebaikan itu yang menyebabkan batal ibadah tersebut. (4) Berdo’a, dan berserah diri kepada Allah agar ibadah yang telah dilakukan dapat diterima oleh Allah, kalau didalamnya ada kekurangan, karena tercampur tidak ikhlas, karena belum tau tentang ilmunya yang benar, mohon agar Allah menutupi kekurangan itu. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah, amal kebaikan kita setidaknya melalui salah satu pintu yaitu “Ke KHAWATIRAN atas amal kita tidak DITERIMA, sehingga lebih ber-hati2 selanjutnya dengan mewujudkan hal2 tersebut di atas. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 DzulKaidah 1444 H. 6 Juni 2023. (1.160.06.23)

No comments:

Post a Comment