Monday 12 June 2023

SEPERANGKAT NAFSU

Terdapat 7 jenis nafsu dimiliki manusia yaitu: (1) Nafsu Amarah. Nafsu ini mengajak untuk berbuat jahat, jelas pemilik utamanya adalah penjahat. Tetapi bukan mustahil dimiliki orang baik-baik termasuk ustadz/ustadzah apabila memenuhi tanda-tanda a.l.: (a) Iri hati, susah hati bila orang senang. Senang hati bila mendengar orang susah, biasa orang yg di iri adalah: selevel, tetangga, keluarga dekat, seprofesi. (b) Dengki; tak suka orang lain sukses, ingin kesuksesan orang itu pindah untuknya atau hilang dari orang itu. (c) Loba; ingin memiliki lebih, tak rela kalau orang lain memiliki yg sama dg dirinya. Jangan diharap orang ini adil bila disuruh ngatur pembagian. (d) Takabur, bangga diri, anggap diri hebat ketimbang orang lain, orang lain ilmunya dibawah dirinya. Orang lain belum sampai kajiannya. Dan lain-lain kehebatan dirinya ditonjolkan. (e) Mengumbar amarah, gampang marah, soal sedikit saja sdh cukup buat pemicu marahnya. Seharusnya hal sepele jadi besar. Ybs tak dpt menahan amarah. (f) Bermewah mewah. Ini masuk dlm nafsu amaarah, karena bermewah ini menjurus kpd berlebih lebihan, pemborosan, mubadzir. Biasanya si empunya nafsu ingin dinilai hebat oleh orang lain. Nafsu amaarah ini kadang ada yang harus dipelihara, makanya istilah yang cocok "pengendalian amarah". Iri dan dengki serta loba (tamak) dalam berbuat kebaikan perlu dipertahankan. Jangan mau kalah dalam berbuat kebaikan. Juga dalam hal tertentu marah perlu dilakukan, jika sudah menyangkut terhinanya bangsa, terhina agama, kita harus mengingatkan pihak yang menghina agama kita, kita harus ingatkan bangsa yg menghina kalau perlu dengan marah kepada penghina, tapi akhlaknya tidak balas menghina. Terancamnya keamanan negara, sebagai anak bangsa siap bela negara sesuai kemampuan yang dipunya. Terhinanya agama yang kita anut, wajar marah selanjutnya mengingatkan penghina, mendorong negara melaksanakan hukum yang berlaku. Akhlaknya juga tidak melakukan penghinaan balik. Tentang nafsu Amarah Nabi Yusuf berujar diabadikan dlm Al-Qur'an: وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ "Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Surat Yusuf, ayat 53) (2) Nafsu Lawwamah. Perilaku; kadang baik, rajin ibadah, santun, pemurah, ramah. Dilain waktu berubah sebaliknya, Tak berapa lama, sesudah berbuat dosa, menyesal. Lain kali berbuat dosa lagi, padahal baru saja menyesal. Pemilik perilaku demikian ini mempunyai "nafsu labil". "Nafsu labil"; padanannya dalam terminology Al-Qur'an sepertinya cocok dengan "nafsu lawwamah", tersurat pada ayat 2 surat 75 (Al-Qiyamah) وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ "dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)". Ciri2 Nafsu Lawwamah. a.l: (a) Hati suka perbuatan baik, kadang perbuatan baik itu direalisasikannya, tapi dihati masih bersarang keinginan untuk berbuat maksiat, jika ada kesempatan perbuatan maksiat itupun dilakukannya. Ketika melaksanakan maksiat dari dalam hatipun berbisik, “lakukan saja, nanti kan masih ada kesempatan bertaubat”. (b) Gemar membantah nilai-nilai kebenaran. Ketika menerima nilai2 kebenaran terutama “kebenaran ilahiayah” bersumber dari ayat2 suci, dihati membantah “apa iya”, “mana buktinya”, “siapa yang pernah kesana”. (c) Suka menceritakan kebaikan diri agar dikagumi orang. Hati masih condong untuk mendapatkan apresiasi dari manusia atas prestasi ibadah, atas perbuatan baik yang dilakukannya. Kalaulah orang tidak menilai dirinya hebat, paling tidak pemilik nafsu lawwamah ini, tidak mau dianggap sebagai orang kebanyakan. (3) Nafsu Mulhamah. Tanda-tanda Nafsu ini a.l.: (a) Tenang, tidak mudah terprovokasi, tabayun bila menerima kabar sll mengeceknya shg tidak gampang bertindak, agar tdk bertindak gegabah dan salah. (b) Sabar, kalaupun mendapat musibah sekalipun mendapat fitnah. (c) Bersyukur, atas apa yang diberikan Allah untuknya. (d) Pemurah, sanggup bersedekah walau dengan keadaan sempit, apalagi dalam kelapangan rezeki. (e) Mengajak, memberi contoh berbuat kebaikan. (4) Nafsu Muthmainnah. Sama dengan nafsu Mulhamah plus Tawakkal kepada Allah begitu tinggi. (5) Nafsu Raadliyyah. Manusia pemilik nafsu ini, Allah dilihatnya dari sudut Rahman dan Rahim. Sama sekali tidak dilihat dari siksaNYA amat pedih. Dampaknya tentu ybs. tidak punya lagi nafsu Amaraah, kecuali mungkin nafsu amarah yang positif. Semua benda duniawi ini tidak bernilai lagi bagi pemilik nafsu Raadliyyah, baginya hanya Allah satu-satunya yang bernilai. (6) Nafsu Mardliyyah. Penyandang nafsu ini semua tutur katanya tingkah lakunya mencerminkan kebaikan dan keridhaan Allah. Hatinya diliputi kesucian dan kemuliaan. (7) Nafsu Kaamilah. Nafsu ini hanya dimiliki para nabi dan rasul. Jiwanya sdh dekat sekali kpd Allah. Terbatasnya ruang di tulisan ini, keruang baca anda saya hanya ketengahkan bertitik berat pada dua nafsu: “nafsu amarah” dan “nafsu lawwamah”. Secara singkat nafsu amarah adalah nafsu yang dimiliki setiap orang, mendorong untuk bersaing dan tidak menerima jika dihina atau dilecehkan. Dalam hal bersaing yang positif dan mempertahankan harga diri, agama dan martabat bangsa, nafsu amarah ini perlu dipertahankan. Secara singkat Nafsu lawwamah adalah nafsu yang tidak stabil, yang tidak diam dalam satu keadaan. Ia terkadang berubah dan beralih dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Terkadang dzikir, terkadang lalai. Terkadang menghadap, terkadang menentang. Terkadang mencinta, terkadang membenci. Terkadang bahagia, terkadang sedih. Terkadang ridha, terkadang murka. Terkadang taat, terkadang membangkang. Ibarat nafsu itu bagaikan seekor Kuda, untuk sampai ke tujuan si Kuda harus di kendalikan. Pengendalinya adalah diri kita masing-masing. Salah satu sarana yang paling ampuh untuk mengendalikan nafsu-nafsu tsb. adalah taat menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya, karena dengan demikian segala sikap dan perbuatan senantiasa terkontrol. Semoga Allah senantiasa menolong, agar kita semua memiliki nafsu yang membawa kepada keridhaan Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 23 DzulKaidah 1444 H. 12 Juni 2023. (1.161.06.23)

No comments:

Post a Comment